Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20-26

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

Oleh. Sri Thirteen Julian *), Rahmi **), Anna Cesaria **)

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA

PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING PADA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VII A SMPN 3 TANJUNG DALAM KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KECAKAPAN HIDUP SISWA DI MTsS AL-WASHLIYAH LHOKSEUMAWE

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

PENINGKATAN PENGUASAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI GURU MATEMATIKA MELALUI PERAN PENDAMPINGAN PENGAWAS


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SLEMAN

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS SMP. Oleh : Baharudin 1 1 SMP Negeri 11 Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA PELAJARAN PKn. Mahardika Eka Ananta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Febryanti* ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MATERI BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEJURUAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SMK N 1 PURWOREJO

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 KALIREJO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

PEMBELAJARAN CERPEN BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X MA SYAMSUL HUDA TEGALLINGGAH

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BAGI SISWA KELAS V SDN SAMBENG PURWOREJO TAHUN AJARAN

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006, Standar Isi, Hlm. 19 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang pertama yaitu kelompok eksperimen dan yang kedua yaitu kelompok

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan ProgramSarjana (S1) Pendidikan Matematika di FKIP Universitas Mataram.

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB

PENGARUH PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

Agustin et al., Penerapan Metode Pembelajaran Inquiry dengan Penilaian diri...

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam KTSP, terdapat standar kompetensi yang menuntut siswa untuk

Keywords: CTL model, concrete objects, students creativity, learning outcomes

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOMPONEN QUESTIONING DAN LEARNING COMMUNITY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI ORI TAHUN AJARAN 2012/2013

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1

Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Mengintensifkan Scaffolding untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Inge Ratna Dwi Alitalya, Puger Honggowiyono. Kata-kata kunci: Numbered Head Together (NHT), CTL, NHT berbasis CTL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

Transkripsi:

HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMK BISNIS DAN MANAJEMEN TEACHERS OBSTACLE IN IMPLEMENTING THE ACCOUNTING LEARNING USING CONTEXTUAL APPROACH Oleh: Berliana Ridhowati Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta berlianaridhowati@gmail.com Sumarsih Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hambatan guru dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dengan indikator pendekatan kontekstual ditinjau dari aspek konstruktivisme, menemukan, bertanya, kerjasama, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini 25 guru akuntansi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui guru mengalami hambatan ditinjau dari indikator pendekatan kontekstual. Ditinjau dari indikator pendekatan kontekstual sebanyak 28% guru terhambat pada aspek kontruktivisme dan menemukan, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek bertanya, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek kerjasama, sebanyak 20% guru terhambat pada aspek permodelan, sebanyak 16% guru terhambat pada aspek refleksi, dan sebanyak 24% guru terhambat pada aspek penilaian autentik. Kata kunci: hambatan guru, pembelajaran akuntansi, pendekatan kontekstual Abstract The aim of this research is to determine teachers barrier in implementing accounting learning using contextual approach in the aspects of constructivism, inquiry, questioning, collaboration, modeling, reflection, and authentic assessment. The research is categorized as a quantitative descriptive research. Subjects in the research are 25 accounting teachers. The data was collected using questionnaires and interviews. The data was then analyzed using both qualitative and quantitative descriptive techniques. The research result showed that teachers encounter obstacle reviewed from contextual approach indicators. Reviewed from the indicators of contextual approach, there were28% of teachers were obstructed in constructivism and inquiry aspect, 24% of teachers were obstructed on question aspect, 24% were obstructed in the collaboration aspect, 20% of teachers were obstructed in the modeling aspect, 16% were obstructed in reflection aspect, and 24% were obstructed in the authentic assessment aspect. Keywords: teacher barriers, accounting learning, contextual approach. 20

PENDAHULUAN KBK dan KTSP merupakan kurikulum yang ingin mengantisipasi perubahan dan tuntutan masa depan siswa. Langkah ini diketahui bahwa kurikulum 1994, mayoritas masih berbasis materi. Penjabaran materi antar kelas tidak terlihat jelas kesinambungannya. Salah satu model pembelajaran yang terdapat dalam KBK dan KTSP yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006: 255). Kurikulum KTSP sebagai penyempurna KBK membutuhkan media yang tidak lain adalah komponen pendidikan yang terkait dengan sistem pendidikan nasional. Dinamika ini terkait dengan komponen seperti peserta didik, tenaga kependidikan, akreditasi lembaga pendidikan dan berbagai faktor lainnya. Guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Guru professional adalah guru yang dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Melalui model pembelajaran akuntansi dengan pendekatan kontekstual diharapkan siswa tidak hanya mengetahui pengetahuan akuntansi, namun juga memberikan kesan yang mendalam pada siswa. Sehingga dapat mendorong siswa untuk mengimplementasikan konsep nilai akuntansi dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanakan pembelajaran perlu melibatkan komponen dalam pendekatan kontekstual yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual sangat baik jika diterapkan dalam proses belajar mengajar. Menurut Kokom Komalasari (2010: 248) hambatan yang terjadi dalam penerapan pembelajaran kontekstual yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang kurang mendukung, sarana prasarana pembelajaran yang tidak memadai, kualitas guru yang tidak merata, kondisi siswa yang kurang mendukung, biaya tidak memadai, keterbatasan waktu, dukungan orang tua, dan kejelasan kurikulum. Berdasarkan observasi 11 November 2014 yang dilakukan peneliti dengan wawancara terhadap perwakilan guru akuntansi di SMK Negeri Bisnis dan Manajemen. Guru dalam penerapan diketahui bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual di sekolah menghadapi berbagai kendala baik itu yang berasal dari guru, sarana prasarana dan kejelasan kurikulum. Guru mengalami kesulitan untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh masing-masing siswa karena karakteristik siswa yang berbeda-beda. Selain itu masih banyak guru yang kurang paham atau bahkan bersikap acuh terhadap pembelajaran kontekstual sehingga mereka masih cenderung memilih untuk menggunakan pembelajaran konvensional seperti ceramah dan penugasan. Selain itu kurikulum yang diterapkan saat itu masih belum jelas karena awalnya sekolah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kemudian berganti menjadi Kurikulum 2013 dan akhirnya tetap menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pergantian kurikulum ini juga menghabiskan waktu guru dalam menyiapkan proses pembelajaran. Dikarenakan guru perlu mengubah administrasi guru sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Sarana prasarana di sekolah juga kurang mendukung proses pembelajaran kontekstual. Contohnya seperti laboratorium komputer untuk program studi akuntansi di sekolah belum tersedia sesuai dengan jumlah siswa. Hal ini tentunya dapat menghambat guru mengetahui pemahaman siswa secara individu. Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada faktor guru. Oleh karena itu perlu di cari hambatan dalam aspek konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. 21

Penyebab adanya hambatan serta rekomendasi yang di usulkan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hambatan guru dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dengan indikator pendekatan kontekstual ditinjau dari aspek konstruktivisme, menemukan, bertanya, kerjasama, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015. Penelitian ini dilakukan di 3 SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman. Subjek Penelitian Responden yang menjadi subjek penelitian adalah sejumlah 25 guru akuntansi yang mengajar di SMK Negeri 1 Godean, SMK Negeri 1 Tempel, dan SMK Negeri 1 Depok. Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data guru dalam penelitian ini menggunakan metode angket, dan wawancara. Angket digunakan untuk mengetahui hambatan guru. Wawancara digunakan untuk mengetahui penyebab hambatan dan rekomendasi guru dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dengan pendekatan kontekstual. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Teknik analisis data kuantitatif untuk menganalisis data angket. Teknik analisis data kualitatif untuk menganalisis data wawancara. Data wawancara digunakan untuk mendukung data angket. HASIL PENELITIAN DAN PEMBA- HASAN Hasil penelitian diawali dengan deskripsi data angket yang didukung oleh data wawancara. Tabel 1. Deskripsi Hambatan dalam Konstruktivisme dan Menemukan 1 5-8,49 4 16 Sangat Tidak 2 8,75-14 56 Tidak 12,49 3 12,5-7 28 16,24 4 16,25-0 0 Sangat 20 Berdasarkan perhitungan tabel 1 dapat disimpulkan 28% guru terhambat dalam aspek konstruktivisme dan menemukan. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru masih mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek konstruktivisme dan menemukan yaitu sebagian besar guru masih menggunakan metode trial and error, demonstrasi, dan ceramah. Hasil penelitian ini mendukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 249-251) bahwa penyebab hambatan pembelajaran kontekstual dikarenakan guru masih ingin mempertahankan metode tradisional yang mereka lakukan bertahuntahun. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian relevan Sitoargi Pratiwi (2011) bahwa, masih kurangnya penentuan metode belajar yang mendukung siswa untuk menentukkan pengetahuannya sendiri. Hambatan ditinjau dari aspek konstruktivisme dan menemukan dapat dilihat dalam gambar berikut: 22

Gambar 1. Hambatan Dalam Aspek Kontruktivisme dan Menemukan Gambar 2. Hambatan dalam Aspek Bertanya. Tabel 2. Deskripsi Hambatan Dalam Bertanya 1 3-5,24 8 32 Sangat Tidak 2 5,25-13 52 Tidak 7,4 3 7,5-4 16 9,74 4 9,75-0 0 Sangat 12 Berdasarkan perhitungan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa 24% guru terhambat dalam aspek bertanya. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru masih mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek bertanya yaitu siswa yang masih pasif sehingga kemampuan siswa untuk berpikir kritis masih kurang. Hasil penelitian ini didukung oleh teori menurut Jamal Ma mur, (2012: 191-200) mengenai hambatan pembelajaran kontekstual bahwa siswa masih termasuk kategori pasif, belum berpikir kritis, analisis, dan solutif. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian relevan Sitoargi Pratiwi (2011) bahwa, kemampuan guru untuk menumbuhkan minat bertanya masih kurang. Hambatan ditinjau dari aspek bertanya dapat dilihat dalam gambar berikut: Tabel 3. Deskripsi Hambatan dalam Kerjasama 1 6-10,4 6 24 Sangat Tidak 2 10,5-13 52 Tidak 14,9 3 15-19,4 6 24 4 19,5-24 0 0 Sangat Berdasarkkan perhitungan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa 24% guru terhambat dalam aspek kerjasama. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek kerjasama yaitu keterbatasan waktu saat melakukan presentasi kelompok di kelas. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian relevan menurut Rina Astiandari (2007) dalam hambatan pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu kurangnya waktu dalam mengadakan presentasi kelompok. Selain itu juga di dukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 248) bahwa keterbatasan waktu menjadi penghambat dalam pembelajaran kontekstual. Hambatan ditinjau dari aspek kerjasama dapat dilihat dalam gambar berikut: 23

Gambar 3. Hambatan dalam Aspek Kerjasama Tabel 4. Deskripsi Hambatan Dalam Permodelan 1 4-6,9 2 8 Sangat Tidak 2 7-9,9 17 68 Tidak 3 10-12,9 6 24 4 13-17 0 0 Sangat Jumlah 25 10 0 Berdasarkan perhitungan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa 20% guru terhambat dalam aspek kerjasama. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek permodelan yaitu sulit mendatangkan ahli dari luar di kelas dan dana yang kurang memadai dalam pelaksanaan permodelan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian relevan menurut Rina Astiandari (2007) dalam hambatan pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu kurangnya waktu dalam mendatangkan ahli di kelas. Selain itu juga didukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 248) bahwa biaya atau dana belum memadai untuk memenuhi pembelajaran kontekstual. Hambatan ditinjau dari aspek permodelan dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 4. Hambatan dalam Aspek Permodelan. Tabel 5. Deskripsi Hambatan dalam Refleksi. 1 3-5,24 5 20 Sangat Tidak 2 5,25-7,4 14 56 Tidak 3 7,5-6 24 9,74 4 9,75-12 0 0 Sangat Berdasarkan perhitungan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa 16% guru terhambat dalam aspek refleksi. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek refleksi yaitu keterbatasan waktu dalam pelaksanaan refleksi. Hasil penelitian ini didukung dengan teori Kokom Komalasari, (2010: 248) bahwa keterbatasan waktu menjadi faktor penghambat dalam pembelajaran kontekstual. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian relevan menurut Sitoargi Pratiwi (2011) bahwa kemampuan guru dalam mengelola waktu masih kurang. Hambatan ditinjau dari aspek refleksi dapat dilihat dalam gambar berikut: 24

penilaian autentik dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 5. Hambatan dalam Aspek Refleksi. Tabel 6. Deskripsi Hambatan dalam Penilaian Autentik 1 3-5,24 5 20 Sangat Tidak 2 5,25-7,4 15 60 Tidak 3 7,5-9,74 5 20 4 9,75-12 0 0 Sangat Jumlah 25 10 0 Berdasarkan perhitungan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa 24% guru terhambat dalam aspek penilaian autentik. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab hambatan dalam aspek penilaian autentik yaitu guru dalam mengetahui perkembangan siswa masih melakukan pengamatan secara klasikal dalam satu kelas belum maksimal dalam melakukan penilaian autentik. Hasil penelitian ini didukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 247) bahwa guru merasa kesulitan dalam melaksanakan penilaian autentik, karena belum memahami prosedur penggunaannya. Selain itu juga sesuai dengan hasil penelitian relevan Febrina Ratna Sari (2012) bahwa dalam proses penilaian guru belum melaksanakan penilaian autentik sesuai dengan prosedur yang ada. Hambatan ditinjau dari aspek 25 Rekomendasi untuk pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: a. Guru mampu memilih dan menyesuaiakan metode yang sesuai dengan situasi, kondisi kelas dan materi yang diajarkan. b. Sekolah memfasilitasi guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran kontekstual. c. Pemerintah memberikan pelatihan tentang pendekatan kontekstual bagi guru akuntansi secara menyeluruh dan detail. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu faktor yang menghambat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah guru. Ditinjau dari beberapa aspek guru masih mengalami hambatan. Guru mengalami hambatan dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dalam indikator pendekatan kontekstual sebanyak 28% guru terhambat pada aspek kontruktivisme dan menemukan, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek bertanya, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek kerjasama, sebanyak 20% guru terhambat pada aspek permodelan, sebanyak 16% guru terhambat pada aspek refleksi, dan sebanyak 24% guru terhambat pada aspek penilaian autentik. Secara rinci diuraikan beberapa aspek sebagai berikut: a. Aspek konstruktivime dan menemukan diketahui 4 (16%) guru merasa sangat

tidak terhambat, 14 (56%) guru merasa tidak terhambat, dan 7 (28%) guru terhambat. b. Aspek bertanya diketahui 6 (24%) guru merasa sangat tidak terhambat, 13 (52%) guru merasa tidak terhambat, dan 6 (24%) c. Aspek kerjasama diketahui 5 (20%) guru merasa sangat tidak terhambat, 14 (56%) guru merasa tidak terhambat, dan 6 (24%) d. Aspek permodelan diketahui 5 (20%) guru merasa sangat tidak terhambat, 15 (60%) guru tidak terhambat, dan 5 (20%) e. Aspek refleksi diketahui 8 (32%) guru merasa sangat tidak terhambat, 13 (52%) guru merasa tidak terhambat, dan 4 (16%) f. Aspek penilaian autentik diketahui 2 (8%) guru merasa sangat tidak terhambat, 17 (68%) merasa tidak terhambat, dan 6 (24%) Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka saran yang dapat disampaikan yaitu: Setelah di identifikasi 7 guru mengalami hambatan di beberapa aspek oleh karena itu perlu adanya pelatihan tentang pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga mendukung guru dalam pembelajaran kontekstual. Kokom Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Rina Astiandari. (2007). Pelaksanaan Pendekatan Kontekstual dan Hambatan-Hambatan Pada Mata Pelajaran Kewarganegaraan Siswa Kelas VII SMPN 1 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.Skripsi. Jurusan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Yogyakarta. Sitoargi Pratiwi. (2011). Faktor-faktor yang Guru dalam Pembelajaran Ekonomi dengan Pendekatan Kontekstual di SMA Negeri se-kabupaten Sleman. Skripsi. Jurusan Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. Undang-undang nomor 22 tahun 2003 tentang Pendidikan. Wina Sanjaya. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:Kencana. DAFTAR PUSTAKA Febrina Ratna Sari. (2012). Faktor-faktor yang Guru dalam Pembelajaran Akuntansi dengan Pendekatan Kontekstual di SMK Negeri se Sleman.Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi. Universitas Negeri Yogyakarta. Jamal Ma mur Asmani. (2012). 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press. 26