Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Hasil Persilangan Ayam Lurik, Ayam Merawang dan Ayam Komering

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

PEMBENTUKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN PENGHASIL ANAK AYAM BURRS

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN DENGAN AYAM BURAS BETINA UNTUK MENINGKATKAN AYAM BURAS PEDAGING

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

PERTUMBUHAN AYAM-AYAM LOKAL SAMPAI DENGAN UMUR 12 MINGGU PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN UKURAN-UKURAN TUBUH AYAM WARENG TANGERANG

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BOBOT BADAN BERBAGAI JENIS AYAM SENTUL DI GABUNGAN KELOMPOK TANI TERNAK CIUNG WANARA KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : ISBN :

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

Umur dan Berat Telur Ayam Ras yang Beredar di Kota Bengkulu

Produksi dan Karakteristik Telur Ayam Merawang dengan Sistem Pemeliharaan Secara Intensif di Kebun Percobaan Petaling Kepulauan Bangka Belitung

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN TEPUNG IKAN RUCAH NILA (Oreochromis niloticus) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BURAS

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Karakteristik Penampilan Pola Warna Bulu, Kulit, Sisik Kaki, dan Paruh Ayam Pelung di Garut dan Ayam Sentul di Ciamis

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR HASIL PERSILANGAN ANTARA PUYUH ASAL BENGKULU, PADANG DAN YOGYAKARTA

E

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

PERSILANGAN PADA AYAM LOKAL (KUB, SENTUL, GAOK) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAGING UNGGAS NASIONAL

Kata kunci : Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost (IOFC), Ayam Kampung, Enzim Papain

Hasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

INVENTARISASI FERTILITAS, DAYA TETAS TELUR, DAN BOBOT TETAS DOC BERDASARKAN UMUT INDUK AYAM SENTUL BAROKAH ABADI FARM CIAMIS

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi

Performa Awal Produksi Ayam Lokal Jimmy Farm Cipanas Cianjur Jawa Barat...M. Zhafran Ammar

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

FERTILITAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Dampak Diseminasi Ayam Kampung Unggul Balitnak di Provinsi Gorontalo

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

MENGANGKAT POTENSI GENETIK DAN PRODUKTIVITAS AYAM GAOK

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

TINJAUAN PUSTAKA. (Gallus gallus gallus) dan Ayam Hutan Merah Jawa ( Gallus gallus javanicus).

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BOBOT AKHIR, BOBOT KARKAS, DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST AYAM SENTUL BAROKAH ABADI FARM CIAMIS

PERFORMANS AYAM BURAS DAN BIOSEKURITAS DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI DWIGUNA DAN AYAM

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

Performan Puyuh Local Asal Payakumbuh, Bengkulu dan Hasil Persilangannya

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

PENGEMBANGAN AYAM NUNUKAN DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN TIMUR

KONSUMSI RANSUM, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM AYAM LOKAL DI JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

Transkripsi:

Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal Depison 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil persilangan ayam Pelung dengan Ayam lurik dan ayam Komering serta ayam Lurik dengan ayam Komering. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap data adalah eksperimen. Variabel penelitian adalah Karakteristik Kualitatif dan Kuantitatif. Karakteristik Kuantitatif meliputi : bobot telur, bobot tetas, fertilitas, pertambahan bobot badan, dan produksi telur. Karakteristik Kualitatif meliputi : warna bulu, bentuk jengger, warna kaki, warna kulit dan daging. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan terhadap ayam Pelung, ayam Lurik, dan ayam Komering, anak hasil persilangan ayam Pelung dengan dengan ayam Lurik dan Komering serta, ayam Lurik dengan Komering. Data yang diperoleh dianalisis dengan cara penjumlahan, persentase dengan mencari rata-rata serta standar deviasi (X ± sd) (Steel dan Torrie, 1993). Perbandingan Bobot Telur, fertilitas, bobot tetas pertambahan bobot badan dan Produksi Telur, hasil persilangan Pelung dengan ayam lurik dan Komering serta ayam Lurik dengan ayam Komering diuji dengan uji-t, menurut petunjuk Siegel (1994). Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1) Bobot telur dan bobot tetas ayam Pelung lebih baik dibandingkan bobot telur dan bobot tetas ayam Lurik, Komering. 2) Persilangan ayam Pelung dengan Lurik ditinjau dari bobot telur, bobot tetas dan pertambahan bobot badan lebih baik dibandingkan persilangan pelung dengan Komering dan Lurik dengan Komering. 3) Ayam Lurik dapat dijadikan tetua untuk program persilangan dengan bangsa ayam buras lainnya agar produksi telur hasil persilangannya lebih baik. Kata Kunci : Karakteristik, Persilangan, Ayam Pelung, Lurik, dan Komering Quantitative andqqualitative Characteristics Crosses Breed Some Chickens Local Abstract This study was aimed to find out the results of the chicken cross Pelung Chicken with Lurik Chicken vs Komering and Lurik Chicken vs Komering Chicken. The experiment method was used in this study to reveal the data. Research variables were qualitative and quantitative characteristics. Quantitative characteristics included: the weight of eggs, hatching weight, fertility, body weight gain, and egg production. Qualitative characteristics included: hair color, comb shape, the color of the feet, skin and meal color. Data needed in this research obtained through measurements and observations of Pelung chicken, Lurik Chicken, Komering Chicken, the Crossbreed Chicken between Pelung Chicken vs Komering and Lurik Chicken. The data obtained were analyzed by way of summation, the percentage by X ± sd) (Steel and Torrie, 1993). Comparison of egg weight, fertility, hatching weight and body weight gain egg production, Crossbreed Chicken of Pelung Chicken vs Lurik Chicken and Lurik Chicken vs Komering was tested by t-test (Siegel, 1994). The result showed that : 1) The weight of the weight of hatching eggs and Pelung Chicken better than Lurik Chicken ad Komering Chicken in the weight and the weight of hatching eggs. 2) In terms of weight, hatching weight and body weight gain, Crossbreed of Pelung Chicken vs Lurik Chiceken was better than a cross Pelung vs Komering and Lurik Chicken. 3) Lurik Chicken can be used as elder parents for the crossing program with other free-range chicken species for rising egg production. Key Words: Characteristics, Breeding, Pelung, Lurik, and Komering Chicken 1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas jambi, Jambi Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal 7

Pendahuluan Peningkatan populasi dan produksi ternak guna mencukup kebutuhan protein hewani merupakan salah satu tujuan pembangunan peternakan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah perbaikan mutu genetik ayam- asli Indonesia yang dipelihara pada peternakan rakyat. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa ketergantungan kita selama ini terhadap usaha ternak ayam ras baik pedaging maupun petelur sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi global karena komponen impor pada usaha ini sangat besar. Di sisi lain kita sebenarnya Indonesia memiliki puluhan galur ayam lokal yang cukup potensial, namun belum dikembangkan secara baik, padahal sebenarnya ayam lokal ini memilki kelebihan ditinjau dari kemampuan adaptasi dan secara finansial telah mampu memberikan keuntungan yang tidak kecil bagi peternak (Dirdjopratono dan Nuschati, 1994; Priyanto, 1994). Bahkan telur dan dagingnya lebih mahal harganya dan memiliki preferensi lebih baik dibandingkan ayam ras dan yang tidak kalah pentingnya produk ayam lokal lebih alami karena sedikit mengkonsumsi obat sintetis. Ditinjau dari aspek lain kelemahan ayam lokal diantaranya keragaman genetik sangat besar baik antara galur maupun dalam kelompok. Kondisi ini membuka peluang yang sangat besar untuk melakukan seleksi dan rekayasa genetik agar diperoleh bibit unggul yang mampu berproduksi dengan baik. Salah satu rekayasa genetik adalah persilangan Hal ini didasarkan fakta dilapangan bahwa ayam lokal yang ada umunya memiliki keunggulan pada salah satu aspek produksi saja. Kondisi ini menyebabkan perlu adanya penggabungan antara sifat-sifat yang baik dari masing masing galur sehingga diperoleh turunan yang lebih unggul dari tetuanya. Diantara sekian banyak ayam lokal yang ada di Indonesia beberapa galur yang dicoba untuk dikembangkan adalah ayam Pelung, Lurik dan Komering. Ayam Pelung memiliki karakter morfologi yang berbeda dengan galur lainnya, berasal dari Cianjur dan pertumbuhannya relatif cepat dibandingkan ayam kampung lainnya danterkenal sebagai ayam penyanyi (Nataamijaya (2005). Ayam Lurik merupakan ayam lokal potensial untuk dikembangkan sebagai ayam tipe petelur. Menurut Sujono (1996), ayam lurik memiliki produksi telur tinggi berkisar 200 250 butir pertahun, namun memiliki pertumbuhan yang relatif rendah. Ayam Komering populasinya tersebar di dua Kabupaten yaitu Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir. Ayam ini memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang jelek, namun pertumbuhan dan produksi telur lebih rendah dibanding ayam lurik (BPT-HMT Sembawa, 2001). Berdasarkan kondisi di atas maka dilakukan penelitian tentang hasil persilangan antara ayam Pelung dengan ayam lurik dan Komering serta ayam Lurik dan ayam Komering ditinjau dari karakteristik Kualitatif dan Kuantitatif hasil persilangannya. Metode Penelitian Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap data adalah eksperimen untuk melihat hasil persilangan ayam Pelung dengan Lurik dan Komering serta ayam Lurik dengan ayam Komering. Variabel penelitian ini adalah Bobot Telur, fertilitas, bobot tetas pertambahan bobot badan, Produksi Telur, warna bulu, Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal 8

bentuk jengger, warna kaki, warna kulit dan daging. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan terhadap hasil persilangan ayam Pelung dengan Lurik dan Komering, serta ayam Lurik dengan ayam Komering. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan cara penjumlahan, persentase dengan mencari rata-rata serta standar deviasi (X ± sd) (Steel dan Torrie, 1993). Perbandingan Bobot Telur, fertilitas, bobot tetas pertambahan bobot badan dan Produksi Telur hasil persilangan ayam Pelung dengan Lurik dan Komering serta ayam Lurik dengan Komering, diuji dengan uji-t, menurut petunjuk Siegel (1994) dengan rumus sebagai berikut : T = (X 1-X 2) S 2 (1/n 1 + 1/n 2) Hasil dan Pembahasan Karakteristik Kuantitatif Ayam Pelung, Lurik dan Komering Bobot telur, fertilitas dan bobot tetas ayam Lurik, Merawang dan Komering dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Rata-Rata Bobot Telur, Fertilitas dan Bobot Tetas ayam Lurik, Merawang dan Komering Strain Bobot Telur (gram) Fertilitas (%) Bobot Tetas (gram) Pelung 41,45 a 92,02 a 35,12 a Lurik 39,92 b 96,62 a 28,49 b Komering 38,16 c 90,09 b 27,42 b Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Tabel 1 menunjukkan bahwa rata rata bobot telur secara berurutan dari yang tertinggi ke yang terendah dari ketiga ayam tersebut adalah ayam Pelung > Lurik dan > Komering. Hasil Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Iskandar (2006) yang menyatakan bobot telur ayam Pelung 40,6 gr, tetapi bobot telur ayam ayam Lurik sedikit lebih rendah, dibanding hasil penelitian Kholis dan Sitanggang (2002) yang menyatakan bahwa bobot telur ayam Lurik atau Arab berkisar antara 40 45 gram/ butir. Hasil analisis uji beda rata-rata menunjukan bahwa bobot telur ayam Pelung berbeda nyata (P < 0,05), dengan ayam Lurik dan ayam Komering, dan ayam Lurik berbeda nyata (P < 0,05) dengan ayam Komering. Kondisi ini menunjukkan bahwa bobot telur ayam Pelung merupakan bobot telur tertinggi dibanding ayam Lurik dan Komering. Hasil analisis uji beda rata-rata fertilitas antara ayam Pelung dengan Lurik Berbeda tidak Nyata (P > 0,05), tetapi fertilitas ayam Pelung dan Lurik berbeda nyata (P < 0,05) dengan ayam Komering. Namun ketiga galur ayam ini memiliki fertilitas yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu (2003) serta Kholis dan Sitanggang (2002) yang menyatakan bahwa fertilitas dan daya tetas telur yam kampung cukup tinggi yaitu berkisar antara 80 95 %. Bobot tetas terbaik dari ketiga ayam tersebut secara berurutan dari yang teringgi adalah ayam Pelung, diikuti ayam Lurik kemudian ayam Komering. Hasil analisis uji beda rata-rata menunjukkan bahwa bobot tetas ayam Pelung berbeda nyata (P < 0,05) dengan ayam Lurik dan ayam Komering, tetapi ayam lurik dengan ayam Komering berbeda tidak nyata (P > 0,05). Kondisi ini menunjukkan bahwa dari ketiga ayam ini Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal 9

ayam Pelung memiliki bobot tetas yang lebih baik. Hasil Persilangan Ayam Pelung, Lurik dan Komering Bobot telur, fertilitas dan bobot tetas hasil persilangan ayam Pelung dengan Lurik dan Komering serta ayam Lurik dan Komering disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa secara berurutan dari yang terbesar sampai yang terkecil bobot telur, fertlitas dan bobot tetas hasil persilangan ayam PL > PK > LK. Hasil analisis uji beda rata-rata menunjukkan bahwa bobot Telur hasil persilangan PL berbeda nyata (P<0,05) dengan persilangan PK, dan persilangan LK, demikian juga hasil persilangan PK dengan LK. Kondisi ini menunjukkan bahwa bobot telur hasil persilangan PL lebih baik dibandingkan persilangan PK dan LK. Tabel 2. Hasil persilangan ayam Pelung dengan Lurik dan Komering, serta ayam Lurik dengan Komering Persilangan Bobot Telur (gr) Fertilitas (%) Bobot Tetas (gram) Pelung x Lurik (PL) 41,22 a 92,05 a 32,06 a Pelung x Komering (PK) 39,84 b 91,02 a 30,87 b Lurik x Komering (LK) 38,57 c 90,26 a 27,93 b Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Fertilitas hasil persilangan ini secara berurutan dari yang tertinggi ke yang terrendah adalah PL > PK > LK. Namun hasil analisis uji beda rata-rata semua hasi hasil persilangan fertilitasnya berbeda tidak nyata (P>0,05). Artinya fertilitas ke tiga persilangan dapat dinyatakan sama. Hal ini diduga karena adanya efek dari persilangan terutama dari ayam Lurik yang dapat meningkatkan fertilitas. Bobot tetas hasil persilangan dari yang tertinggi ke yang terrendah adalah PL > PK > LK. Hasil ini lebih baik dibanding hasil penelitian Gunawan dan Sartika (2001) yang menyatakan hasil persilangan Pelung dengan Buras yaitu 25,38 gram/ekor. Namun lebih rendah dibanding hasil penelitian Purtwanti dkk (2006) yang menyatakan persilangan pelung dengan buras yaitu 33,2 ±3,07 dan Buras dengan Buras 32,8 ± 3,13 gram/ ekor. Hasil analisis uji beda rata-rata bobot tetas menunjukkan bahwa PL berbeda nyata (P<0,05) dengan PK dan LK demikian juga PK dengan LK. Kondisi menunjukkan bahwa bobot tetas yang terbaik adalah hasil persilangan PL, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa bobot telur dan bobot tetas hasil persilangan PL lebih baik dibanding persilangan PK dan LK. Hasil penelitian Purwanti dkk. (2006) menunjukkan bahwa hasil persilangan Pelung dengan Buras rata rata berat DOCnya lebih baik dibanding buras dengan Buras Pertambahan Bobot badan dan Produksi Telur Pertambahan bobot badan dan efisiensi ransum hasil persilangan ayam Pelung dengan Luri dan Komering serta Lurik dan Komering sampai umur 12 minggu disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pertambahan bobot badan sampai umur 12 minggu yang tertinggi ke yang tererendah secara berurutan adalah PL > PK dan > LK. Hasil analisis uji beda rata-rata pertambahan bobot badan sampai umur 12 minggu ayam persilangan PL berbeda nyata (P<0,05) dengan persilangan PK dan LK, demikian juga PK dengan LK. Artinya pertambahan bobot badan sampai umur 12 minngu hasil persilangan PL lebih baik dibanding hasil persilangan PK dan LK. Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal 10

Tabel 3. Pertambahan Bobot Badan dan Produksi Telur Hasil Persilangan ayam Pelung dengan Lurik dan Komering serta ayam Lurik dengan Komering Sampai umur 12 Minggu (mg) Ayam Pertambahan Bobot Badan (gram) sampai umur 12 mg Produksi Telur (%) Pelung -Lurik (PL) 720,75 a 39,57 a Pelung-Komering(PK) 690,80 b 36.86 b Lurik-Komering (LK) 640,49 c 38,60 a Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek positif persilangan pejantan Pelung dengan betina ayam Lurik dan Komering dalam hal bobot telur, bobot DOC dan pertambahan bobot badan. Hal ini diduga karena adanya modifikasi gen kearah produksi yang lebih baik. Menurut Williamson dan Payne (1987) Persilangan bertujuan untuk memodifikasi gen dengan memasukan gen baru yang unggul ke dalam populasi, sehingga mutu genetik ternak meningkat pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Rata-rata produksi telur yang diperoleh selama 3 bulan produksi telur paling tinggi adalah ayam persilangan PL kemudian diikuti, LK dan PK. Hasil analisis menunjukkan bahwa PL dan LK berbeda nyata (P<0,05) dengan PK. Artinya jika dilihat dari produksi telur maka ayam Lurik dapat dijadikan sebagai penyilang jika untuk meningkatkan produksi telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujono (1996) yang menyatakan bahwa ayam Lurik dapat dijadikan tetua untuk program persilangan dengan bangsa ayam buras lainnya agar produksi telur hasil persilangannya lebih baik dari tetuanya. Selanjutnya menurut Yuwono dkk. (1994) produksi telur ayam buras umumnya rendah dan sangat variatif atau keragaman genetiknya tinggi sehingga untuk meningkatkan produksi telurnya perlu dilakukan persilangan. Karakteristik Kualitatif Karakteristi kualitatif meliputi sifat luar ternak, tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dan dikelompokkan secara tegas. Kelompok ini termasuk sifat-sifat seperti, warna, bentuk tanduk, bentuk telinga, bentuk ekor, bentuk jengger dan lain-lain (Noor, 1996). Beberapa Karakteristik kualitaif Ayam Lurik, Merawang dan Komering hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa Pelung memilki perbedaan warna dengan ayam Lurik, baik bulu, kulit, dan daging, namun hampir sama dengan ayam Komering. Bentuk jengger ayam Pelung 100 % adalah jengger tunggal (Singel Comb), bergerigi hampir sama dengan bentuk jengger ayam Komering tetapi berbeda dengan bentuk jengger ayam Lurik. Bentuk jengger ayam lurik bervariasi dimana yang paling banyak (38,46%) adalah jengger mawar, 33,33% tunggal dan 28,21% Triple. Sifat kualitatif ini memang sedikit hubungannya dengan produksi tetapi dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan ternak dimasa yang akan datang hal ini sesuai dengan pernyataan Warwick dan Legates (1986) walaupun sedikit hubungannya dengan produksi, sifat ini mungkin penting sebagai pertimbangan dalam program pemuliaan dimasa yang akan datang. Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal 11

Tabel 3. Beberapa Karakteristik kualitaif Ayam Pelung, Lurik dan Komering Karakteristik Strain Kualitaif Pelung Lurik Komering Warna Bulu Bervariasi Hitam, Brakiel Kriel Silver Bervariasi Kuning Gambir, kebanyakan Coklat Hitam berwarna lurik coklat kehitaman, ada yang berwarna coklat bintik putih Warna Kulit Putih dan Gelap Hitam Kuning Keputihan Pucat Warna Kaki Hitam dan sebagian Hitam Kuning Pucat kecil ada yang putih Warna Daging Kuning Hitam Kuning Pucat Warna Jengger Merah Merah Cerah Merah Terang Bentuk Jengger Tunggal besar Tunggal, Triple dan Tunggal, besar bergerigi Mawar bergerigi Bentuk Tubuh Lonjong, tegap Segi Empat, Tegap Lonjong, Tegap Warna Telur putih kekuningan, coklat. Putih kekuningan, coklat keemasan Variasi putih, putih kekuningan, coklat. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Bobot telur dan bobot tetas ayam Pelung lebih baik dibandingkan bobot telur dan bobot tetas ayam Lurik, Komering. 2. Persilangan ayam Pelung dengan Lurik ditinjau dari bobot telur, bobot tetas dan pertambahan bobot badan lebih baik dibandingkan persilangan pelung dengan Komering dan Lurik dengan Komering. 3. Ayam Lurik dapat dijadikan tetua untuk program persilangan dengan bangsa ayam buras lainnya agar produksi telur hasil persilangannya lebih baik. Daftar Pustaka BPT-HMT Sembawa. 2001. Budidaya Ayam Buras. BPT-HMT Sembawa, Palembang. Dirdjopratono, W. dan U. Nuschati. 1994. Studi pemberian pakan pada anak ayam buras periode lepas sapih. Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian SubBalitnak Klepu, Jawa Tengah. Gunawan, B., dan T. Sartika, 2001. Persilangan ayam Pelung jantan x Kampung betina hasil seleksi generasi kedua (G2) Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6 (1) : 21 27. Iskandar, S. 2006. Strategi Pengembangan ayam lokal. Wartazoa Vol. 16 No. 4. Hal. 190 197. Kholis, S. dan Sitanggang, M. 2002. Ayam Arab dan Pocin Petelur Unggul. Penerbit PT. Agro Media Pustaka, Jakarta. Nataamijaya, A.G. 2006. Karakteristik penampilan pola warna Bulu, Kulit, sisik Kaki, dan Paruh ayam Pelung di Garut dan ayam Sentul di Ciamis. Bulletin Plasma Nutfah Vol. 11 No. 1. hal. 1 5. Noor. R.R. 1996. Genetika Ternak. Cetakan I. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI, Jakarta. Priyanto, D. 1994. Studi ekonomi usahatani ternak ayam buras Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal 12

berdasarkan tingkat skala pemilikan induk di Jonggol Bogor (kasus peternak program INTAB). Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sub Balitnak Klepu Ungaran, Jawa Tengah. Purwanti, M., I. S. Ace., R. Krisna dan Wahyuningsih, 2006. Performans Mutu Ayam Buras Pedaging Hasil Persilangan Ayam Pelung Jantan dengan Ayam Lokal Betina. J. Penyuluh Pertanian Vol. 1 No. Edisi Mei. hal. 11-17. Rahayu I, H.S. 2002. Ayam Merawang Ayam Kampung Pedaging dan Petelur. Penerbit Penebar swadaya, Jakarta. Siegel, S. 1994. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Steel, R.G.D. dan Torrie, J. H. 1993. Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Sujono. 1996. Tampilan produksi ayam lurik sebagai ayam buras petelur unggul. Prosiding Seminar Nasional Perunggasan. Fapet Universitas Muhammadiyah Malang. Warwick, E. J. dan Lagates. 1986. Breeding arm Animal. TMH. Edition. Tata Mc Graw Hill Publishing Co. Ltd, New Delhi. Williamson. G., and W.J. A.Payne. 1987. An Inroduction to Animal Husbandry in The Tropics. Longman Inc, New York. Yuwono, D.M., Subiharta dan Muryanto. 1994. Pengaruh bentuk fisik pakan terhadap penampilan anak ayam buras. Prosiding Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi hasil-hasil Penenlitian. Sub-Balai Penelitian Ternak Klepu. Ungaran, Jawa Tengah. Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal 13