BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Ijarah Bermasalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT BAHTERA PEKALONGAN. 1. Latar Belakang KJKS BMT Bahtera Pekalongan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

RINGKASAN TUGAS AKHIR. Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina. Lana. A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STANDART PENGUKURAN DAN PENGAKTIFAN KEMBALI PEMBIAYAAN SYUKUR YANG MACET PADA BANK BTN SYARIAH KCP KERTAJAYA INDAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS MEKANISME PELELANGAN AGUNAN ATAS NON PERFORMING FINANCE DI BANK SYARIAH MANDIRI PEKALONGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian terkait dengan prosedur pemberian kredit mikro di PT BPR Charis

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

No. 13/ 16 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO PADA PT BPR CHARIS UTAMA JATIROGO TUBAN TUGAS AKHIR. Program pendidikan diploma III.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga Keuangan Syariah secara informal dimulai sebelum

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB IV ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB IV ANALISIS FAKTOR 5C + 1S DALAM PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK BRI SYARIAH CABANG SURABAYA GUBENG

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

g. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. h. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV STRATEGI KJKS BMT EL AMANAH DALAM MENGATASI TINGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF)

BAB V PENUTUP. 1. Keseluruhan faktor pembiayaan bermasalah KJKS BMT Walisongo. 1) Kelemahan dalam analisis pembiayaan. 2) Kelemahan dalam sisi agunan,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB IV. Restrukturisasi dalam. Setiap usaha penyelesaian pembiayaan bermasalah yang terjadi di industri

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Piutang Usaha terhadap Laba pada BMT Istiqomah Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada ajaran agama terutama dalam bidang keuangan, ini terbukti

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat berpenghasilan rendah.lembaga keuangan mikro yang. yang bernama daribaitul Maal wa Tamwil (BMT). 1

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

No.17/ 25 /DKMP Jakarta, 12 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur untuk Mengajukan Pembiayaan Murabahah pada produk ib

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Ijarah Bermasalah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan Pembiayaan bermasalah merupakan suatu pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. 1 Dalam KJKS BMT Bahtera sendiri terdapat pembiayaan bermasalah pada setiap pembiayaanya, salah satunya pada pembiayaan dengan akad sewa menyewa (ijarah). Pembiayaan dengan akad ijarah di KJKS BMT Bahtera diterapkan pada dua produk pembiayaan yaitu pembiayaan pugar griya dan pembiayaan pijar investa. Pembiayaan Pugar Griya yaitu pembiayaan untuk mewujudkan rumah impian, mewujudkan hunian nasabah lebih indah dan menentramkan. Sedangkan Pijar Investa merupakan pembiayaan untuk pengembangan usaha berupa sewa ruko atau tokoh, sewa rumah, sewa mesin, alat- alat berat atau peralatan usaha, sewa kendaraan, dan sewa bangunan. 2 Keunggulan kedua produk pembiayaan ini yaitu bisa melakukan angsuran disetiap melakukan pembiayaan dengan jangka waktu 3 tahun. 1 Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.123 2 Brosur KJKS BMT Bahtera 53

54 Tabel 1.3 Jumlah Pembiayaan Ijarah Tahun Kantor Pugar griya Nsb Pijar investa Nsb Pekalongan 26,383,300.00 6 25,619,500.00 2 Buaran 11,120,750.00 2 - - 2012 Batang 41,826,500.00 6 61,689,000.00 3 Warungasem 41,886,000.00 4 5,000,000.00 1 Tegal Jumlah 121,216,550.00 18 92,308,500.00 6 Pekalongan 52,334,500.00 12 15,658,000.00 4 Buaran 38,314,400.00 8 - - 2013 Batang 72,399,500.00 14 204,011,500.00 45 Warungasem 72,311,000.00 10 24,000,000.00 5 Tegal - - 30,000,000.00 2 Jumlah 235,359,400.00 44 273,669,500.00 56 Pekalongan 133,116,000.00 18 157,417,500.00 39 Buaran 82,000,000.00 13 2014 Batang 58,480,000.00 16 640,670,156.00 137 Warungasem 131,000,000.00 13 231,000,000.00 23 Tegal 17,577,500.00 4 51,681,000.00 11 Jumlah 235,359,400.00 64 1,080,768,656.00 210 Pekalongan 80,428,100.00 13 313,089,500.00 89 Buaran 94,581,100.00 16 2015 Batang 29,160,250.00 8 586,305,422.00 152 Warungasem 51,348,000.00 7 556,977,300.00 39 Tegal 830,000.00 1 134,184,000.00 29 Jumlah 256,347,450.00 45 1,080,768,656.00 309 Sumber data: Keterangan dari bapak Bowo selaku bagian remidial

55 Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah nasabah pembiayaan ijarah dari tahun 2012-2015 selalu mengalami peningkatan nasabah per tahunnya.hal tersebut membuktikan bahwa KJKS BMT Bahtera mampu menangani setiap masalah pada pembiayaannya yang menyebabkan macet atau berakibat pada pembiayaan bermasalah yang dapat merugikan pihak BMT. Selain itu, dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dana yang digulirkan KJKS BMT Bahtera pada pembiayaan ijarah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 untuk pembiayaan ijarah pugar griya sebanyak 121,216,550.00, tahun 2013 sebanyak 235,359,400.00, tahun 2014 235,359,400.00, dan di tahun 2015 bulan Mei sebanyak 256,347,450.00. Sama halnya dengan pembiayaan ijarah pijar investa, pada tahun 2012 sebanyak 92,308,500.00, tahun 2013 sebanyak 273,669,500.00, tahun 2014 sebanyak 1,080,768,656.00, dan di tahun 2015 bulan Mei sebanyak 1,080,768,656.00. Dari kedua produk pembiayaan ijarah, dana yang paling banyak digulirkan yaitu pada produk pijar investa, hal itu dikarenakan banyak nasabah KJKS BMT Bahtera yang memanfaatkan akad ijarah untuk pengembangan usaha seperti penyewaan ruko/tokoh. 3 3 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 1 Oktober 2015, pukul 16.30 WIB.

56 Tabel 1.4 Jumlah Dana & NPF Pembiayaan Ijarah Tahun Pembiayaan Ijarah Pugar Griya Pembiayaan Ijarah Pijar Investa Non Performance Finance (NPF) 2012 121,216,550.00 92,308,500.00 1, 16 % 2013 235,359,400.00 273,669,500.00 1, 26 % 2014 235,359,400.00 1,080,768,656.00 0,6 % Juni 2015 256,347,450.00 1,080,768,656.00 - Sumber data: Keterangan dari bapak Bowo selaku bagian remidial Dari tabel diatas dapat diketahui persentase NPF per tahun dari tahun 2012-2015. Rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performance Finance (NPF) pada pembiayaan ijarah mulai terjadi pada tahun 2012 sebesar 1,16%, dan mengalami kenaikan di tahun 2013 menjadi 1,26% karena kurangnya penanganan yang dilakukan BMT dalam mengatasi pembiayaan bermasalah, namun di tahun 2014 BMT mampu mengatasi permasalahan atau faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah sehingga NPF di tahun 2014 hanya 0,6%. 4 1. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di KJKS BMT Bahtera Dalam melakukan pembiayaan khususnya pembiayaan ijarah seringkali mengalami permasalahan yang mengakibatkan terjadinya pembiayaan macet atau bermasalah. Penyebab pembiayaan bermasalah secara umum dalam pembiayaandisebabkan 2 faktor berikut : 4 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 15 September 2015, pukul 16.30 WIB.

57 a. Faktor kreditur a) kurang ahli b) Kegagalan memahami debitur dan kemampuan manajemen-nya c) Tidak mengerti bisnis debitur. d) Kegagalan untuk mengidentifikasi/ kelemahan/ risiko. e) Kegagalan memonitor penggunaan kredit. f) Lemah dalam melakukan prosedur tindak lanjut. g) Menunda tindakan penyelesaian kredit bermasalah. h) Terlalu murah hati. i) Mengabaikan rincian/ pemahaman dokumentasi. j) Terlalu berorientasi pada agunan dibandingkan dengan arus kas. k) Pelanggaran prinsip dasar pemberian kredit. 5 b. Faktor debitur a) Mark-up, kenakalan debitur b) Kegagalan proyeksi bisnis c) Kesalahan asumsi, perkembangan ekonomi d) Industri dalam kondisi bermasalah e) Terkena embargo f) Tidak pandai dalam mengelola kas g) Tujuan yang tidak jelas/ tidak ada h) Manajemen yang tidak kompeten pukul 16.30 WIB 5 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 12 Agustus 2015,

58 i) Perilaku yang tidak kooperatif j) Masalah pribadi atau keluarga 6 Dari kedua faktor penyebab kemacetan pembiayaan ijarah tersebut,di KJKS BMT Bahtera yang sering menyebabkan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah dilihat dari faktor kreditur yaitu kegagalan BMT dalam memonitor penggunaan kredit yang biasanya berkaitan dengan character nasabah. Dilihat dari faktor debitur yang sering menyebabkan pembiayaan bermasalah antara lain kegagalan proyeksi bisnis, perilaku yang tidak kooperatif dan industri dalam kondisi bermasalah yang menyebabkan angsuran tersendat. Dari faktor- faktor tersebut BMT melakukan proteksi setelah evaluasi agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah di periode selanjutnya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : a. RAB (Rencana Anggaran Belanja) b. Melakukan pemantaun untuk penggunaan c. Laporan hasil ketika sudah di renovasi (nasabah) 6 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 12 Agustus 2015, pukul 16.30 WIB.

59 Risiko yang dapat menyebabkan pembiayaan ijarah bermasalah dari faktor-faktor diatas pada produk pembiayaan ijarah yaitu : a. Pugar griya Yaitu pembiayaan untuk mewujudkan rumah impian, mewujudkan hunian nasabah lebih indah dan menentramkan. Di KJKS BMT Bahtera dalam pembiayaan pada produk pugar griya yang dijadikan objek pembiayaan ijarah yaitu jasanya. Jasa dalam melakukan hunian rumah atau renovasi rumah nasabah. Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ijarah pada pugar griya yaitu penyalahgunaan dana dan adanya mark up dalam RAB. Contoh Kasus Kasus: Dana pembiayaan dipergunakan untuk dua orang. Dalam hal ini seorang nasabah A mengajukkan nasabah B untuk melakukan pembiayaan dengan akad sewa untuk produk pugar griya. Pembiayaan ini dimaksudkan untuk melakukan renovasi rumah si B. Setelah pihak BMT melakukan analisis kelayakan nasabah, maka nasabah B dinyatakan layak untuk melakukan pembiayaan. Berjalannya waktu angsuran pembayaran ternyata si B belum membayar angsuran selama 4-6 bulan yang menyebabkan pembiaayaan macet. Dalam hal ini BMT melakukan langkah- langkah sebagai berikut :

60 1) Musyawarah Dalam hal ini BMT melakukan musyawarah kepada nasabah B, yang diketahui bahwa ternyata dana yang dikeluarkan pihak BMT dipergunakan untuk 2 orang, tanpa adanya kesepakatan di awal perjanjian. Dana tersebut digunakan si B 70% dan si A 30%. Si B mengaku bahwa telah membayar angsuran tiap bulannya, namun dibayarkan ke si A. Yang ternyata dana angsuran tersebut di bawa kabur oleh si A. 2) Melakukan tindakan revitalisasi dengan 3R Setelah mengetahui permasalahan dana dipergunakan untuk 2 orang, dan dana angsuran di bawa kabur si A. Maka pihak BMT membebankan angsuran kepada keluarga si A dengan memberikan kemudahan melalui tindakan revitalisasi yaitu Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan. b. Pijar investa Yaitu pembiayan untuk pengembangan usaha berupa sewa ruko atau tokoh, sewa rumah, sewa mesin, alat- alat berat atau peralatan usaha, sewa kendaraan, dan sewa bangunan. Mekanisme dalam produk pijar investa yaitu nasabah menyewa ruko atau rumah kepada BMT selama minimal tiga tahun dan membayar ujrah atau biaya sewa kepada BMT sesuai kesepakatan. Objek dalam produk pijar investa ini berupa barang yaitu sebuah ruko atau rumah milik BMT.

61 Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ijarah pada pijar investa yaitu salah prediksi dan kurang jeli dalam menganalisa pembiayaan. Salah prediksi yaitu dalam proses analisa account officer melakukan kesalahan dalam menghitung kebutuhan dana untuk rehab. Risiko lainnya yaitu Kurang jeli, dalam proses analisa account officer kurang jeli dalam mencari informasi nasabah Risiko pembiayaan ijarah pada produk pijar investa ini disebabkan karena faktor kreditur. Yaitu analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan. Misalnya, pembiayaan diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan. 7 B. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan Upaya yang dilakukan KJKS BMT Bahtera dalam menangani Pembiayaan Bermasalah baik pada produk pugar griya maupun pijar investa tidak ada perbedaan, antara lain : a. Tindakan Preventif Tindakan yang bersifat pencegahan dan bersifat internal. Untuk itu keberhasilan tindakan sangat tergantung dari kualitas SDM, sistem dan pukul 16.30 WIB 7 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 15 Oktober 2015,

62 prosedur, mekanisme monitoring dan evaluasi. Secara garis besar tindakan preventif dapat dilakukan melalui : a) Analisis pembiayaan b) Mekanisme monitoring dan evaluasi yang meliputi : 1) On Desk Monitoring On Desk Monitoring merupakan kegiatan pengawasan secara administratif melalui instrumen administrasi seperti: laporan, catatan, dokumen dan informasi anggota 2) On Site Monitoring On Site Monitoring merupakan kegiatan pengawasan bersifat langsung atau kunjungan langsung kepada anggota. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pendalaman dan pembuktian dari hasil on desk monitoring kepada anggota secara langsung maupun kepada pihak lain seperti rekanan anggota pembiayaan 3) Auditing Auditing merupakan kegiatan pengawasan dan evaluasi yang menitikberatkan kepada pemeriksaan kelengkapan dokumen dan pemenuhan persyaratan. b. Tindakan Revitalisasi Tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota.tindakan ini dilakukan untuk pembiayaan yang telah atau sedang memasuki wilayah bermasalah. Tindakan revitalisasi meliputi antara lain :

63 a) Rescheduling Tindakan yang berbentuk penjadwalan kembali kewajiban anggota.rescheduling dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus. 2) Kemampuan anggota dalam memenuhi kewajiban masih ada. 3) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat sementara. 4) Plafon pembiayaan yang tidak berubah. Rescheduling dilakukan dengan melakukan : 1) Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan 2) Perubahan jadwal angsuran 3) Pemberian grace period 4) Perubahan jumlah angsuran b) Restrukturing Tindakan yang berbentuk penyusunan ulang terhadap seluruh kewajiban anggota.tindakan restrukturisasi dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus 2) Kemampuan anggota dalam memenuhi kewajiban masih ada. 3) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat sementara. 4) Plafon pembiayaan berubah

64 c) Reconditioning Tindakan adanya persyaratan ulang terhadap pembiayaan dan persyaratanyangtelah disepakati bersama.tindakan reconditioning dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus. 2) Sarana usaha yang masih memadai. 3) Usaha mengalami permasalahan cash flow dan manajemen. 4) Plafon pembiayaan tetap. Reconditioning dilakukan melalui. 1) Perubahan jaminan. 2) Bantuan manajemen. c. Tindakan Kuratif Tindakan yang bersifat penyelamatan melalui penanganan yang menggunakan pendekatan aspek legal formal.tindakan kuratif dapat dilakukan dengan cara eksekusi. Jenis eksekusi yang dapat dilakukan adalah : 1) Parate Eksekusi (Non Ligitasi) Proses eksekusi jaminan yang dilakukan secara sukarela tanpa melalui proses pengadilan. Ada 2 opsi yang dilakukan: 1) Anggota menjual sendiri barang jaminannya

65 2) Anggota memberi kepercayaan BMT untuk menjual barang jaminan. Dan setelah dikurangi kewajiban sisa pembiayaan, maka sisa uang akan dikembalikan pada anggota. 2) Eksekusi Secara Formal (Ligitasi) Proses eksekusi secara paksa melalui lembaga hukum yang berlaku. 1) Pengadilan Negeri 2) Pengadilan Agama 3) Badan Arbitrase Syari ah Nasional (BASYARNAS) 4) Pengadilan Niaga untuk anggota yang pailit 5) Panitia Urusan Piutang Negara / Badan Urusan Piutang dan lelang Negara Untuk anggota yang merupakan bank pemerintah Gambar 1.2 Alur penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan STRATEGY STAY PHASE OUT WRITE OFF TAGIH RESCHEDULING RECONDITIONING RESTRUCTURING SOFT APPROUCH HARD APPROUCH MUSYAWARAH NEGOSIASI TAKE OVER BASYARNAS PENGADILAN (KPKNL) KEPOLISIAN

66 Analisis Upaya yang dilakukan KJKS BMT Bahtera dalam menangani pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah telah sesuai dengan prosedure penanganan pembiayaan bermasalah yaitu : 1. Stay Strategy adalah strategi saat BMT masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang. Stay Staregi ini meliputi penanganan pembiayaan bermasalah dengan prinsip 3R yaitu Rescheduling, Reconditioning, Restructuring, kombinasi dan Eksekusi. a. Di KJKS BMT Bahtera stay staregi ini dilakukan melalui Tindakan Revitalisasi yang merupakan suatu tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota. Tindakan ini dilakukan dengan prinsip 3R tanpa adanya kombinasi. b. Untuk eksekusi sendiri KJKS BMT Bahtera menerapkan pada tindakan Kuratif yaitu penyelamatan dengan pendekatan aspek legal formal. 2. Phase out Strategy adalah strategi saat pada prinsipnya BMT tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang,kecuali bila ada faktor-faktor lain yang sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi nasabah. Dalam hal ini apabila ada faktor-faktor yang mendukung maka BMT bisa melakukan tahap musyawarah dengan nasabah. Namun dalam pembiayaan ijarah ini KJKS BMT Bahtera

67 tidak menerapkan Phase out Strategy, karena pembiayaan yang bermasalah masih bisa ditangani dengan stray staregi atau dengan tindakan revitalisasi.