BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu. menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasibatun Umul Khairat, 2014

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa.

2015 PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY (LOI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanni Zulaiha,2013

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

DAFTAR ISI Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, sehingga bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) terhadap 75 negara pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat 70 (Knighton, 2010: 32) dalam hal performa sains. PISA mengukur kemajuan pendidikan suatu negara melalui pemahaman peserta didik suatu negara terhadap Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dibandingkan secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di Indonesia belum mampu memahami isi bacaan apalagi mengaplikasikan dan menghubungkannya dengan kehidupan yang dialaminya sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka dunia pendidikan pun dituntut untuk mengikutinya, oleh karena itu maka siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah (Problem Solving Skills), kemampuan teknologi (Tecnology Skills), kemampuan dasar (Basic Skills), kemampuan berkomunikasi (Communication Skills), kemampuan berpikir kreatif dan kritis (Critical and Creative Thinking Skills), melek informasi digital (Information/Digital Literacy), kemampuan menemukan (Inquairy/Reasoning Skills), kemampuan interpersonal (Interpersonal Skills), dan melek berbagai budaya/berbagai bahasa (Multicultural/multilingual literacy) (Nuryani, 2012). Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Permen 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Khususnya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA bahwa di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Salingtemas) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan 1

2 membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Penelusuran terhadap berbagai hasil penelitian dan pengamatan sebagai guru sains, umumnya kecenderungan pembelajaran IPA di sekolah adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum (Setiawan dalam Mulyitno, 2006 dan Nurhadi dalam Sumartati, 2009). Sementara itu, model pembelajaran yang digunakan para guru di lapangan masih menggunakan metode ceramah atau kadang demonstrasi, sehingga pembelajaran IPA cenderung dihafal dan membosankan. Akibatnya IPA sebagai proses, aplikasi, dan sikap kurang tersentuh dalam proses pembelajaran. Hal lain yang teramati adalah bahwa sampai saat ini, guru belum mempraktekkan model pembelajaran IPA terpadu dengan cara mengajar yang menyenangkan, meskipun kurikulum tahun 2006 menghendaki pembelajaran terpadu. Dampak dari semua ini menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian dengan hanya mengukur ranah kognitif. Kurikulum tahun 2013 memperkuat kewajiban mengelola pembelajaran sains secara terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP). IPA dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu (Kemendikbud, 2013: 2). Harapannya adalah dengan proses dan materi pembelajaran IPA yang disampaikan secara terpadu dan utuh dapat membangun tidak hanya pemahaman terhadap pengetahuan saja, melainkan juga keterampilan dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari terkait sains. Selain itu sebagai efek penyerta, pembelajaran IPA secara terpadu dapat membangun generasi yang berkarakter dan dapat bersikap sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah alam semesta yang dikaruniakan kepadanya melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab (Kemendikbud, 2013). Keterpaduan ini sangat direkomendasikan untuk diaplikasikan di setiap jenjang pendidikan, terutama pada jenjang Pendidikan Dasar. Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik

3 dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya (Trianto, 2012). Sejalan dengan pernyataan Triyanto bahwa dengan memadukan mata pelajaran dapat dihasilkan pembelajaran yang; 1) relevan dengan kebutuhan siswa dan pengalamannya, 2) menekankan kepada kesatuan yang mendasar tentang ilmu pengetahuan, 3) meletakkan dasar yang memadai untuk pembelajaran spesialis berikutnya dan, 4) menambahkan dimensi budaya untuk pendidikan sains (Arbon dalam Opara, 2011). Keterpaduan pembelajaran pada dasarnya sangat disarankan oleh banyak ahli pendidikan seperti Brown et.al. (1984) dan Perkins et.al (dalam Gardner, 2003) yang menyatakan bahwa seseorang dapat menerima informasi dengan baik kalau disajikan dalam konteks yang beragam dan terpadu. Sebaliknya siswa akan sulit untuk menerima informasi dari pelajaran atau definisi yang terpisah sehingga memungkinkan terjadinya keterampilan yang terisolasi hanya pada salah satu jenis masalah saja. Dengan kata lain pendekatan yang disatukan dapat dipikirkan sebagai suatu metakurikulum akan berfungsi sebagai jembatan antar kurikulum standar dan pemikiran di luar konteks atau kurikulum tentang belajar keterampilan yang bertujuan untuk dapat diterapkan pada lintas tema. Salahsatu pembelajaran IPA terpadu yang dapat diterapkan yaitu model/tipe webbed. Pembelajaran IPA terpadu model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekan ini dimulai dengan menentukan tema, sebagai contoh tema penjernihan air yang telah dicobakan melalui penelitian ini. Pengembangan tema-tema ini dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antar berbagai sub bidang ilmu yang relevan misalnya biologi, fisika, kimia, sosial, dan lingkungan. Dari tema-tema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.

4 Adapun kelebihan dari model webbed ini adalah 1) Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati. 2) relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman. 3) mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran. Dan 4) menyediakan sebuah media yang terlihat dan memotivasi siswa. Hal itu sangat mudah bagi mereka untuk melihat bagaimana kegiatan dan ide saling berhubungan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa penerapan model pembelajaran webbed dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Wuriyatmi, dkk, 2012). Pada penelitian ini prinsip-prinsip dasar IPA Terpadu dalam pembelajaran berbasis Sains Teknologi Masyarakat (STM)) juga akan diterapkan dalam pembelajaran untuk memenuhi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) tertentu dalam mata pelajaran IPA. STM didefinisikan sebagai pengajaran dan pembelajaran IPTEK dalam konteks pengalaman manusia (American Association for the Advancement of Science, 1993; National Research Council, 1996; National Science Teachers Association, 1990, 1990 91 dalam Lee dan Erdogan, 2007). Dengan menerapkan prinsip dasar pembelajaran IPA Terpadu model webbed kemampuan literasi sains (aspek yang diukur dalam PISA) siswa SMP khususnya penguasaan konten, konteks aplikasi, dan proses sains diharapkan dapat meningkat secara signifikan serta mengasah respon sikap siswa terhadap isu-isu sains pada tema penjernihan air. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains pada kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model

5 webbed dengan kelas yang tidak menerapkan Pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air? Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa SMP pada aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air? 2. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konten di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air? 3. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek konteks aplikasi di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air? 4. Apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan literasi sains siswa pada aspek proses di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dan di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed pada tema penjernihan air? 5. Bagaimanakah sikap siswa di kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed terhadap isu-isu sains pada tema penjernihan air? 6. Bagaimanakah tahapan dan keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu model webbed di kelas eksperimen? 7. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed pada tema penjernihan air yang dilakukan? C. Tujuan Penelitian

6 Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan: 1. Memperoleh informasi tentang penguasaan literasi sains siswa SMP pada aspek konten, konteks aplikasi, dan proses sains pada tema penjernihan air. 2. Memperoleh informasi tentang sikap siswa terhadap isu-isu sains pada tema penjernihan air. 3. Memperoleh informasi tentang tahapan dan keterlaksanaan penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed 4. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru : a. Memberikan wawasan dan informasi tentang tingkat literasi sains siswa SMP. b. Memberikan wawasan dan pengalaman tentang penerapan pembelajaran IPA Terpadu model webbed. c. Menjadikan pembelajaran IPA terpadu model webbed sebagai alternatif penerapan model pembelajaran terpadu di sekolah. 2. Bagi siswa a. Memiliki kemampuan literasi sains dengan melihat hubungan yang bermakna antar konsep b. Meningkatkan kesadaran siswa dalam menyikapi pentingnya penjernihan air. c. Meningkatkan minat dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. 3. Bagi Peneliti Lain

7 Hasil penelitian dapat dijadikan masukkan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis dengan menggunakan model pembelajaran dan tema yang berbeda. E. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi tentang istilah-istilah yang tertera dalam penelitian ini, yaitu : 1. Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed Pembelajaran IPA terpadu model webbed merupakan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. (Trianto, 2013). Tema yang dipilih harus relevan dengan kebutuhan siswa karena memaksakan pemaduan isi yang tidak logis atau tidak ilmiah akan menghilangkan nilai pembelajaran IPA terpadu (Sains, 2004: 21). Tema dalam penelitian ini adalah penjernihan air yang terdiri dari subtema-tema zat cair (kimia), pemisahan campuran (fisika), pengelolaan air tawar (fisika), ekosistem dan saling ketergantungan (biologi), ancaman terhadap kualitas air (kimia), pencemaran air tanah (biologi), pengelolaan lingkungan air (biologi), dan pencemaran air (biologi). Keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan tema penjernihan air diukur dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa 2. Literasi Sains Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains siswa, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan

8 berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan yang berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia pada tema penjernihan air. Dalam penelitian ini aspek literasi sains yang diukur meliputi aspek konten sains, konteks aplikasi sains, proses sains, dan aspek sikap terhadap isu-isu sains. Aspek konten sains diukur dengan menggunkan tes bentuk pilihan ganda beralasan dan LKS. Aspek konteks aplikasi sains diukur dengan menggunakan tes bentuk pilihan ganda beralasan dan LKS, dan Aspek proses sains diukur dengan menggunakan tes bentuk pilihan ganda beralasan. Sedangkan untuk aspek sikap terhadap isu-isu sains diukur dengan menggunakan angket. F. Asumsi dan Hipotesa Penelitian 1. Asumsi Penelitian Dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa dengan pembelajaran IPA terpadu mampu mendukung peningkatan literasi sains siswa, karena otak bekerja secara asimetris dan mengikutsertakan emosi pada setiap peristiwa dan pikiran, membentuk pola-pola makna untuk membangun gambaran yang lebih besar, dan memberikan kesimpulan tentang informasi yang dimiliki hal ini sejalan dengan kurikulum terpadu yang dapat mengembangkan sikap siswa dalam melakukan beberapa pekerjaan, dengan memadukan beberapa ilmu dalam satu kegiatan sehingga dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. 2. Hipotesis Penelitian berikut : Berdasarkan asumsi di atas peneliti membuat hipotesis sebagai

9 H A = Terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan antara kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajan IPA terpadu. H 0 = Tidak terdapat perbedaan peningkatan literasi sains yang signifikan antara kelas yang menerapkan pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajan IPA terpadu.