Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung

dokumen-dokumen yang mirip
Outline Presentasi: - Tentang PMR Indonesia - Sekilas Pasar Karbon - Skema Karbon Nusantara - Opsi Pengembangan

Doddy S. Sukadri dan Debi Natalia. Disampaikan dalam rangka Dialog Prospek Perdagangan Karbon dari Mekanisme REDD+ Bogor, 7 Maret 2013

Peran Partisipan Proyek dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEKANISME PERDAGANGAN KARBON: PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

MRV dalam skema JCM. Sekretariat JCM Indonesia

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Tahapan pembangunan proyek dalam skema JCM. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Kemitraan Untuk REDD+: Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil CIFOR, Maret Untuk apa kita berada disini?

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

STANDAR INDUSTRI HIJAU

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Skema Sister City dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Ketidakpastian Pasar Karbon

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

MARI BERDAGANG KARBON! Pengantar Pasar Karbon untuk Pengendalian Perubahan Iklim

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perspektif CDM Pada Proyek Energi Terbarukan & Efisiensi Energi. I. Latar Belakang

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Tata ruang Indonesia

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

A. Latar Belakang Masalah

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pendanaan utk Mitigasi Sektor Kehutanan dan Kesiapan Pasar REDD+ di Indonesia

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan

PENAMBATAN KARBON PADA BERBAGAI BENTUK SISTEM USAHA TANI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK MULTIFUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI DAN SISTEM REGISTRI. Oleh : Hari Wibowo Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Kebijakan Pelaksanaan REDD

RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DLHK) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

Ketidakpastian Pasar Karbon UNTUK REDD+ DI INDONESIA?

2014, No.160.

Komite Advokasi Nasional & Daerah

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

Transkripsi:

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Dicky Edwin Hindarto Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon Sosialisasi Skema Penilaian Kesesuaian Greenhouse Gases

Struktur Presentasi 1. Situasi pasar karbon di Indonesia saat ini 2. Bagaimana ke depan? 3. Skema Karbon Nusantara 2

Bagaimana Indonesia membiayai mitigasi perubahan iklim? Pasar Non-pasar Pasar Wajib (CDM) Pasar Sukarela (VCM) Pasar Karbon Masa Depan APBN Investasi Swasta Investasi Luar Negeri Kebijakan (FIT, perbankan, insentif dan disinsentif) Kontribusi Philanthropic (CSR perusahaan, LSM, dll) 3

Kondisi pasar karbon di Indonesia saat ini CDM, 240 proyek, 81 proyek sudah terdaftar, 19 sudah issued CER dengan total 5,3 juta ton CER Voluntary Carbon Market Proses negosiasi masih berjalan Belum ada bentuk pasar yang disepakati Tapi tetap HARUS ada pasar New CDM REDD+ Crediting NAMAs Regional market Domestic market Bilateral offset credit mechanism Others Reformasi dari CDM post-2012 Programmatic CDM (PoAs) REDD+ Creditable NAMAs JCM (Joint Credit Mechanism, 32 FS telah dilakukan) Voluntary market dan domestic market Regional market (dengan Australia dan New Zealand) 4

Perencanaan perdagangan karbon dalam 3 layer Multilateral carbon market Bilateral and regional carbon market Domestic carbon market Masih dinegosiasikan Kalau robust pasti akan complicated Mensyaratkan kriteria lingkungan dan SD internasional Antara Indonesia dan beberapa negara Diharapkan akan menjadi carbon offset internasional Japan dan Australia adalah dua negara yang sangat berminat Bersifat voluntary Dikembangkan dan diperdagangkan di Indonesia Simple dan robust Bisa digunakan untuk NAMAs 5

Kenapa harus ada skema karbon domestik sukarela? Untuk pembentukan pasar karbon domestik guna menjaga momentum dari pengembangan pasar karbon yang saat ini sudah berjalan dengan baik. Sebagai katalis dari bentuk pasar lain yang sedang dibangun kemudian. Menjaga agar keberlanjutan lingkungan dan pembangunan dalam kegiatan pengurangan emisi karbon tetap terjaga. Menjadi alternatif mekanisme pembiayaan bagi mitigasi perubahan iklim dan pencapaian target pengurangan emisi di Indonesia. Skema Karbon Nusantara menjamin akan tercapainya pengurangan emisi dengan tetap menjaga kaidah-kaidah integritas lingkungan dan pembangunan berkelanjutan yang dipersyaratkan 6

Skema Karbon Nusantara CDM Voluntary Carbon Market Skema Karbon Nusantara Perdagangan karbon bilateral dan regional Pasar domestik negara lain Pemenuhan komitmen pengurangan emisi (NAMAs) Pasar karbon sukarela domestik di Indonesia Skema perdagangan karbon baru lainnya (REDD+, NMM, FVA) 7

Rancangan pasar karbon Indonesia masa depan Pasar Karbon Internasional Terhubung melalui mekanisme offset Terhubung langsung dengan sistem pasar domestik lainnya Mekanisme Kredit Internasional MEKANISME PASAR DOMESTIK yang akan bertumpu pada sistem pasar sukarela PENYUPLAI KREDIT KARBON Indonesia akan tetap memproduksi kredit karbon baik berlandas pada pasar karbon sukarela atau wajib untuk pasar internasional. PASAR REGIONAL DAN BILATERAL yang akan berlandas pada perjanjian bilateral dan regional serta kebijakan penurunan emisi domestik. 8

Skema Karbon Nusantara Check this out: skn.dnpi.go.id 9

Skema Karbon Nusantara Penjual: Pengembang proyek mitigasi yang tidak bisa/tidak layak masuk CDM, misalnya proyek mikro (<2MW, <10 GWh/tahun, <10.000 tco2/tahun) dan proyek kehutanan/pertanian berbasis masyarakat Pengembang proyek CDM pasca 2012 (sebagai alternatif sementara tujuan pasar yang baru, mis. Australia, belum dibuka dan pasar karbon internasional belum terbentuk) Pembeli: Pihak-pihak ber-entitas Indonesia (perusahaan/organisasi/ LSM/dll) yang ingin melakukan offset atas emisi GRK akibat operasinya di Indonesia; dan/atau Pihak-pihak ber-entitas Indonesia yang ingin membeli kredit SKN sebagai bentuk Corporate/Organizational Social Responsibility 10

Alur operasi Skema Karbon Nusantara A A B B Dokumen Usulan Proyek Validasi DUP Laporan Validasi C Pencatatan UKN Ya Tidak C Permintaan Pendaftaran Tidak C Permintaan Penerbitan UKN Ya A Pelaksanaan dan Pemantauan Proyek A B Verifikasi Pemantauan Proyek B Laporan Verifikasi Keterangan Pelaku: Pengusul Proyek Validator/Verifikator A B C Penyelenggara SKN 11

Nilai-nilai dasar Skema Karbon Nusantara 1. Bahasa utama yang digunakan dalam SKN adalah Bahasa Indonesia. 2. Penurunan emisi harus nyata, bersifat tetap (permanen), dapat diukur, dimonitor dan dilaporkan. 3. Kegiatan penurunan emisi dalam SKN harus bersifat additional terhadap praktek business-as-usual. 4. Penurunan emisi yang dihasilkan dalam SKN tidak dapat didaftarkan sebagai kredit karbon dalam standar yang lain. SKN akan mengoperasikan sistem pencatatan (registry) untuk mencatat penerbitan dan kepemilikan Unit Karbon Nusantara dan memastikan kredit karbon yang dihasilkan dalam skema ini tidak dihitung berganda (double counted) sebagai penurunan emisi dalam standar lain. 5. Kegiatan penurunan emisi dalam SKN harus berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan Indonesia. 12

Ketentuan umum Skema Karbon Nusantara 1. Proyek berlokasi di wilayah Republik Indonesia. 2. Cakupan gas Kyoto (CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, SF6). 3. Lingkup Sektoral: a. Pemanfaatan energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga surya, biomassa, tenaga air, dan lain-lain; b. Upaya penghematan dan peningkatan efisiensi pemakaian energi; c. Peningkatan efisiensi maupun modifikasi proses industri; d. Pengelolaan limbah industri dan rumah tangga secara berkelanjutan; e. Upaya penanaman hutan dan penghutanan kembali; f. Pengurangan emisi GRK dari deforestasi dan degradasi hutan (reducing emissions from deforestation and forest degradation); dan g. Pengelolaan pertanian secara berkelanjutan. 13

Ketentuan umum Skema Karbon Nusantara 4. Tanggal mulai proyek tidak sebelum 1 Oktober 2009. 5. Periode kredit dalam SKN adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperbarui empat kali, kecuali kehutanan (akan ditentukan kemudian). 6. Skenario dasar (baseline) ditentukan oleh pengusul proyek berdasarkan metodologi yang sesuai atau dengan menggunakan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh Komite SKN, bila tersedia. 7. Penurunan emisi GRK akibat kegiatan proyek dihitung sebagai [emisi GRK tanpa adanya proyek] dikurangi [emisi GRK dengan adanya proyek]. Penghilangan emisi GRK dalam proyek-proyek kehutanan yang meningkatkan rosot karbon dihitung sebagai [emisi GRK yang diserap dengan adanya proyek] dikurangi [emisi GRK yang diserap tanpa adanya proyek]. 8. Proyek harus dapat dibuktikan berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan Indonesia. Tata cara dan panduan pembuktian akan diperinci dalam Panduan Pembangunan Berkelanjutan. 14

Ketentuan umum Skema Karbon Nusantara 9. Secara garis besar, untuk dikategorikan sebagai additional maka proyek haruslah memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: A. Proyek memiliki hambatan pelaksanaan yang dapat diatasi, seluruh atau sebagian, oleh pendapatan dari penjualan UKN. Hambatanhambatan tersebut berupa: i. Hambatan keuangan. ii. Hambatan kelembagaan. Proyek mengalami hambatan dari faktor nonekonomi yang mengancam keberlanjutan proyek, misalnya dari aspek manajemen, sumber daya manusia, sosial budaya, dan lain-lainnya B. Kegiatan proyek termasuk di dalam daftar jenis kegiatan yang dikecualikan dari pembuktian additionality. Daftar tersebut ditetapkan oleh Komite SKN dan dapat diperbarui sesuai dengan kebutuhan, baik berdasarkan asesmen sendiri ataupun usulan dari pemangku kepentingan. 15

Kerangka kelembagaan Skema Karbon Nusantara Komite Penasehat Komite Sekretariat Unit Khusus Registry Knowledge Management Komite SKN bertugas sebagai pengambil keputusan tertinggi termasuk di dalamnya keputusan-keputusan strategis dalam pengembangan SKN, penetapan kelayakan proyek, penerbitan UKN, pengadopsian metodologi, dan lain-lain. Komite SKN dapat dibantu oleh suatu Komite Penasehat bilamana diperlukan Komite Penasehat dan Komite SKN terdiri dari perwakilan pemangku kepentingan. Sekretariat bertugas melaksanakan operasi SKN, menganalisa dan memberikan rekomendasi kepada Komite SKN dalam hal-hal yang menyangkut operasional SKN baik dalam aspek teknis maupun administratif. 16

Metodologi Skema Karbon Nusantara Metodologi harus merefleksikan Nilai-nilai Dasar SKN, dapat dipertanggungjawabkan secara sains, akurat dalam tingkat yang wajar serta dapat diterapkan dengan baik untuk kondisi dan kapasitas Indonesia. Secara jelas mendefinisikan: Lingkup berlaku (applicability) metodologi Batasan proyek Cara penghitungan emisi baseline dan emisi proyek Cara pemantauan dan pelaporan emisi proyek Dapat mengadopsi metodologi dari standar lain, misalnya Clean Development Mechanism, bila dianggap sesuai dan applicable untuk kondisi Indonesia. Para pemangku kepentingan dalam SKN dapat mengusulkan metodologi untuk diputuskan kelayakannya oleh Komite. 17

Validasi dan verifikasi Skema Karbon Nusantara Validasi dan verifikasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip audit penjaminan mutu yang berlaku secara universal. Secara khusus, validasi dan verifikasi dalam SKN mengadopsi prinsip-prinsip dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 14064-2:2009. Validasi dan verifikasi dilakukan oleh pihak independen yang kompeten. Validator dan verifikator harus mendapatkan otorisasi dari Komite SKN untuk melaksanakan validasi dan verifikasi proyek SKN dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam SNI ISO 14065:2009 tentang Persyaratan bagi Lembaga Validasi dan Verifikasi Gas Rumah Kaca. Proyek penurunan emisi yang telah mendapatkan validasi positif akan didaftarkan sebagai proyek SKN dan kemudian pengusul proyek dapat meminta penerbitan Unit Karbon Nusantara untuk penurunan emisi yang telah diverifikasi. Komite SKN akan mengoperasikan sistem pencatatan (registry) yang mempunyai fasilitas penelusuran jejak penerbitan, distribusi dan pengalihan kepemilikan UKN. 18

Panduan pembangunan berkelanjutan Skema Karbon Nusantara Pembuktian kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dari kinerja proyek dalam 3 (tiga) kategori berikut indikatornya: Lingkungan Ekonomi Sosial Kategori / Indikator Fungsi ekologis lokal Kuantitas dan kualitas sumber daya alam Keanekaragaman hayati Kesehatan dan keselamatan Pendapatan masyarakat Lapangan kerja Akses pada jasa dan pelayanan umum Integritas sosial Relokasi tempat tinggal/usaha Penghormatan budaya Pengusul proyek dapat mengusulkan indikator tambahan sesuai proyeknya (disamping indikator yang telah ditentukan) Kinerja kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan akan membedakan setiap proyek dan kemungkinan menentukan nilai jual UKN 19

Panduan pembangunan berkelanjutan Skema Karbon Nusantara Mengacu pada indikator yang digunakan, Pengusul Proyek memperkirakan dampak-dampak yang dapat timbul Apakah proyek dapat memberikan dampak positif? Tidak Proyek tidak layak masuk SKN Ya Tidak Kerangka pikir dalam penilaian kontribusi proyek terhadap pembangunan berkelanjutan Apakah proyek dapat memberikan dampak negatif? Ya Apakah resiko dampak negatif dapat di-mitigasi? Tidak Ya PP menyusun rencana pemantauan kontribusi proyek terhadap pembangunan berkelanjutan PP menyusun rencana pengelolaan resiko dampak negatif 20

Kesimpulan Skema Karbon Nusantara ini diharapkan dapat: 1. Menjadi skema insentif untuk pembangunan rendah karbon. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan emisi GRK dan cara-cara mitigasinya. 3. Ajang pembelajaran teknik dan manajemen aset karbon. 4. Menjadi milik bersama dan dapat digunakan sebagai instrumen pembiayaan mitigasi perubahan iklim. Langkah Selanjutnya: 1. Pengembangan metodologi, panduan, dan kelengkapan SKN lainnya. 2. Mendapatkan pilot project untuk dikembangkan di bawah SKN. 3. Persiapan untuk lembaga validasi dan verifikasi. 4. Mengadvokasi sinergi antar program Pemerintah/BUMN/Swasta untuk mendorong pemakaian SKN. 5. Saat ini draft Ketentuan Umum dan Panduan Pembangunan Berkelanjutan terbuka untuk komentar publik (http://skn.dnpi.go.id) 21

Terima kasih Thank you