I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan yang juga mempengaruhi pola konsumsi pangan. Faktor produksi yang menunjang peternakan ruminansia adalah hijauan pakan, karena produktivitas ternak dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, baik secara kuantitas, maupun kualitas. Untuk itu pengembangan hijauan pakan perlu dilakukan dalam rangka intensifikasi usaha peternakan. Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan hijauan pakan bagi ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan pakan telah umum digunakan oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung berbagai zat-zat makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak ruminansia, seperti air, lemak kasar, serat kasar, protein kasar, mineral serta vitamin. Untuk mendapatkan produksi yang optimal dan nilai gizi yang tinggi perlu adanya tindakan secara tepat baik dalam pengolahan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pengairan maupun penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti pemberian pupuk. Saat ini Rumput Raja telah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia, karena mempunyai produksi yang tinggi dan dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, sehingga sesuai dikembangkan di
2 daerah yang bergelombang dan yang berbukit-bukit. Kualitas hijauan Rumput Raja lebih tinggi dibandingkan dengan Rumput Gajah terutama protein kasarnya 25 % lebih tinggi, demikian juga dengan kandungan gulanya yang lebih tinggi. Kandungan protein kasar berkisar 5,3 22,8 %. Kecernaan bahan keringnya adalah 65,6 %. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari rumput yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal erat kaitannya dengan genetik dari rumput tersebut sedangkan faktor eksternal merupakan pengaruh dari lingkungan terhadap pertumbuhan hijauan pakan tersebut. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi secara sempurna. Pemberian pupuk yang cukup merupakan hal yang penting karena tidak semua mineral yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya tambahan dengan dosis yang tepat. Kesuburan tanah perlu diperhatikan dalam usaha meningkatkan produksi Rumput Raja karena Rumput Raja merupakan tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah banyak. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Macam dan jumlah hara yang tersedia di dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman pada dasarnya harus berada pada keadaan cukup dan seimbang agar produksi yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan oleh rumput yaitu unsur hara nitrogen. Kandungan unsur hara nitrogen dalam tanah yang dapat diserap tanaman mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan rumput yang
3 dihasilkan. Salah satu cara untuk menentukan produksi hijauan rumput yaitu melalui pengukuran produksi bahan keringnya dan salah satu kualitas hijauan yang penting diperhatikan yaitu kandungan protein kasarnya. Jenis pupuk menurut senyawanya ada 2 macam yaitu pupuk organik dan anorganik. Penggunaan pupuk organik selain menambah unsur hara juga dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah mudah diolah dan mudah ditembus akar tanaman. Pupuk anorganik yaitu pupuk yang dibuat dari pabrik seperti Urea, TSP, KCl dan lain-lain. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa aturan dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah, menurunkan produktivitas lahan dan dapat mempengaruhi produksi tanaman. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan penggunaan pupuk yang dikaitkan dengan aspek pendukung kelestarian alam yaitu dengan penggunaan pupuk organik. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Imbangan Pupuk Urea dan Pupuk Kandang Terhadap Produksi Bahan Kering dan Kandungan Protein Kasar pada Rumput Raja (Pennisetum purpuroides).
4 1.2. Identifikasi Masalah Beberapa masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaruh imbangan pupuk urea dan pupuk kandang terhadap produksi bahan kering dan protein kasar pada rumput Raja (Pennisetum purpuroides). 2) Imbangan mana antara pupuk urea dan pupuk kandang yang menghasilkan produksi (bahan kering dan protein kasar) tertinggi. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasikan tersebut, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mengetahui pengaruh imbangan pupuk urea dan pupuk kandang terhadap produksi bahan kering dan protein kasar pada rumput Raja (Pennisetum purpuroides). 2) Mendapatkan imbangan pupuk urea dan pupuk kandang terhadap kandungan nutrisi (bahan kering dan protein kasar) untuk mencapai produksi dan kualitas yang lebih tinggi. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai imbangan pupuk urea dan pupuk kandang terhadap produksi bahan kering dan kandungan protein kasar Rumput Raja yang harus disediakan, sehingga produktivitas ternak dapat ditingkatkan. Selain itu, sebagai pedoman serta referensi pihak terkait dalam meningkatkan
5 produktivitas Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dengan aplikasi penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang terhadap produksi bahan kering dan kandungan protein kasar. 1.5. Kerangka Pemikiran Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha peternakan adalah pakan. Pakan memberikan peranan yang sangat penting dalam tujuan mencapai produksi ternak yang optimal. Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dalam bentuk yang dapat dicerna seluruhnya atau sebagian yang mampu menyajikan zat gizi yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan laktasi dengan tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut (Blakely dan Bade, 1991). Makanan utama ruminansia adalah hijauan. Hijauan ini dapat berupa rumput, leguminosa ataupun hijauan lain yang dapat diberikan pada ternak. Hijauan digunakan sebagai sumber serat ruminansia. Sejalan dengan hal tersebut, maka dibutuhkan hijauan yang baik kualitasnya dan tersedia sepanjang tahun. Hijauan sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia karena 60-90 % pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut berasal dari hijauan, baik dalam bentuk segar maupun kering (Anggorodi, 1979). Nilai nutrisi dari hijauan pakan dapat dinilai dengan melihat komposisi kimia dari bahan makanan yang terdiri atas 5 fraksi, yaitu: protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kadar abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Salah satu cara untuk meningkatkan produksi hijauan adalah dengan melakukan pemupukan, sehingga media tanam untuk tanaman menjadi subur dan menghasilkan hijauan yang baik kualitasnya dan tinggi
6 produksinya. Leiwakabessy dan Sutandi (1988) menyatakan bahwa pemupukan dilakukan karena tidak semua jenis tanah mampu menyediakan semua unsur hara untuk menjamin tingkat produksi tertentu. Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa sisa mahluk hidup berupa pupuk kandang, pupuk hijau, dan lain lain. Sedangkan pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat dengan teknologi khusus di pabrik melalui perubahan perubahan kimia dari pupuk alam atau dari bahan dasar sederhana seperti pada pembuatan pupuk N (Leiwakabessy dan Sutandi, 1988). Pupuk kandang merupakan hasil sampingan limbah pertanian yang penting karena dapat dijadikan sebagai nutrisi tanaman. Pupuk kandang berasal dari kotoran kambing, sapi, kuda, babi maupun unggas yang digunakan sebagai pupuk tanaman sebagian besar akan dikembalikan ke dalam tanah (Adianto, 1993). Pupuk kandang mengandung berbagai macam unsur hara, namun jumlahnya tidak banyak. Selain mengandung beberapa unsur makro, pupuk kandang juga menyumbang unsur mikro pada tanah (Widjaja-Adhi, 1994). Rumput Raja merupakan hasil persilangan antara Pennisetum purpureum dan Pennisetum thypoides. Rumput Raja adalah jenis tanaman perenial yang membentuk rumpun, mempunyai daya adaptasi yang baik di daerah tropis, tumbuh baik pada tanah yang tidak terlalu lembab dan didukung dengan irigasi yang baik. Pertumbuhan awal Rumput Raja lebih lambat dan memerlukan perawatan yang lebih intensif dibandingkan
7 dengan Rumput Gajah namun memiliki pertumbuhan yang cepat mengalahkan Rumput Gajah (BPTHMT Baturaden, 1989). Rumput Raja atau King Grass mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpun-rumpun, ketinggian dapat mencapai kurang lebih 4 m, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada daun helaian dekat ligule. Produksi hijauan Rumput Raja dua kali lipat dari produksi Rumput Gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau setara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Mutu hijauan Rumput Raja lebih tinggi jika dibandingkan dengan Rumput Gajah Hawai ataupun Rumput Afrika (Rukmana, 2005). Bahan kering hijauan kaya akan serat kasar, karena terdiri dari kirakira 20% isi sel dan 80% dinding sel. Dinding sel tersusun atas dua jenis serat yaitu yang larut dalam detergen asam yaitu hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel, dan yang tidak larut dalam detergen asam yakni lignoselulosa, yang sering disebut Acid Detergen Fiber (ADF). Isi sel terdiri atas zat-zat yang mudah dicerna seperti protein, karbohidrat, mineral, dan lemak, sedangkan dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel, lignin dan silika. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Protein kasar (PK) yaitu penetapan protein berdasarkan oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia. Selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk ammonium sulfat.
8 Tabel 1. Kandungan Nutrien Rumput Raja (Pennisetum purpuroides). Kandungan Nutrien (%) Bahan Kering 21,2 Protein Kasar 13,5 TDN (Total Digestible Nutrient) 54,0 Serat Kasar 34,1 Sumber : Hendrawan,2002 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu hipotesis bahwa pemberian pupuk organik dapat mempengaruhi pencapaian produksi bahan kering dan kandungan protein kasar tertinggi pada Rumput Raja (Pennisetum purpuroides). 1.6. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3,5 bulan, mulai bulan September 2013 Januari 2014. Penelitian dilakukan di Kebun Rumput Laboratorium Tanaman Makanan Ternak, Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.