BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. asumsi dasar going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekitar tahun 2007, di Amerika Serikat terjadi krisis keuangan global

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan karena going concern merupakan asumsi dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sarana penting untuk. mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat kita lihat dari pergerakan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap investor pasti menginginkan investasi yang memberikan return yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern. yang konsisten dengan keadaan sesungguhnya (Kartika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan perusahaan karena going concern merupakan asumsi

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan semakin meningkat. Perusahaan Go Public diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka kesimpulan pada penelitian ini adalah : audit going concern sehingga H 1 ditolak. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. tahun Dampak negatif dari krisis ekonomi dan politik tidak hanya dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan-perusahaan go public yang mengalami kebangkrutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dewi Ratna Sari Sri Wahyuni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sudah semakin maju. Ini

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tidak lama lagi, ASEAN Economic Community (AEC) akan segera

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mendominasi perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang beralamat di www.idx.co.id dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun 2012. Banyaknya perusahaan manufaktur menciptakan persaingan yang tinggi antar perusahaan manufaktur. Persaingan yang ada didalam perusahaan manufaktur mendorong setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerjanya untuk mencapai tujuan perusahaan yang tingkat perkembangannya tinggi. Oleh karena itu, laporan keuangan penting untuk pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk kuantitatif dimana informasi-informasi yang disajikan didalamnya dapat membantu berbagai pihak (intern dan ekstern) dalam pengambilan keputusan yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going concern), Wijaya (2009). Standar Akuntansi Keuangan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan mengemukakan sebagai berikut : Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan 1

2 suatuperusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2004: par 12). Didalam kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan bagi pihakpihak yang berkepentingan terhadap perusahaan terutama investor. Investor menanamkan modal untuk mendanai operasi perusahaan yang diyakini akan membawa kesejahteraan baginya. Ketika akan melakukan investasi pada suatu perusahaan, investor perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan karena going concern perusahaan merupakan asumsi dari pelaporan keuangan perusahaan. Jika tidak terpenuhi maka entitas tersebut dikatakan bermasalah dalam pelaporan keuangan perusahaan (Kristiana, 2012). Auditor memiliki peranan yang penting dalam memberi keyakinan kepada investor, karena auditor dalam memeriksa laporan keuangan sebagai tolak ukur melakukan investasi kepada perusahaan yang dianggap mampu melaksanakan kelangsungan hidupnya. Apabila hasil pemeriksaan laporan keuangan mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan mendapat pernyataan wajar dari auditor, data perusahaan akan lebih dipercaya digunakan oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya (Wijaya, dkk 2009). Auditor memiliki tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu kurang dari satu

3 tahun sejak pertanggal laporan audit. Auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (AICPA). Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang lama. Going concern sendiri dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (Triyana, 2013). Opini audit going concern merupakan pendapat yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan yang diyakininya (SPAP). Hasil audit laporan keuangan auditor merupakan hal yang penting bagi auditor pemakai laporan keuangan guna mengambil langkah dalam berinvestasi. Tanggungjawab auditor dalam PSA 32 (SA 316) adalah mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan investor dan pengguna laporan keuangan lainnya memadai atas pendeteksian salah penyajian yang material dalam laporan keuangan perusahaan. Selanjutnya, audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional dalam semua aspek penugasan yang dibawanya. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa opini going concern dapat dilakukan dengan melihat internal perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, ukuran perusahaan dan opinion shopping atau pergantian auditor.

4 Rasio likuiditas merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang dibebenkan kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan likuiditas perusahaan biasanya digunakan dengan angka rasio modal kerja, Current ratio, acid test/quick ratio, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Namun secara umum penelitian terdahulu menggunakan angka Current ratio dan Quick ratio. Current ratio adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor dengan membandingkan antara total aktiva lancar dan hutang lancar suatu perusahaan. Hasil penelitian dari Sudarso (2012) serta Susanto (2012), menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap going concern audit report, dihitung dengan menggunakan Current ratio. Sejalan dengan penelitian Yulius (2009), yang menyatakan bahwa rasio likuiditas diukur berdasar Current ratio dan Quick ratio, keduanya tidak mempengaruhi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Namun tidak sejalan dengan hasil yang diteliti menurut Arma (2013) serta Juandini (2010), yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Sejalan dengan penelitian dari Warnida (2011), yang menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Rasio solvabilitas (Leverage) perusahaan menggambarkan kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan pengertian bahwa perusahaan tersebut tidak akan mengalami gulung tikar dengan waktu pendek. Menurut Wibisono rasio leverage yang tinggi

5 akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan penggunaan dananya untuk membayar kewajiban dari pada untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan berkurang, sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas, maka perusahaan dikatakan tidak solvabel. Kondisi perusahaan yang tidak solvabel meningkatkan kemungkinan penerimaan opini audit going concern dari auditor, karena perusahaan dinilai tidak menguntungkan dalam jangka panjang sehingga perlu direstrukturisasi dan seringkali kebangkrutan melanda perusahaan yang direstrukturisasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas ratio perusahan ada tujuh, lima diantaranya yang sering digunakan oleh perusahaan yaitu debt to assets ratio, debt equity assets ratio, long term debt to equity ratio,time interest earned dan fixed charge converage. Pada umumnya penelitian terdahulu menggunakan rasio debt to assets dengan cara membandingkan total utang dan total asset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai solvabilitas ratio, maka perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangannya. Menurut Wibisono (2013), menyatakan bahwa solvabilitas rasio (leverage) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian menurut Yulius (2009), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio yang dihitung dari debt to total asset ratio tidak mempengaruhi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian menurut Susanto (2012) serta Mettani (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio berpengaruh signifikan terhadap

6 penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian menurut Kuswardi (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio perusahaan memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ukuran perusahaan dapat ditunjukan dari total aktiva, perusahaan dengan total aktiva yang relatif besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan, karena arus kas perusahaan bernilai positif dan dianggap perusahaan memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu panjang. Mc Keown et al. (1991) dalam Arga (2007), menyatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Menurut Mutchler (1985) dalam Warnida (2011) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi daripada perusahaan kecil. Dari hasil penelitian yang dilakukan menurut Warnida (2011) serta Ria (2010), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan dengan hasil penelitian menurut Arga dan Linda (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan menurut Wibisono (2013), serta Prima (2011), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian

7 menurut Werastuti (2013), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan dihitung berdasarkan jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit going concern. Opinion shopping adalah aktifitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajer untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (SEC). Menurut Schwartz dan Menon (1985) dalam Januarti (2009), menyatakan bahwa auditor switching lebih banyak dilakukan pada perusahaan yang bermasalah dibanding pada perusahaan sehat. Hal yang menyebabkan adanya pergantian auditor secara umum dikarenakan manajemen tidak merasa puas terhadap opini yang diterima atau adanya peraturan. Peraturan mengenai perubahan KAP di Indonesia, diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 yang diubah menjadi Keputusan Menteri Keuangan No. 359/KMK.06/2003, mengharuskan agar perusahaan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan audit selama lima tahun berturut-turut. Perusahaan yang mengganti KAP yang sudah mengaudit selama lima tahun tidak menimbulkan pertanyaan karena perpindahaan auditor bersifat mandatory. Peraturan diperbaharui kembali dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 3. Peraturan tersebut mengatur tentang permberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP, yang lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini (2007) serta Ardiani

8 (2012), menyatakan bahwa opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun tidak sejalan dengan penelitian Sudarso (2012), yang menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian menurut Irfana (2012), yang menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan hasil penelitian penelitian terdahulu serta tidak keseragaman hasil penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti kembali mengenai faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang akan peneliti lakukan kali ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Warnida (2011), yang menyimpulkan bahwa rasio likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, dan solvabilitas ratio serta price earning ratio tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hal ini dimaksudkan untuk menguji kembali variabel variabel yang terdahulu. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Warnida (2011), yaitu terletak pada tahun populasi penelitian dan salah satu variabel penelitiannya. Populasi penelitian yang dilakukan menurut Warnida (2011) adalah perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 sampai 2009, serta variabel yang digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas ratio, price earning ratio, dan ukuran perusahaan. Populasi yang akan peneliti angkat adalah perusahaan manufaktur

9 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) pada tahun 2010 sampai 2012. Adapun alasan memilih perusahaan manufaktur dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah untuk menghindari adanya industrial effect yaitu sektor industri yang berbeda antar suatu sektor industri antar satu dengan yang lain (Setyarno dalam Aiisiah, 2012). Peneliti akan mengkaji kembali variabel pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas ratio, ukuran perusahaan dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel yang digunakan Warnida (2011) yaitu price earning ratio, peneliti menggantikan dengan opinion shopping karena hasil penelitiannya tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Melihat dari pentingnya faktor faktor yang mempengaruhi tentang penerimaan opini audit going concern. Opini yang diberikan oleh auditor merupakan alat untuk pengambilan keputusan investasi. Auditor bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi 341, 2001). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur?

10 2. Apakah rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur? 4. Apakah opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur? 1.3 Batasan Masalah Supaya penelitian yang dilakukan tidak terlalu banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern perusahaan, maka dari itu perlu ada pembatasan penelitian yang meliputi : 1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai 2012. 2. Penelitian ini dibatasi pada variabel rasio likuiditas, rasio solvabilitas, ukuran perusahaan, dan opini shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 1.4 Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka tujuan yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh negatif rasio likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 2. Menganalisis pengaruh positif rasio solvabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.

11 3. Menganalisis pengaruh negatif ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 4. Menganalisis pengaruh negatif opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu : 1. Bagi investor atau bagi para pengambil keputusan Memperoleh informasi yang lebih baik untuk menilai potensi suatu perusahaan, yang dijadikan pertimbangan dalam membuat keputusan investasi setelah mengetahui perilaku manajemen dalam perusahaan tersebut. 2. Bagi Civitas Akademik Dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis pada waktu yang akan datang dan dapat dijadikan sumber bacaan yang dapat menambah wacana baru sebagai sumber pustaka.