BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Karakteristik beton

BAB III LANDASAN TEORI

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI. pada beton. Perkembangan teknologi pada fly ash telah mencapai inovasi baru

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. semen sebagai bahan ikatnya, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

PENGARUH KOMPOSISI GLENIUM ACE 8590 TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON MUTU TINGGI BERBASIS FLY ASH DAN FILLER PASIR KUARSA

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB III LANDASAN TEORI A.

PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Asroni (2010), secara sederhana beton dibentuk oleh pengerasan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

BAB V PEMBAHASAN. digunakan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak. Karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Transkripsi:

11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan air, sehingga mengeras dan menjadi seperti batuan. Menurut Nawy (1998) ada beberapa parameter yang dapat menentukan kekuatan beton, yaitu : 1. Kualitas semen; 2. Proporsi semen terhadap air dalam campuran; 3. Kekuatan dan kebersihan agregat; 4. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dan agregat; 5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton; 6. Penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar; 7. Perawatan pada temperatur yang tidak lebih rendah dari 50 0 F pada saat beton hendak mencapai kekuatannya; 8. Kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton ekspos dan 1% untuk beton terlindung. 11

12 3.1.1. Beton mutu tinggi Beton mutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi, yang tergolong beton bermutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan antara 40 80 MPa. Berdasarkan definisi beton normal dan beton mutu tinggi, yang menjadi perbedaan mendasar antara keduanya adalah pada kuat tekan beton yang dihasilkan. Beton normal memiliki kuat tekan lebih rendah dibandingkan beton mutu tinggi. 3.2. Material Penyusun Beton Mutu Tinggi Pada umumnya material penyusun beton mutu tinggi tidak berbeda jauh dengan beton normal, yaitu semen, agregat kasar dan halus, serta air. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa untuk memperoleh beton dengan mutu tinggi dibutuhkan nilai fas yang lebih kecil dibandingkan beton normal biasa, sehingga diperlukan bahan tambah lain untuk menjaga workability beton. Selain itu dibutuhkan beton yang lebih padat atau dengan kata lain rongga yang ada pada beton harus dikurangi. Secara rinci material penyusun beton mutu tinggi dapat dijelaskan sebagai berikut :

13 3.2.1. Semen Portland Semen merupakan bahan ikat yang penting dalam campuran adukan beton, karena berfungsi untuk mengikat agregat kasar dan agregat halus sehingga menyatu dan mengeras seperti batuan. Akan tetapi, semen akan berfungsi sebagai pasta jika direaksikan dengan air. Oleh karena itu, dalam campuran adukan beton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok aktif dan kelompok pasif. Kelompok aktif yaitu semen dan air, sedangkan kelompok pasif yaitu agregat kasar dan agregat halus. Menurut SNI 15-2049-2004 semen Portland dibedakan menjadi 5 jenis/tipe, yaitu : 1. Semen Portland tipe I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. 2. Semen Portland tipe II, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. 3. Semen Portland tipe III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. 4. Semen Portland tipe IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya membutuhkan kalor hidrasi rendah.

14 5. Semen Portland tipe V, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen tidak dapat bereaksi tanpa adanya air sebagai pereaksinya. Menurut Tjokrodimuljo (2003), Semen dan air termasuk dalam bahan perekat dimana setelah dicampurkan mengalami reaksi kimia menjadi pasta dan dalam beberapa jam mulai merekat dan dalam beberapa hari menjadi keras. Reaksi kimia antara semen dan air dapat ditulis sebagai berikut : 2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 (3-1) 2(2CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2 (3-2) dimana : CaO.SiO2 H2O CaO.SiO2.H2O Ca(OH)2 = Unsur dalam semen (kalsium silikat) = Air = Tobermorite, hasil reaksi yang keras = Kapur bebas, hasil sampingan 3.2.2. Agregat Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70 persen volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu

15 bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton. (Tjokrodimuldjo, 2010) Secara umum agregat dapat diperoleh langsung dari alam atau diolah. Untuk agregat kasar dibagi menjadi dua, yaitu : batu alam dan batu pecah. Sedangkan untuk agregat halus (pasir) kebanyakan diambil langsung dari alam, yaitu dari dalam tanah (pasir galian), dari sungai (pasir sungai), dan dari tepi laut (pasir laut). Karena agregat, baik itu agregat kasar maupun agregat halus, bersumber langsung dari alam, maka tidak terlepas dari adanya kandungan lumpur dan kandungan-kandungan zat organik yang kurang baik untuk campuran adukan beton. Oleh karena itu sebelum pembuatan benda uji perlu dilakukan pemeriksaan sample agregat kasar dan agregat halus. Pemeriksaan bahan itu meliputi pemeriksaan kandungan lumpur, kandungan zat organik agregat halus, berat jenis dan penyerapan, gradasi agregat, kadar air, dan keausan agregat kasar. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh agregat halus atau pasir adalah berbutir tajam dan keras yang dimaksudkan untuk kaitan yang baik dalam adukan, bersifat kekal (tidak mudah pecah dan hancur) untuk ketahanan terhadap perubahan lingkungan (panas, hujan), tidak mengandung lumpur

16 (bagian yang lolos ayakan 0,063 mm) lebih dari 5 %, tidak mengandung bahan organik. Dalam SK-SNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, sebagai berikut: Tabel 3.1. Gradasi Pasir Persen berat butir yang lewat ayakan Lubang Ayakan (mm) Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV 10,0 100 100 100 100 4,8 90-100 90-100 90-100 95-100 2,4 60-95 75-100 85-100 95-100 1,2 30-70 55-90 75-100 90-100 0,6 15-34 35-59 60-79 80-100 0,3 5-20 8-30 12-40 15-50 0,15 0-10 0-10 0-10 0-15 Keterangan : Daerah I : pasir kasar Daerah II : pasir agak kasar Daerah III : pasir agak halus Daerah IV : pasir halus Sedangkan untuk agregat kasar syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah berbutir keras dan tidak berpori agar dapat menghasilkan beton yang keras dan sifat tembus air kecil, bersifat kekal (tidak mudah hancur atau pecah), tidak mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Tidak mengandung zat yang reaktif alkali (dapat menyebabkan pengembangan beton), tidak boleh lebih dari 20 persen butir berbentuk pipih (butir pipih kurang mampu menahan beban, rongga besar, membutuhkan pasta seman banyak), dan bergradasi baik agar beton yang dihasilkan pampat.

17 Tabel 3.2. Gradasi Kerikil Besar butir maksimum (% berat butir yang lewat ayakan) Lubang 40 mm 20 mm 40 95-100 100 20 30-70 95-100 10 10-35 25-55 4,8 0-5 0-10 3.2.3. Air Dalam campuran adukan beton air berfungsi untuk mereaksikan semen agar dapat melekatkan agregat kasar maupun agregat halus. Selain itu juga membuat adukan beton mudah dikerjakan. Secara umum syarat yang diperlukan untuk air sebagai bahan campuran beton yaitu memenuhi syarat air bersih. Perlu diperhatikan jumlah air yang digunakan dalam campuran, karena jika kekurangan air maka adukan akan menjadi sulit dikerjakan, tetapi jika kelebihan air maka adukan menjadi terlalu encer yang dapat menyebabkan bleeding yang mengurangi kekuatan beton. Selain itu menurut Tjokrodimuljo (2010) kekuatan beton dan daya tahannya berkurang jika air mengandung kotoran. Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal serta kekuatan beton setelah mengeras. Adanya lumpur dalam air di atas 2 gram/liter dapat mengurangi kekuatan beton. Air dapat memperlambat ikatan awal beton sehingga beton belum mempunyai kekuatan dalam umur 2-3 hari. Sodium karbonat dan

18 potassium dapat menyebabkan ikatan awal sangat cepat dan konsentrasi yang besar akan mengurangi kekuatan beton. 3.2.4. Bahan Tambah Bahan tambah adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan menambahkan kemampuan dari bahan susun yang sudah ada. Dengan adanya penambahan additive ini diharapkan kualitas adukan akan semakin meningkat. a. Abu terbang (fly ash), adalah bahan sisa pembakaran batu bara yang halus dan ringan. Abu terbang (fly ash) memiliki kadar silikat dan aluminat yang reaktif yang dapat dimanfaatkan untuk mengikat kapur bebas (Ca(OH)2) dari hasil sampingan antara air dan semen menjadi tobermorite, dengan bentuk reaksi sebagai berikut : 3Ca(OH)2 + 2SiO2 + H2O 3CaO.2SiO2.3H2O (3-3) 3Ca(OH)2 + 2Al2O3 + H2O 3CaO.2Al2O3.3H2O (3-4) b. Silica fume, Silica fume yang secara fisik lebih halus dari pada semen dan secara kimia mengandung unsur SiO2 yang tinggi, akan dapat menambah kekuatan beton apabila digunakan sebagai bahan tambahan pada beton. Pemikiran ini sangat beralasan karena secara mekanik silica fume akan mengisi rongga antara butiran semen dan secara kimiawi akan

19 memberikan sifat hidrolik pada kapur mati yang dihasilkan dari proses hidrasi. (Sebayang, 2011). c. Superplasticizer, pada beton mutu tinggi nilai fas akan dibuat lebih kecil dibandingkan beton normal biasa. Oleh karena itu dibutuhkan bahan tambah yang dapat mempertahankan workability dari adukan beton itu. Superplasticizer atau high range water reducer berfungsi untuk bisa mengontrol dan menghasilkan nilai slump yang optimal pada beton segar, sehingga bisa dihasilkan kinerja pengecoran beton yang baik. Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan kadar superplasticizer akan optimum digunakan pada kadar 2% dari berat semen. d. Filler pasir kuarsa, kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau, atau laut. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwana putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis

20 2,65, titik lebur 17150 0 C, bentuk Kristal hexagonal, panas spesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12-1000 0 C. (Nugraheni, 2011). Dalam penelitian ini digunakan filler pasir kuarsa dengan ukuran diameter mesh 200 atau sekitar 0,074 mm. 3.3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton dapat diartikan sebagai kemampuan beton menahan gaya tekan. Nilai kuat tekan ini diperoleh dari perbandingan antara beban yang dapat ditahan beton hingga hancur dengan luas penampang beton yang diuji. Menurut Tjokrodimuljo (2010) pada dasarnya kuat tekan beton tergantung pada tiga hal, yaitu : 1. kekuatan pasta (air dan semen), 2. daya rekat antara pasta dan permukaan butir-butir agregat, dan 3. kuat tekan agregat Dari ketiga butir di atas, biasanya secara lebih rinci diuraikan bahwa kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : a. Umur beton, kuat tekan beton akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur beton. Yang dimaksudkan umur disini dihitung sejak beton dicetak. Laju kenaikan kekuatan beton ini

21 akan sangat cepat di awal dan berangsur-angsur melambat. Laju kenaikan ini akan sangat kecil saat beton berumur 28 hari. Secara umum dianggap bahwa pada umur 28 hari tidak ada lagi kenaikan kekuatan beton. Oleh karena itu, sebagai standar kuat tekan beton diambil saat umur beton 28 hari. b. Faktor air-semen (fas), hubungan antara fas dan kuat tekan beton secara umum adalah semakin rendah nilai fas, semakin tinggi kuat tekan betonnya. Namun, jika demikian maka beton akan semakin sulit dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai dimana nilai fas dapat optimal untuk mendapatkan kuat tekan beton yang maksimum. c. Kepadatan beton, kekuatan beton akan berkurang jika kepadatan beton berkurang. Beton yang kurang padat berarti memiliki banyak rongga sehingga membuat kuat tekannya berkurang. d. Jumlah pasta semen, pasta semen disini berfungsi untuk merekatkan agregat-agregat dan juga sekaligus untuk mengisi pori-pori dari agregat. Jika pasta semen jumlahnya kurang maka agregat tidak seluruhnya terselimuti pasta dan akan semakin banyak pori yang kosong, sehingga kuat tekan beton akan menjadi berkurang. Akan tetapi jika jumlahnya berlebih, maka kuat tekan akan didominasi oleh pasta semen yang juga tidak baik untuk kuat tekan beton. Oleh karena itu,

22 diperlukan perhitungan yang tepat untuk jumlah pasta semen yang digunakan. e. Jenis semen, semen Portland yang biasa digunakan ada beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tipe yang akan digunakan dalam pembuatan campuran adukan beton. f. Sifat agregat, baik agregat halus maupun agregat kasar memiliki beberapa sifat yang mempengaruhi kuat tekan beton, yaitu : 1. Kekasaran permukaan, semakin kasar permukaan agregat maka kuat tekan beton yang dihasilkan lebih baik, karena memiliki daya rekat yang lebih baik. 2. Bentuk agregat, agregat yang bersudut seperti batu pecah membuat butir-butir agregat saling mengunci dan sulit digeser, sehingga menghasilkan kuat tekan beton yang lebih baik dibandingkan dengan beton yang tidak bersudut seperti kerikil. 3. Kuat tekan agregat, karena sekitar 70 persen volume beton terisi agregat, sehingga kuat tekan beton didominasi oleh kuat tekan agregat. Oleh karena itu untuk memperoleh beton yang memiliki kuat tekan yang tinggi dibutuhkan pula agregat yang memiliki kuat tekan yang tinggi.

23 3.4. Modulus Elastisitas Beton Sifat elastisitas suatu bahan sangat erat hubungannya dengan kekakuan suatu bahan dalam menerima beban. Modulus elastisitas merupakan perbandingan antara tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk persatuan panjang. Semakin besar modulus elastisitas semakin kecil lendutan yang terjadi. Modulus elastisitas yang besar menunjukkan kemampuan beton menahan beban yang besar dengan kondisi regangan yang terjadi kecil. Untuk beton normal biasanya memiliki modulus elastisitas antara 25 kn/mm 2 sampai dengan 36 kn/mm 2.(Chu-Kia Wang dan Charles G.Salmon. 1986). Untuk memperoleh nilai modulus elastisitas dilakukan pengujian langsung di laboratorium dengan mengamati perubahan panjang dengan compressometer. Untuk memperoleh nilai modulus elastisitas beton digunakan perhitungan secara umum yang dapat dituliskan pada persamaan 3-5, 3-6, dan 3-7 sebagai berikut : f E (3-5) ε P maks f (3-6) A 0 0,5 x ΔP ε (3-7) P 0

24 Keterangan : E = modulus elastisitas beton tekan (MPa) f = tegangan (MPa) Ɛ = regangan Pmaks = Beban maksimum benda uji (N) Po = Panjang awal benda uji (mm) Ao = luas tampang benda uji (mm 2 ) P = perubahan panjang benda uji (mm)