BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni atau pure research yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR PULAU SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB 2 BAHAN DAN METODA

memiliki karakteristik topografi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan selama enam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Pesisir Pulau Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sokaraja dengan kondisi lingkungan dominan pemukiman penduduk

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

II. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

2014 STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

DAFTAR LAMPIRAN SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN. No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN ANALISA STRUKTUR KOMUNITAS SPESIES PLANKTON. Encik Weliyadi, 2) Dedy Harto

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

Transkripsi:

21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dinamika komunitas plankton di perairan hutan Mangrove Leuweung Sancang secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1998) antara kelimpahan, keragaman, dan dominansi plankton. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di hutan Mangrove Leuweung Sancang, Pantai Selatan Jawa Barat, yang terletak di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sampling dilakukan di perairan mangrove yang berada di daerah muara Sungai Cipalawah, dapat dilihat pada gambar 3.1, gambar 3.2, dan lampiran 3. Cikolomberan Cipalawah Gambar 3. 1 Peta hutan mangrove Leuweung Sancang dan perairan di sekitarnya; Kotak berwarna merah, area pengamatan. (Sumber: Blom Narcon Cooperation (1999), skala 1: 25000)

22 2. Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei 2012. Urutan waktu penelitian ini dilakukan dengan perhitungan cuaca dan pasang surut yang terjadi selama 1 hari, karena hal ini disesuaikan dengan aktivitas fotosintesis plankton. C. Populasi dan Sampel Populasi yang dijadikan objek penelitian adalah semua plankton yang terdapat di perairan hutan mangrove Leuweung Sancang. Sampel yang diamati adalah individu plankton yang tercuplik di setiap stasiun pengamatan. D. Desain Penelitian Penelitian diawali dengan melakukan pra-penelitian yang disertai survey pendahuluan. Dalam survey pendahuluan ini dilakukan pengamatan terhadap kondisi lokasi penelitian meliputi pengamatan rona lingkungan, penentuan stasiun penelitian, dan wawancara nelayan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi lingkungan perairan dan waktu pasang surut. Tujuan pra-penelitian yang dilakukan pada bulan Maret 2012 dilakukan untuk menguji coba metode yang dilakukan saat penelitian, diantaranya adalah cara penyaringan dan kualitas pengawet. Sebelum itu dilakukan survey pendahuluan untuk melihat kondisi lingkungan dan wawancara langsung dengan warga setempat. Berdasarkan hasil pra-penelitian, perairan di hutan Mangrove Leuweung Sancang memiliki ketinggian dasar yang berbeda dikarenakan adanya perbedaan topografi karang. Rendahnya perairan di sekitar muara tidak

23 memungkinkan untuk penggunaan perahu dan water sampler karena dikhawatirkan akan beresiko menabrak karang serta menambah riak air di tempat pengamatan sehingga menganggu proses pencuplikan dan pengukuran parameter abiotik. Penyaringan dilakukan secara manual dengan menggunakan ember kapasitas 10 L sebagai pengganti water sampler. Pada pengujian pengawet didapatkan pengawet yang paling cocok adalah alkohol 70% dan formalin 4% (1:1) (Michael, 1984), masing-masing 1 ml untuk 50 ml sampel ditambah 5 tetes gliserin agar plankton yang memiliki zat kersik dan cangkang tidak mudah rapuh. Jenis pengawet yang diuji coba diantaranya lugol, CuSO 4, gliserin, alkohol 70%, dan formalin 4% dengan beberapa cara pengenceran. Terlihat beberapa perbedaan pada spesies hasil pencuplikan yang dilakukan pada bulan Maret 2012 ketika musim hujan (angin barat) bila dibandingkan dengan hasil pencuplikan ketika penelitian pada bulan Mei (musim peralihan). Pada sampel yang ditemukan pada bulan Maret jumlah fitoplankton yang ditemukan lebih sedikit dibandingkan bulan Mei. Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan penelitian. Lokasi penelitian dipisahkan menjadi lima stasiun pencuplikan berdasarkan jenis substrat penyusun dasar perairan yang berbeda (purposive sampling). Didalam setiap stasiun ditempatkan satu line transect (transek garis). Dengan penempatan garis yang ditarik secara tegak lurus terhadap garis pantai dari barisan vegetasi mangrove terluar menyeberangi perairan hingga batas vegetasi mangrove terluar yang berada di delta mangrove. Kemudian transek garis didalam stasiun dibagi menjadi tiga titik pencuplikan, titik pertama berada di pinggir vegetasi hutan

24 mangrove, titik kedua tepat ditengah perairan, dan titik ketiga berada di dekat vegetasi delta mangrove terluar, dapat dilihat pada gambar 3.2. Jarak antar garis dengan garis lainnya kurang lebih 100 m, sedangkan panjang garis berbeda-beda karena tepi perairan yang berkelok-kelok. Gambar 3. 2 Ilustrasi pemasangan line transect di perairan hutan mangrove; (1-5 = line transect, 1-3 = titik pencuplikan) (Sumber: Blom Narcon Cooperation (1999), skala 1: 25000) Pengambilan cuplikan dilakukan sebanyak tiga kali pada waktu yang berbeda. Perbedaan waktu tersebut dianggap sebagai pengulangan. Total pencuplikan semua stasiun pada satu hari pengamatan adalah 15 titik pencuplikan. Dalam waktu tiga hari pengulangan didapatkan 45 sampel sehingga total pencuplikan pada dua waktu berbeda, siang dan malam, didapatkan 90 sampel plankton. Data hasil penelitian plankton dimasukkan kedalam format pengamatan, yang di dalamnya terdapat nama spesies, stasiun, titik serta jumlah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6 (format penulisan hasil penelitian).

25 E. Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian meliputi dua tahap yaitu tahap pra-penelitian dan penelitian inti. 1. Pra Penelitian a. Pengamatan rona lingkungan dan pemetaan kondisi Pantai Leuweung Sancang, dilakukan ketika survey di lokasi penelitian. b. Wawancara dilakukan pada petugas dan penduduk setempat. c. Lokasi penelitian dan koordinat-koordinat utama dimasukkan (mapping) ke dalam peta digital. d. Pengukuran faktor abiotik dan pengambilan contoh sampel. 2. Penelitian a. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian disiapkan. b. Line transect (transek garis) dibuat tegak lurus terhadap garis pantai yang melintasi perairan sampai delta mangrove. Setiap transek garis diletakkan pada stasiun yang dibagi berdasarkan rona lingkungan. c. Transek garis dibagi menjadi tiga titik pencuplikan yang terletak di pinggir vegetasi mangrove, di tengah perairan, dan di pinggir vegetasi delta mangrove. d. Proses pencuplikan sampel penelitian dilakukan menggunakan ember yang telah diketahui kapasitasnya (10 liter). e. Dari setiap titik pencuplikan diambil sebanyak 50 L air laut, kemudian disaring menggunakan plankton net no. 25 ukuran jaring 0,0535 mm.

26 f. Sampel air yang tersaring sebanyak 50 ml dipindahkan ke dalam botol sampel yang telah diberi label, dan diawetkan menggunakan 1 ml formalin 4% : 1 ml alkohol 70% serta 5 tetes gliserin. Kemudian dimasukkan ke dalam cool box. Identifikasi dilakukan di laboratorium Ekologi FPMIPA UPI dan Laboratorium Analisis Kualitas Air, PPSDAL, Bandung. g. Pengambilan sampel dilakukan pada saat pasang menuju surut (baik untuk pencuplikan pada siang hari maupun malam hari) dengan pengulangan sebanyak tiga kali, pada garis yang sama. h. Pengukuran parameter fisik dan kimiawi berupa suhu air, penetrasi cahaya, kekeruhan air, intensitas cahaya, salinitas, kecepatan arus, ph air, MOT, DO, dan CO 2 bebas, dengan tiga kali pengulangan pada setiap pencuplikan di setiap stasiun (langkah kerja pegukuran fisik tercantum pada lampiran 5). i. Analisis data untuk faktor abiotik digunakan perhitungan rata-rata. 3. Analisis Data Data yang diperoleh selama penelitian diidentifikasi kemudian dianalisis keragaman, kelimpahan, dominansi, dan sebaran antar spesies dalam komunitas tersebut. a. Identifikasi dan Determinasi Plankton 1) Identifikasi sampel dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan metode Sedgwick Refter Counting Cell (SRCC). 2) Plankton yang didapat kemudian dicatat, dihitung, dan didokumentasikan. 3) Sampel plankton yang ditemukan diidentifikasi dengan menggunakan literatur, seperti: The Marine and Freshwater Plankton (Davis, 1995), Kunci

27 Identifikasi Zooplankton (Hutabarat & Evans, 1986), A Practical Guide Marine Plankton (Newell & Newell, 1977), dan Illustrations of the Marine plankton of Japan (Yamaji, 1982) di Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI, dan Laboratorium Analisis Kualitas Air, PPSDAL, Bandung. b. Perhitungan 1) Kelimpahan (abundance) Untuk melihat kelimpahan data yang diperoleh, digunakan rumus kelimpahan yang dimodifikasi Sachlan (1992) (Fachrul, 2007: 95; Basmi, 1999): N = n (Vr/Vo) (1/Vs) (1000) Keterangan: N = Jumlah sel per liter n = Jumlah sel yang diamati Vr = Volume air tersaring (ml) Vo = Volume air yang diamati (pada Sedgwick rafter) (ml) Vs = Volume air yang disaring (L) 1000=konversi dalam m 3 2) Keragaman (diversity) Perhitungan indeks keragaman dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener. (Fachrul, 2008: 96; Odum, 1971: 179; Brower, 1997:180). Keterangan: H = Indeks Keragaman Shanon-Wienner Pi = ni/n N = Total jumlah individu dalam komunitas ni = Total individu spesies ke-i

28 Kriteria Kisaran indeks keragaman diklasifikasi sebagai berikut (Fachrul, 2008: 96; Odum, 1971: 179; Brower, 1997:180): H' < 1 Keragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil 1 < H' < 3 Keragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang H > 3 Keragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi,tahan terhadap tekanan ekologis Keragaman tidak dapat terlepas dari kemerataan (evenness), yang dapat dihitung dengan formulasi Pielou (Odum, 1971) : Keterangan: H = Indeks Keragaman Shannon-Wiener S= Jumlah jenis (spesies) e= Nilai keseimbangan (indeks keseragaman) antar jenis Kriteria : e 0.4 kemerataan rendah 0.4 < e < 0.6 kemerataan sedang e 0,6 kemerataan tinggi 3) Indeks Similaritas Sorensen Indeks similaritas jenis menunjukkan perbandingan nilai suatu jenis plankton di habitat yang berbeda. Rumus Indeks Similaritas Jenis yang digunakan menurut Sorensen (Odum, 1971), yaitu:

29 Kriteria : IS< 50% IS> 50% Keterangan: IS = Indeks Sorensen A = Jumlah spesies di zona/daerah A B = Jumlah spesies di zona/daerah B C = Jumlah spesies yang ada di kedua zona/daerah A dan B Indeks Similaritas rendah Indeks Similaritas tinggi 4) Indeks Dominansi Untuk mengetahui adanya dominansi jenis tertentu di perairan dapat digunakan Indeks Dominansi Simpson (Fachrul, 2007: 96; Odum, 1971): Keterangan: C = Indeks dominansi ni = Jumlah individu tiap jenis N = Jumlah individu seluruh jenis Kriteria : Indeks Dominansi antara 0-1 D 0,5 tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya. D 0,8 terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya. 5) Pola Sebaran Untuk melihat pola sebaran dari populasi yang ada, dapat digunakan rumus varians (pangkat dua dari simpangan baku) (Fowler & Cohen, 1990): Keterangan: s 2 = variansi x i = x ke-i x= x rata-rata n= total sampling Kriteria : s 2 /x < 1 Pola sebaran teratur/seragam (uniform)

30 s 2 /x = 1 s 2 /x > 1 Pola sebaran acak (random) Pola sebaran berkelompok/agregat (clumped) F. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini bahan kimia untuk analisis CO 2 bebas, MOT air, DO serta bahan pengawet formalin 4 %, alkohol, dan gliserin untuk mengawetkan spesimen plankton dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3. 1 Daftar Bahan yang Digunakan Bahan Penelitian Bahan Pengawet: Formalin 40% Alkohol 70% Gliserin Jumlah 100 ml 100 ml 25 ml Titrasi CO 2 : NaOH Indikator phenolphthalein Alkohol 96% 7 gr 0.5 gr 50 ml Titrasi O 2 : H 2 SO 4 KOH KI Na 2 SO 3 100 ml 105 gr 22.5 gr 250 ml Titrasi MOT H 2 SO 4 1:3 KMnO 4 50 ml 0.475 gr Aquades 8 L

31 Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur suhu, salinitas, ph, dan kekeruhan, alat untuk sampling, yaitu plankton net, ember, Erlenmeyer, botol sampel plankton, botol sampel air, cool box, kertas label, dan kamera untuk dokumentasi. Untuk keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3. 2 Daftar Alat yang Digunakan No. Alat Jumlah 1 Beaker Glass 500 ml 2 buah 2 Botol film 50 ml 260 buah 3 Botol gelap 150 ml 13 buah 4 Botol gelap 250 ml 5 buah 5 Cool box 1 buah 6 Ember kapasitas 10 L 1 buah 7 Gelas Ukur 10 ml 2 buah 8 Gelas Ukur 25 ml 1 buah 9 Gelas Ukur 50 ml 1 buah 10 Kertas Label 1 pak 11 Kompas 1 buah 12 Label 1 pak 13 Labu Erlenmeyer 250 ml 3 buah 14 Luxmeter 1 buah 15 Penggaris 1 buah 16 Peta 1 buah 17 ph meter 1 buah 18 Pinset 2 buah 19 Pisau 2 buah 20 Plankton net 2 buah 21 Salinity refractometer 1 buah 22 Secchi Disc 1 buah 23 Spatula 2 buah 24 Tali raffia 2 Km 25 Termometer 1 buah 26 Turbidity meter 1 buah

32 G. Alur Penelitian PRA PENELITIAN SURVEY Pemetaan, pengamatan, dan pengukuran rona lingkungan Penentuan Titik (Mapping) Wawancara Penduduk Pengolahan data Pra Penelitian peletakan line transect, pengukuran faktor abiotik, pencuplikan sampel air Keragaman, Kelimpahan, Dominansi, Pola distribusi PENELITIAN Sampling Identifikasi Analisis data Simpulan Buku Identifikasi: Davis (1995) Hutabarat & Evans (1986) Newell & Newell (1977) Yamaji (1982) Pembuatan Laporan Gambar 3.3 Alur Penelitian