SKEP /40/ III / 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP TAHUN TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG

9 Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 116 Tahun 2013 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG RUSAK DI BANDAR UDARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

Udara Jenderal Besar Soedirman di

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 017 TAHUN 2018 TENTANG TIM PELAKSANA TINDAK LANJUT UMPAN BALIK PENGGUNA

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan operasional Bandar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 436 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 85 Tahun 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 301 / V /2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR: PM. 128 TAHUN 2015 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG RUSAK DI BANDAR UDARA

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

yang tidak menyediakan bahan pemadam api sesuai dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 049 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 238 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

Transkripsi:

SKEP /40/ III / 2010 PETUNJUK DAN TATA CARA PELAPORAN KEJADIAN, KEJADIAN SERIUS DAN KECELAKAAN DI BANDAR UDARA BAGIAN 139-04 (ADVISORY CIRCULAR PART 139 04, INCIDENT, SERIOUS INCIDENT, AND ACCIDENT REPORT)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR SKEP /40/ III / 2010 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PELAPORAN KEJADIAN, KEJADIAN SERIUS DAN KECELAKAAN DI BANDAR UDARA BAGIAN 139-04 (ADVISORY CIRCULAR PART 139 04, INCIDENT, SERIOUS INCIDENT, AND ACCIDENT REPORT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 tentang Bandar Udara (CASR 139 Aerodrome) telah diatur ketentuan tentang pelaporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan pelaporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di Bandar Udara dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146); 1

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2008; 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome); 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan; MEMUTUSKAN Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPORAN KEJADIAN, KEJADIAN SERIUS DAN KECELAKAAN DI BANDAR UDARA BAGIAN 139.049 (ADVISORY CIRCULAR PART 139.049 INCIDENT, SERIOUS INCIDENT, AND ACCIDENT REPORT) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. 2. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum. 3. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandar udara yangbelum diusahakan secara komersial. 4. Kejadian (Incident) adalah suatu peristiwa selain kecelakaan (accident) yang berhubungan dengan pengoperasian pesawat udara yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi keselamatan operasi pesawat udara. 2

5. Kejadian serius (serious incident) adalah suatu kondisi pengoperasian pesawat udara hampir terjadinya kecelakaan. 6. Kecelakaan (Accident) adalah peristiwa pengoperasian pesawat udara yang mengakibatkan kerusakan berat pada peralatan atau fasilitas yang digunakan dan/atau korban jiwa atau luka serius. 7. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan. 8. Fasilitas dan peralatan bandar udara adalah semua fasilitas dan peralatan baik di dalam maupun di luar batas-batas bandar udara yang dibangun atau dipasang (diinstalasi) dan dipelihara untuk tujuan melayani kedatangan, keberangkatan dan permukaan pergerak pesawat udara termasuk peralatan pelayanan darat pesawat udara (Ground Support Equipment/GSE) 9. Kendaraan adalah semua alat angkut termasuk gerobak, kereta barang baik yang dilengkapi maupun yang tidak dilengkapi mesin. 10. Direktur Jenderal adalah adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 11. Direktur adalah Direktur Bandar Udara. BAB II PETUGAS PELAPORAN Pasal 2 (1) Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara harus mencatat dan melaporkan setiap adanya kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara. (2) Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara harus menunjuk 1 (satu) atau lebih petugas yang memiliki kompetensi di bidangnya untuk melaksanakan pencatatan dan pelaporan setiap adanya kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar Udara berdasarkan Surat Keputusan Kepala Penyelenggara Bandar Udara. 3

Pasal 3 Petugas yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mempunyai tugas a. mengumpulkan data kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara; b. mendokumentasikan data kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara; c. melaporkan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara. BAB III TATA CARA PELAPORAN KEJADIAN (INCIDENT), KEJADIAN SERIUS (SERIOUS INCIDENT) DAN KECELAKAAN (ACCIDENT) DI BANDAR UDARA Pasal 4 (1) Pelaporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, harus dilaporkan kepada a. Direktur Jenderal; b. Direktur; c. Aeronautical Information Service (AIS) Unit. (2) Pelaporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara yang menyebabkan perubahan operasional bandar udara dipublikasikan oleh Aeronautical Information Service (AIS) Unit dalam Aeronautical Infromation Publication (AIP). (3) Badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara harus mengklarifikasi kebenaran data dalam AIP yang dipublikasikan oleh AIS Unit sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 5 Kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) yang terjadi di daerah pergerakan (movement area) dan daerah pelayanan PKP-PK bandar udara, yang meliputi a. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) personel/petugas dan/atau penumpang di bandar udara; 4

b. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) pesawat udara di bandar udara; c. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) fasilitas/peralatan dan kendaraan di bandar udara; dan d. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) antara pesawat udara dengan fasilitas/peralatan dan kendaraan di bandar udara. Pasal 6 (1) Badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara harus melakukan penyelidikan (investigasi) untuk memastikan penyebab kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara terkait dengan operasional bandar udara. (2) Badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara harus menganalisa penyebab terjadinya kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) yang diakibatkan oleh operasional bandar udara sebagai tindakan perbaikan (corrective action) untuk menghindari kejadian serupa. Pasal 7 Penyelidikan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara yang dilakukan oleh badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara bersifat internal dan tidak mengganggu proses penyelidikan yang dilakukan oleh institusi yang berwenang. Pasal 8 Direktur harus menganalisa laporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara sebagai acuan pengembangan kebijakan bidang regulasi, prosedur, teknologi dan sumber daya manusia sebagai upaya pencegahan kejadian serupa. Pasal 9 Jenis pelaporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara oleh badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara, meliputi a. informasi awal; b. laporan awal; c. laporan lanjutan. 5

Pasal 10 Informasi awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a merupakan informasi lisan yang harus segera disampaikan oleh badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara pada saat terjadinya kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara. Pasal 11 (1) Laporan awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b merupakan laporan tertulis setelah terjadinya kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara oleh badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara yang memuat informasi a. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident)personel/petugas dan/atau penumpang di bandar udara; b. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident)pesawat udara di bandar udara; c. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident)fasilitas/peralatan dan kendaraan di bandar udara; d. kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident)antara pesawat udara dengan fasilitas/peralatan dan kendaraan di bandar udara. (2) Format Laporan awal kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada Lampiran I peraturan ini. Pasal 12 Laporan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c merupakan laporan rinci Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara yang memuat informasi tindakan penanggulangan sesuai dengan prosedur penanggulangan keadaan darurat (airport emergency plan) bandar udara. Pasal 13 (1) Laporan awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib disampaikan selambatlambatnya 1 (satu) hari setelah terjadinya peristiwa. (2) Laporan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 wajib disampaikan selambatlambatnya 3 (tiga) hari setelah terjadinya kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) di bandar udara. 6

Pasal 14 Contoh surat laporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident) bandar udara tercantum pada Lampiran II peraturan ini. Direktur mengawasi pelaksanaan peraturan ini. BAB IV PENUTUP Pasal 15 Pasal 16 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 19 Maret 2010 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA HERRY BAKTI SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada 1. Menteri Perhubungan; 2. Wakil Menteri Perhubungan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; 4. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 7. Para Kepala Kantor Administrator Bandar Udara; 8. Para Kepala Bandar Udara; 9. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); 10. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero). Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDITJEN HUBUD RUDI RICHARDO Pembina / (IV/a) NIP. 19670118 199403 1 001 7

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor Tanggal A. CONTOH FORMAT LAPORAN AWAL Jenis Peristiwa Kecelakaan (accident). Kejadian serius (serious incident) Kejadian (incident). a. DATA UMUM 1. Tanggal Kejadian 2. Nama Bandar Udara 3. Lokasi Kejadian (tempat dimana lokasi incident dan/ atau accident terjadi di bandar udara) 4. Waktu Kejadian (local time) (UTC) 5. Informasi cuaca (weather report e.g wind, temp.,visibility) b. c. PESAWAT UDARA (dapat lebih dari satu data apabila melibatkan pesawat udara lain) 1. Nama Perusahaan Angkutan Udara 2. Jenis Pesawat Udara 3. Nomor Registrasi Pesawat Udara 4. Nomor Penerbangan 5. Nama Kapten Penerbang (PIC) 6. Kerusakan pada pesawat 7. Jumlah Penumpang 8. Jumlah korban (jika ada dilengkapi dengan data jumlah korban meninggal dan/atau terluka) FASILITAS/PERALATAN DAN KENDARAAN (dapat lebih dari satu data apabila melibatkan fasilitas/peralatan dan kendaraan lain) 1. Nama pengelola fasilitas/peralatan dan kendaraan 2. Jenis fasilitas/peralatan/ kendaraan 3. Kerusakan pada fasilitas/peralatan/ kendaraan 4. Nama operator 5. Nomor Lisensi (jika memiliki lisensi) 8

6. Jumlah korban (jika ada dilengkapi dengan data korban meninggal dan/atau terluka) d. LAIN-LAIN (diisi dengan data lain sebagai penyebab kecelakaan, kejadian serius dan kejadian contoh personel/petugas dan/atau penumpang, binatang liar dll) 1.... 2.... 3.... e. DESKRIPSI 1. Kronologi Kejadian (detail kronologi dapat ditambahkan pada halaman lain) 2. Dampak Kejadian terhadap operasional bandar udara (detail dampak kejadian dapat ditambahkan pada halaman lain) Tanggal... Petugas Pelaporan (Reporting Officer) TTD (...Nama... ) NIP 9

B. CONTOH FORMAT LAPORAN AWAL Jenis Peristiwa Kecelakaan, kejadian serius dan kejadian personel/petugas dan/atau penumpang. Kecelakaan, kejadian serius dan kejadian pesawat udara. Kecelakaan, kejadian serius dan kejadian fasilitas/peralatan dan kendaraan. Kecelakaan, kejadian serius dan kejadian pesawat udara fasilitas/peralatan dan kendaraan...lain-lain a. DATA UMUM 1. Tanggal Kejadian 2. Nama Bandar Udara 3. Lokasi Kejadian (tempat dimana lokasi incident dan/ atau accident terjadi di bandar udara) 4. Waktu Kejadian (local time) (UTC) 5. Informasi cuaca (weather report e.g wind, temp.,visibility) b. PERSONEL/PETUGAS DAN/ATAU PENUMPANG 1. Nama Korban Nama personel/petugas; Nama penumpang. 2. 3. Jumlah korban c. PESAWAT UDARA (dapat lebih dari satu data apabila melibatkan pesawat udara lain) 1. Nama Perusahaan Angkutan Udara 2. Jenis Pesawat Udara 3. Nomor Registrasi Pesawat Udara 4. Nomor Penerbangan 5. Nama Kapten Penerbang (PIC) 6. Kerusakan pada pesawat 7. Jumlah Penumpang 8. Jumlah korban (jika adadilengkapi dengan data korban meninggal dan/atau terluka) d. FASILITAS/PERALATAN DAN KENDARAAN (dapat lebih dari satu data apabila melibatkan fasilitas/peralatan dan kendaraan lain) 1. Nama pengelola fasilitas/peralatan dan kendaraan 2. Jenis fasilitas/peralatan/ kendaraan 3. Kerusakan pada fasilitas/peralatan/ kendaraan 10

4. Nama operator 5. Nomor Lisensi (jika memiliki lisensi) 6. Jumlah korban (jika ada dilengkapi dengan data korban meninggal dan/atau terluka) e. LAIN-LAIN (diisi dengan data lain sebagai penyebab kecelakaan, kejadian serius dan kejadian) 1.... 2.... f. DESKRIPSI 1. Kronologi Kejadian (detail kronologi dapat ditambahkan pada halaman lain) 2. Dampak Kejadian terhadap operasional bandar udara (detail dampak kejadian dapat ditambahkan pada halaman lain) Tanggal... Petugas Pelaporan (Reporting Officer) TTD (...Nama... ) NIP 11

C. CONTOH FORMAT LAPORAN AWAL KEJADIAN (INCIDENT), KEJADIAN SERIUS (SERIOUS INCIDENT) DAN KECELAKAAN (ACCIDENT) FASILITAS/PERALATAN DAN KENDARAAN DI BANDAR UDARA Kepada Yth Direktur Jenderal Perhubungan Udara Direktur Bandar Udara Aeronautical Information Service (AIS) a. DATA UMUM 1. Tanggal Kejadian 2. Nama Bandar Udara 3. Lokasi Kejadian (tempat dimana lokasi incident dan/ atau accident terjadi di bandar udara) 4. Waktu Kejadian (local time) (UTC) 5. Jenis Kejadian (incident/accident) 6. Informasi cuaca (weather report e.g wind, temp.,visibility) b. DATA FASILITAS/PERALATAN/ KENDARAAN 1. Nama pengelola fasilitas/peralatan dan kendaraan 2. Jenis fasilitas/peralatan/ kendaraan 3. Kerusakan pada fasilitas/peralatan/ kendaraan 4. Nama operator 5. Nomor Lisensi (jika memiliki lisensi) 6. Jumlah korban (jika ada korban) c. DESKRIPSI 1. Kronologi Kejadian 2. Dampak Kejadian terhadap operasional bandar udara Tanggal... Petugas Pelaporan (Reporting Officer) TTD (...Nama... ) NIP 12

D. CONTOH FORMAT LAPORAN AWAL KEJADIAN (INCIDENT), KEJADIAN SERIUS (SERIOUS INCIDENT) DAN KECELAKAAN (ACCIDENT) PESAWAT UDARA DENGAN FASILITAS/PERALATAN DAN KENDARAAN DI BANDAR UDARA Kepada Yth Direktur Jenderal Perhubungan Udara Direktur Bandar Udara Aeronautical Information Service (AIS) a. DATA UMUM 1. Tanggal Kejadian 2. Nama Bandar Udara 3. Lokasi Kejadian (tempat dimana lokasi incident dan/ atau accident terjadi di bandar udara) 4. Waktu Kejadian (local time) (UTC) 5. Jenis Kejadian (incident/accident) 6. Informasi cuaca (weather report e.g wind, temp.,visibility) b. DATA PESAWAT UDARA 1. Jenis Pesawat Udara 2. Nomor Registrasi Pesawat Udara 3. Nomor Penerbangan 4. Nama Perusahaan Angkutan Udara 5. Nama Kapten Penerbang (PIC) 6. Kerusakan pada pesawat 7. Jumlah Penumpang 8. Jumlah Korban (jika ada korban) c. DATA FASILITAS/PERALATAN/ KENDARAAN 1. Nama pengelola fasilitas/peralatan dan kendaraan 2. Jenis fasilitas/peralatan/ kendaraan 3. Kerusakan pada fasilitas/peralatan/ kendaraan 4. Nama operator fasilitas/peralatan dan kendaraan 5. Nomor lisensi (jika memiliki lisensi) 13

d. DESKRIPSI 1. Kronologi Kejadian 2. Dampak kejadian terhadap operasional bandar udara Tanggal... Petugas Pelaporan (Reporting Officer) TTD (...Nama... ) NIP ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDITJEN HUBUD HERRY BAKTI RUDI RICHARDO Pembina / (IV/a) NIP. 19670118 199403 1 001 14

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor Tanggal KOP SURAT CONTOH SURAT LAPORAN Nomor Klasifikasi Lampiran Perihal Laporan kejadian (incident)/ kejadian serius (serious incident) / kecelakaan (accident)* bandar udara... Yth. Jakarta,... Kepada 1. Direktur Jenderal perhubungan Udara 2. Direktur Bandar Udara 3. Aeronautical Information Services Unit di JAKARTA 1. Mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor...(diisi dengan nomor SKEP)...tentang...,dengan hormat terlampir disampaikan laporan awal kejadian (incident)/kejadian serius (serious incident)/kecelakaan (accident)*.....(diisi dengan jenis kejadian (incident), kejadian serius (serious incident) dan kecelakaan (accident))...di bandar udara... (diisi nama bandar udara)... 2. Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Petugas Pelaporan Bandar Udara...(diisi nama bandar udara)... Tembusan Kepala Bandar Udara/Kepala Cabang Bandar Udara. (...Nama... ) NIP. *coret yang tidak perlu ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Salinan sesuai dengan aslinya HERRY BAKTI KEPALA BAGIAN HUKUM SETDITJEN HUBUD RUDI RICHARDO Pembina / (IV/a) NIP. 19670118 199403 1 001 15