STUDI UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE APR 1400

dokumen-dokumen yang mirip
REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN

SISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

Definisi PLTN. Komponen PLTN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN TENAGA NUKLIR

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor ( September 2015)

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK


Nomor 36, Tahun VII, April 2001

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

KAJIAN PENERAPAN REAKTOR SMART DI INDONESIA

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR TIPE PWR PADA KECELAKAAN PUTUSNYA JALUR UAP UTAMA

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

STUDI PERBANDINGAN ARSITEKTUR SISTEM I&C PLTN GENERASI III EPR 1600 DENGAN US-APWR 1700

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI TERHADAP KEEKONOMIAN PLTN

STUDI TEKNO-EKONOMI REAKTOR MAJU APWR- MITSUBISHI

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

EVALUASI GANGGUAN SCRAM PADA PENGOPERASIAN REAKTOR SERBA GUNA GA SIWABESSY KURUN WAKTU Sriawan

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

EVALUASI SISTEM PROTEKSI REAKTOR DIGITAL PADA REAKTOR DAYA TIPE PWR DENGAN METODA FMEA ABSTRAK

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SISTEM KENDALI DIGITAL

PEMBUATAN SISTEM ANTARMUKA DAN AKUISISI DATA MENGGUNAKAN CIMON SCADA PADA MODEL SUNGKUP PLTN TIPE PWR

TINJAUAN SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA TIPE PWR

PEMASANGAN SISTEM MONITOR PADA SISTEM BANTU REAKTOR KARTINI

Diterima editor 12 Maret 2012 Disetujui untuk publikasi 02 Mei 2012

Session 11 Steam Turbine Protection

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (II)

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR)

SISTEM TENAGA LISTRIK

PEMBUATAN SISTEM MONITORING TEKANAN DAN TEMPERATUR BERBASIS PLC PADA SARANA EKSPERIMEN KONDENSASI (SEKONDEN)

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi

TENIK PENGUKURAN TINGKAT DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE CANDU

PEMBUATAN SISTEM MONITORING TEKANAN BERBASIS PLC PADA FASILITAS EKSPERIMEN SIMULASI PENDINGINAN SUNGKUP PLTN TIPE PWR

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

STUDI PROSPEK PLTN DAYA KECIL NUSCALE DI INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA.

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

LAMPIRAN PENJELASAN BENTUK-BENTUK YANG DIGUNAKAN DALAM DOKUMEN

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

PEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT. G. Bambang Heru, Sagino

PENGARUH KEDIP LISTRIK PADA OPERASI RSG-GAS TERAS 66

IX Strategi Kendali Proses

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II

KARAKTERISTIK MCB SEBAGAI PEMUTUS dan PENGHUBUNG MERESPONS TERJADINYA GANGGUAN CATU DAYA INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir

TI3105 Otomasi Sistem Produksi

KOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR

Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

Transkripsi:

STUDI UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE APR 1400 Nafi Feridian, Sriyana Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp/Fax: (021)5204243 E-mail: nafi@batan.go.id ABSTRAK STUDI UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE APR 1400. Telah dilakukan studi sistem proteksi pembangkit (PPS) pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) tipe Advanced Power Reactor (APR) 1400 yang merupakan salah satu sistem yang menjaga agar operasi PLTN APR 1400 tetap aman dan terkendali. Aspek pengendalian operasi PLTN merupakan aspek yang penting dalam menjamin beroperasinya PLTN dengan aman dan selamat. Untuk itu lingkup studi ini dibatasi pada unjuk kerja sistem PPS. Tujuan dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui kinerja PPS pada PLTN. Metodologi yang digunakan pada studi ini adalah studi literatur, pengumpulan data, serta melakukan review dan analisis. Studi ini menyimpulkan bahwa ada beberapa parameter pengukuran yang memicu sistem PPS untuk melakukan trip (pemadaman) reaktor, yaitu antara lain: tekanan pada komponen pressurizer terlalu tinggi atau terlalu rendah, volume air pada komponen pembangkit uap terlalu tinggi atau terlalu rendah, tekanan pada pengungkung reaktor terlalu tinggi, aliran pendingin reaktor yang rendah. Namun begitu trip juga bisa dilakukan secara manual. Beberapa parameter tersebut diukur oleh beberapa sensor yang disusun secara paralel dan ditetapkan dengan nilai nominal tertentu sesuai dengan standar PLTN tipe APR 1400. Kata kunci: Sistem Proteksi Pembangkit, sensor, penggerak batang kendali ABSTRACT NUCLEAR POWER PROTECTION SYSTEMS PERFORMANCE STUDY FOR APR 1400. A study on plant protection system (PPS) of advanced power reactor (APR) 1400 which is one of the system to maintain nuclear power plant (NPP) operation safe and controllable has been conducted. The controllability aspect of NPP operation is an important aspect to assure the NPP operation safe and reliable. Accordingly, the study is limited in the performance of PPS. The method used in the study includes literature study, data collection, as well as review and analysis. The purpose of this study is to recognize that PPS performance can assure the NPP operation safely and controllable. The study concludes that there are several measurement parameters that actuate PPS systems to trip the reactor such as high pressurizer pressure, low pressurizer pressure, high containment building pressure and also manual trip. These parameters are measured by parallel sensor with parallel arrangement set on set point suitable with APR 1400 safety standard. Keywords: Plant Protection System (PPS), APR 1400, sensor, control element drive mechanism 104

Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 10 No.2, Desember 2008 1. PENDAHULUAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik dalam kehidupan seharihari. Berbagai tipe PLTN telah beroperasi di dunia seperti, Pressurized Water Reactor (PWR), Boiling Water Reactor (BWR), Pressurized Heavy Warer Reactor (PHWR), Gas Cooled Reactor (GCR), dan lain-lain. Data IAEA tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah PWR 264 unit, BWR 93 unit, PHWR 42 unit dan GCR 18 unit [1]. Advanced Power Reactor (APR) 1400 merupakan PLTN tipe PWR yang menggunakan air ringan (H2O) sebagai pendingin dan sekaligus moderator. Sebagaimana PLTN tipe PWR, APR 1400 menggunakan dua macam siklus pendingin, yaitu pendingin primer dan sekunder. PLTN tipe PWR merupakan teknologi yang telah teruji dan mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah PLTN tipe ini adalah yang terbanyak, baik yang beroperasi maupun yang sedang dibangun yaitu sekitar 60% [1]. Salah satu sistem pada PLTN PWR adalah sistem pendingin reaktor (Reactor Coolant System, RCS). Sistem pendingin reaktor terdiri dari sistem pendingin primer dan sistem pendingin sekunder. Sistem pendingin primer merupakan rangkaian sirkulasi air tertutup yang berfungsi untuk memindahkan panas yang dihasilkan pada proses pembelahan inti uranium ke sistem sekunder melalui perangkat pemindah panas pada pembangkit uap. Dengan adanya dua sistem pendingin yang terpisah ini, maka sirkulasi air yang berada pada sistem pendingin primer tidak akan tercampur dengan sistem sekunder, sehingga dapat menjaga terhindarnya risiko kebocoran zat-zat radioaktif ke sistem sekunder [2] Untuk memastikan bahwa proses reaktor beserta beberapa komponen pendinginnya aman dan terkendali, maka diperlukan suatu sistem yang melindungi dan mengendalikan reaktor dari kondisi kecelakaan, sistem ini disebut dengan sistem proteksi pembangkit. Secara umum pada PLTN tipe PWR sistem proteksi pembangkit melindungi sistem pendingin primer dan melibatkan beberapa komponen pendinginan antara lain: pembangkit uap, pressurizer, pompa pendingin primer dan beberapa pipa-pipa penghubung [3]. Mengingat pentingnya sistem proteksi, maka pada makalah ini akan dibahas: sejauh mana sistem proteksi pembangkit dapat memastikan bahwa operasi PLTN APR 1400 aman dan terkendali, parameter-parameter apa saja yang mempengaruhi operasi reaktor dihentikan dan variabel apa saja yang mendukung sistem proteksi pembangkit. Diharapkan dengan mengetahui bekerjanya sistem proteksi dan parameter terkait operasinya, akan diketahui karakteristik operasi PLTN dari aspek instrumentasinya. Perlu diketahui pula bahwa PLTN memiliki potensi resiko radiasi, sehingga dengan diketahui karakteristik instrumentasi proteksi reaktor maka akan dapat menjaga potensi radiasi agar aman bagi operator dan masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat menunjukkan tingkat keamanan dari sitem PLTN tersebut. Metode yang digunakan dalam studi ini meliputi pengumpulan data dan informasi dari pustaka mengenai PLTN, studi literatur dan analisis data sekunder yang diperoleh dari advanced power reactor 1400 standard safety analysis report serta melakukan analisis. Dengan studi ini diharapkan dapat diketahui sejauh mana sistem proteksi pembangkit dapat memastikan bahwa operasi PLTN APR 1400 aman dan terkendali. Dengan demikian dapat mendukung dan memberikan masukan kepada institusi terkait rencana pembangunan PLTN, khususnya untuk pemilihan jenis teknologinya. 2. DISKRIPSI SISTEM PROTEKSI PLTN Sistem proteksi pembangkit (Plant Protection System, PPS) pada PLTN APR 1400MWe meliputi rangkaian mekanik dan elektrik yang diperlukan untuk membentuk fungsi 105

keselamatan yang berhubungan langsung dengan: Sistem Proteksi Reaktor (reactor protection system, RPS) RPS adalah bagian dari PPS yang melakukan pemadaman (trip) reaktor ketika diperlukan Sistem Pemicu Fitur Keselamatan Terekayasa (Engineered Safety Feature Actuation System, ) adalah bagian PPS yang mengaktifkan sistem fitur keselamatan terekayasa (Engineered Safety Features, ESF) Sistem Proteksi Lainnya (Diverse Protection System, DPS) DPS adalah suatu sistem yang melakukan opsi lain untuk melakukan trip reaktor untuk mengantisipasi adanya ATWS (Automatic Transient Wthout Scram) Secara garis besar seperti terlihat pada Gambar 1 sistem PPS berfungsi untuk memicu trip reaktor secara manual/otomatis yang didukung oleh beberapa sistem pendukungnya, antara lain: sistem RPS, DPS, ESF, serta beberapa masukan (input) analog dan manual [2]. Untuk memicu sinyal RPS, DPS dan, sistem proteksi pembangkit dibantu oleh beberapa peralatan pendukung yaitu: Sensor yang merupakan alat ukur diletakkan pada lokasi tertentu sesuai dengan Tabel 1 Kabinet Proses Instrumentasi. Kabinet ini merupakan peletakan perangkat proses instrumentasi secara keseluruhan, baik pendukung proteksi maupun perangkat PPS. Pendukung proteksi kabinet. Kabinet ini berisi sistem penghitungan DNBR, posisi CEA, perangkat isolasi, saluran keselamatan sistem sensor kecepatan pompa pendingin reaktor, dan remote input multiplexer untuk sistem monitor. Kabinet ini berdiri sendiri dan terdapat empat saluran isolasi listrik dan fisik. Kabinet perangkat PPS. Kabinet ini meliputi penggambar proses sinyal saluran keselamatan sistem monitor fluks neutron luar teras, bistable circuit, matrik logika, sirkuit awal, sirkuit bypass, sirkuit tes, panel kondisi lokal, dan catu daya. Kabinet ini berdiri sendiri dan memberikan empat saluran isolasi termal dan fisik. Indikator dan modul jarak jauh pada ruang kendali memberikan semua informasi dan kendali yang diperlukan bagi operator. Modul pengendali PPS yang berfungsi untuk memberitahu operator terkait dengan Bypass, dan pretrip Peralatan, yang terdiri dari: Switchgear untuk trip reaktor Kabinet rele pendukung Penggerak batang kendali (Control Element Drive Mechanism, ) Beberapa komponen ESF PPS RPS DPS ESF CPC Input Analog Manual Input Analog Input Analog Manual Pemicu Reaktor (Otomatis/Manual) Gambar 1. Sistem Proteksi Pembangkit dan Sistem Pendukungnya [2] 106

Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 10 No.2, Desember 2008 Pada PPS setiap parameter proses dikontrol oleh empat saluran instrumentasi yang disusun secara paralel dan terpisah dari saluran kendali pembangkit. Hasil pengukuran dari masing-masing instrumentasi dibandingkan dengan nilai titik pengesetan pengukuran yang sudah ditentukan. Bila terdapat dua perhitungan instrumentasi yang mencapai nilai titik pengesetan, maka sistem ESF diaktifkan dan reaktor akan dipicu untuk melakukan trip. Tabel 1. Peletakan beberapa sensor pada parameter yang dimonitor [4]. Parameter yang Dimonitor Tipe Sensor Jumlah Sensor Lokasi Temperatur Cold Leg Precision Resistance 8 Pipa Cold Leg Temperature Detector (RTD) Temperatur Hot Leg Precision RTD 8 Pipa Hot Leg Tekanan Bejana Pressure Transmitter 4 Bejana Tekan Tekan (Reactor Pressure Vessel, RPV) Kecepatan pompa pendingin reaktor Proximity Sensor 4/ pompa Pompa pendingin reaktor Level generator uap Differential pressure 8/ pembangkit uap pembangkit uap transmitter Tekanan generator uap Pressure transmitter 4/ pembangkit uap pembangkit uap Tekanan pengungkung Pressure transmitter 4 Struktur pengungkung Sensor, lokasi sensor dan parameter yang dimonitor juga menentukan tingkat pentingnya sistem proteksi. Artinya sensor yang diletakkan pada lokasi tertentu dan ditugasi untuk memonitor parameter yang penting bagi keselamatan, maka sensor tersebut memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi. Tabel 1 di atas memberikan gambaran parameter yang dimonitor, tipe sensor, jumlah sensor dan lokasi pemonitoran (oleh sensor). Gambar 2 di bawah, menunjukkan diagram blok sederhana sistem proteksi reaktor. Dalam gambar tersebut dapat dijelaskan secara umum bahwa beberapa sensor yang diletakkan pada sistem primer reaktor nuklir (Nuclear Steam Supply System, NSSS). Sinyal yang diberikan diolah oleh beberapa sistem, antara lain: proses instrumentasi RPS, rangkaian pembanding RPS/, rangkaian, sistem penguji PPS, matrik logika yang digunakan untuk pengambilan keputusan tindakan instrumentasi, saklar trip reaktor dan penganalisis Departure Nucleat Boiling Ratio (DNBR). Proses instrumentasi ini akan memberikan sinyal ke penggerak batang kendali agar supaya reaktor segera dipadamkan jika terjadi keadaan bahaya. 107

Sensor NSSS, Pengungkung & tangki bahan bakar Proses instrumentasi RPS/ Sistem penganalisis DNBR/LPD pembanding RPS pembanding RPS/ pembanding Kabinet pendukung proteksi Matrik logika Sistem penguji PPS Matrik logika Kabinet PPS Sinyal awal Sinyal Saklar trip reaktor Kabinet saklar pendukung Sinyal Sinyal awal Penggerak Batang kendali Peralatan Gambar 2. Susunan komponen dan sistem pendukung proteksi pembangkit [3] 3. PEMBAHASAN Untuk melakukan pemonitoran terhadap beberapa komponen yang merupakan peralatan vital dari operasi PLTN, maka diletakkan beberapa sensor yang dapat melakukan pengukuran parameter yang merupakan masukan utama dari rangkaian sistem proteksi PLTN. Sensor-sensor tersebut diletakkan pada beberapa lokasi penting yang biasanya mengalami kerusakan atau bila terjadi keadaan tidak normal sensor tersebut dapat segera memberikan informasi. Peletakan beberapa sensor dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk masing-masing parameter yang dimonitor ditempatkan paling sedikit 4 sensor, hal ini bertujuan agar akurasi pengukuran bisa dicapai optimal, yaitu bila ada salah satu sensor saja yang memberikan informasi bahwa ada ketidaknormalan pada operasi pembangkit, tanda bahaya akan segera diinformasikan kepada para operator. Pada saat itu para operator harus segera mengambil tindakan untuk mengevaluasi segala sesuatunya sesuai dengan prosedur standar keamanan sehingga akan segera diputuskan bahwa operasi pembangkit harus segera dimatikan atau masih bisa dioperasikan. Untuk melakukan pengukuran, sensor-sensor tersebut sebelumnya ditetapkan pada 108

Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 10 No.2, Desember 2008 kisaran nilai parameter tertentu, yaitu sesuai dengan batas kondisi normal yang diinginkan, di atas atau di bawah kondisi normal dengan nilai kisaran tertentu sensor akan menginformasikan keadaan tidak normal pada parameter yang diukur, untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan dalam bentuk tabel terkait dengan beberapa parameter yang diukur oleh sensor beserta nilai yang ditetapkan (titik pengesetannya). Tabel 2 di bawah, menjelaskan bahwa masing-masing sensor ditentukan dengan nilai nominal trip tertentu sesuai dengan jenis parameter yang diukur, yaitu apabila ketika sensor melakukan pengukuran mendapatkan nilai nominal trip yang sudah ditentukan maka sensor tersebut akan segera menginformasikan data tersebut ke input/masukan rangkaian sistem proteksi pembangkit. Informasi dari sensor tersebut kemudian diolah oleh rangkaian sistem proteksi pembangkit yang pada akhirnya akan dievaluasi apakah proses operasi reaktor harus segera dihentikan atau masih tetap bisa operasi meski ada beberapa sarat yang harus dipenuhi supaya operasi reaktor tetap dalam keadaan aman dan terkendali. Kinerja PPS seperti terlihat pada Gambar 3 dibagi menjadi empat saluran paralel, disebut A, B, C, dan D. Setiap saluran merupakan masukan dari beberapa sensor yang memonitor beberapa variabel seperti terlihat pada Tabel 1. Setiap komponen bisa diukur oleh beberapa sensor yang disusun secara paralel, hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan keakuratan dari hasil pengukuran. Sinyal analog dari hasil pengukuran beberapa sensor tersebut dikirim ke rangkaian pembanding tegangan di mana sinyal masukan dibandingkan dengan titik pengesetan (set point) yang telah ditentukan sebelumnya, sesuai dengan Tabel 2. Tabel 2. Nilai nominal trip pada masing-masing pengukuran sensor [4]. Parameter yang dimonitor Temperatur Cold Leg (rendah), ( C) Temperatur Cold Leg (tinggi), ( C) Tekanan Bejana Tekan (rendah), (psia) Tekanan Bejana Tekan (tinggi), (psia) Level air generator uap (rendah), (%) Tekanan generator uap (rendah), (psia) Tekanan pengungkung, (psig) Nilai nominal dalam operasi normal Nilai nominal trip Batas nilai nominal trip 290.6 <262.2-28.4 290.6 >310.6 +20 2250 <1807-443 2250 >2374 +124 76.8 <45-31,8 1000 <855-145 0 >2 +2 Proses pengukuran dilakukan oleh beberapa sensor yang disusun secara paralel yang bertujuan untuk memberikan variasi rangkaian pembanding tegangan agar didapatkan hasil analisis pengukuran yang tepat dan aman sehingga akan didapatkan proses startup, operasi dan pemadaman reaktor yang aman dan terkendali. pembanding tegangan akan menghasilkan suatu informasi yang akan diolah oleh rangkaian rele matrik dan selanjutnya merupakan sinyal trip yang secara langsung dapat memberikan interupsi yang mengindikasikan supaya proses reaktor dipertimbangkan untuk dihentikan. 109

Inputan dari hasil pengukuran saluran NSSS pembanding tegangan 1 2 3 4 5 6 7 8 N Saluran A 1 2 3 4 5 6 7 8 N Saluran B 1 2 3 4 5 6 7 8 N Saluran C 1 2 3 4 5 6 7 8 N Saluran D Matrik logika Logic AB Logic AC Logic CD Rele matrik Sirkuit Ke 120 Vac Instrument vital BUS A Ke 120 Vac Instrument vital BUS B Ke 120 Vac Instrument vital BUS C Ke 120 Vac Instrument vital BUS D Rele Bus 3 125 Vdc K1 Bus No.1 480 Vac breaker No.1 + Bus 1 125 Vdc - manual 1 + manual 3 K1 UVC K3 Generator motor DPS STC K2 Contactor beban breaker No.1 Kabinet Pengendali Contactor beban breaker No.2 - breaker breaker - UVC STC No.3 No.4 STC UVC K3 STC Generator motor DPS K2 UVC K4 + Bus 2 125 Vdc - manual 2 + K4 Bus No.2 480 Vac breaker No.2 Bus 4 125 Vdc manual 4 Suplai daya Penggerak batang kendali/ Sistem kontrol Penggerak batang kendali/ Suplai daya Penggerak batang kendali/ Ket: STC: Shunt UVC: Under Voltage DPS: Diverse Protection System Gambar 3. Sistem Proteksi Pembangkit (PPS) [3] Variabel nilai titik pengesetan pada rangkaian pembanding tegangan dapat dilakukan dengan mengatur beberapa tombol inputan yang ada di kabinet pengendali dan dapat diset-ulang secara manual dan otomatis. Empat saluran proteksi disusun dalam enam 110

Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 10 No.2, Desember 2008 logika AND yaitu AB, AC, AD, BC, BD dan CD. Hal ini menunjukkan semua kemungkinan kombinasi trip untuk keempat saluran proteksi. Keenam matrik logika yang berisi rangkaian and terkoneksi seri dengan dua set rele matrik paralel yang disuplai oleh tegangan DC. Sinyal informasi dari rele matrik pada akhirnya akan diteruskan ke saluran bus yang mengarah ke saluran pengendali yang berfungsi sebagai. Sistem ini berkerja pada selang tegangan antara 120 Vac sampai 125 Vac. Informasi yang dihasilkan oleh matrik logika yang telah diolah oleh peralatan rele matrik selanjutnya diolah oleh circuit yang akhirnya akan menggerakkan rele yang terdiri dari 4 buah saluran K1, K2, K3 dan K4. Pada akhirnya keempat rele tersebut memberikan sinyal arus pada komponen Shunt (STC) dan Under Voltage (UVC) yang kemudian memicu tegangan dari Bus 1, 2, 3 dan 4 untuk memasok tegangan 125 Vdc pada masing-masing komponen trip circuit breaker. Tegangan tersebut menyebabkan trip circuit breaker 1,2,3 dan 4 dalam posisi terhubung, sehingga secara otomatis akan menghubungkan rangkaian kabinet pengendali dengan suplai daya. Di samping dapat dikendalikan oleh keempat rele, komponen trip circuit breaker juga bisa dikendalikan secara manual. kabinet pengendali dikontrol oleh Diverse Protection System (DPS) yang menggunakan beberapa inputan parameter dan logika trip yang terpisah dengan saluran proteksi PPS tetapi hasil perhitungan dari DPS dapat digunakan oleh PPS sebagai pertimbangan perlunya untuk men-trip reaktor. Sinyal trip dari masing-masing saluran DPS disuplai secara mandiri, sinyal trip tersebut dapat menggerakkan dua buah generator motor yang pada akhirnya memberikan daya ke rangkaian batang kendali, sehingga menyebabkan operasi reaktor menjadi berhenti. DPS juga memicu sistem keselamatan pendukung air umpan ketika level air pada pembangkit uap turun pada keadaan tidak normal. Sinyal akhir dari rangkaian sistem proteksi reaktor adalah pasokan daya yang memasok komponen penggerak batang kendali yang kemudian disebut dengan sistem penggerak trip reaktor (Reactor Switchgear System, RTSS). Masing-masing RTSS diletakkan pada kabinet yang terpisah dan setiap RTSS memiliki satu unit circuit breaker. Pemasok daya penggerak batang kendali ini dikontrol oleh sistem kontrol penggerak batang kendali yang pada akhirnya akan memberikan tegangan dan arus pada coil sehingga proses reaktor akan dihentikan dengan jatuhnya elemen batang kendali. Pengetahuan tentang sistem instrumentasi PLTN ini penting dalam rangka pemahaman tentang bagaimana sistem PLTN dikendalikan agar aman, baik bagi pekerja radiasi maupun masyarakat pada umumnya. 4. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem proteksi pembangkit mampu mengendalikan operasi PLTN APR 1400 aman dan terkendali karena setiap saluran pengukuran didukung oleh rangkaian pembanding tegangan yang membandingkan beberapa pengukuran parameter yang telah diset dengan nilai nominal tertentu dengan sensor pengukuran yang disusun secara paralel, minimal 4 sensor untuk tiap parameter pengukuran. Ini menunjukkan bahwa konsep redundansi dan diversitas diterapkan dalam sistem instrumentasi, yang sekaligus menjamin keandalan sistem operasi PLTN. DAFTAR PUSTAKA [1.] IAEA, Reference Data Series No. 2 : Nuclear Reactor in the World, 2007 Edition. [2.] PUSAT PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR & FAKULTAS TEKNIK FISIKA NUKLIR. 111

Studi Teknologi PLTN PWR, PHWR dan Bahan Bakar DUPIC2005. (Laporan Penelitian) BATAN dan Universitas Gajah Mada. [3.] BADAN TENAGA ATOM NATIONAL & KOREA ELECTRIC POWER CORPORATION (KEPCO). Preliminary Report for Joint Study on the Construction of KSN-1000 in Indonesia (II), Jakarta 1998 [4.] KOREA HYDRO & POWER COMPANY. Advanced Power Reactor 1400 SSAR 2003. [5.] MOCIE & KHNP. Project Management Training Course on Korean Nuclear Power Technology, Busan, South Korea 2007. 112