BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia ( ) terutama bagi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

1 Universitas Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

Ekonomi Pertanian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia (1997-1998) terutama bagi Indonesia, memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa para pelaku ekonomi pada sektor pertanian mampu bertahan dan memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Mubyarto, 2004). Kenaikan harga-harga pangan yang terjadi tidak cukup merangsang bagi produksi pertanian, bahkan peluang tersebut dimanfaatkan oleh negara tetangga (Vietnam dan Thailand). Hal ini mengindikasikan bahwa pondasi sektor pertanian yang dibangun selama ini tidak dibangun dengan kokoh dan mendasar. Reorientasi dan revitalisasi kebijakan pembangunan pertanian harus segera dilakukan. Salah satu reorientasi kebijakan pertanian adalah merubah paradigma yang selama ini terlanjur berkembang, yaitu penyediaan harga pangan murah, yang secara jelas hanya menguntungkan bagi konsumen dan di sisi lain tidak memberikan rangsangan bagi para pelaku pada sektor pertanian. Dengan demikian, revitalisasi kebijakan pertanian harus diarahkan pada kesejahteraan petani yang berasaskan kerakyatan dan keadilan. Upaya meningkatkan kesejahteraan petani dilakukan sejalan dengan upaya menciptakan ketahanan pangan (food security). Konsekwensi logis dari upaya ini adalah tuntutan keterlibatan pemerintah secara aktif dan nyata, misalnya penentuan harga dasar, stabilisasi harga dalam negeri dan perdagangan terhadap

berbagai komoditi pertanian, peningkatan fasilitas dan insentif pertanian, yang kesemua itu berlaku universal bagi komoditi unggulan, termasuk tanaman jagung. Jagung merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat protein setelah beras. Disamping itu jagung berperan sebagai pakan ternak bahan baku industri (termasuk industri perunggasan) dan rumah tangga (Ditjen Tanaman Pangan, 2002). Beberapa tahun terakhir, kebutuhan akan jagung terus meningkat. Rata-rata kebutuhan jagung domestik setiap tahun meningkat sebesar 6,6% sementara laju produksi hanya sekitar 2,5% setiap tahunnya, sementara rata-rata produksi jagung nasional sekitar 3,2 ton/ha/tahun, (Deptan, 2007). Hal ini membuktikan walaupun ditingkatkan produksinya, permintaan terhadap jagung akan tetap nyata (effective demand). Tabel 1.1. Perkembangan Produksi Jagung Berdasakan Negara Tahun 1999-2007 (ribu Ton) Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 U.S 240.719 160.954 56.621 87.305 234.518 233.864 247.882 239.719 247.407 China 95.380 102.700 99.280 112.000 127.470 104.300 132.954 128.000 125.000 EU 30.242 30.487 28.298 28.952 34.794 38.522 35.295 37.241 38.765 Brazil 29.200 32.934 36.982 31.595 35.700 30.100 32.350 33.000 33.500 Mexico 18.631 19.141 17.005 16.000 18.922 16.934 17.788 19.000 19.000 Argentina 10.200 10.000 10.900 10.660 15.500 19.360 13.500 16.000 16.500 India 9.992 9.600 9.120 9.800 10.612 10.852 10.680 10.500 11.000 Rumania 6.829 8.000 8.500 9.923 9.610 12.680 8.500 10.500 10.500 Canada 4.883 6.501 7.043 7.271 7.380 7.180 8.952 9.096 10.200 South Africa 9.990 13.275 4.845 10.200 10.136 7.693 7.700 9.700 9.500 Yugoslavia 6.650 5.912 7.500 8.300 8.300 10.500 8.700 9.500 9.300 Hungaria 4.301 4.012 4.300 4.600 6.000 6.800 6.000 7.000 7.500 Thailand 5.650 5.400 5.500 6.200 5.950 5.700 6.500 6.200 6.200 Egypt 4.500 4.980 5.650 5.738 5.825 6.010 5.605 5.678 5.800 Philipine 4.810 5.030 4.534 4.300 4.215 3.528 4.894 4.500 4.300 Indonesia 3.400 2.900 3.800 3.700 3.900 3.700 4.300 3.800 4.100 Sumber : USDA, FAS, 2008

Tabel I.1 diatas memberikan gambaran bahwa produksi jagung disetiap negara menunjukkan peningkatan yang cenderung fluktuatif. Negara produsen jagung terbesar adalah U.S dan dari 16 negara produsen tersebut, Indonesia berada pada urutan terakhir. Hasil produksi setiap negara, tidak secara langsung diperdagangkan dalam pasar internasional. Pemenuhan kebutuhan domestik menjadi prioritas masing-masing negara. Sebagai catatan, bahwa produksi jagung yang diperdagangkan di pasar dunia relatif konstan atau sekitar 11,5 persen dari produksi jagung dunia. Tabel 1.2. Perkembangan Produksi dan Perdagangan Jagung Dunia 1999-2007 (Ribu Ton) Tahun Produksi Perdagangan Dunia Persentase (%) 1999 538.575 62.226 11,55 2000 475.494 56.374 11,86 2001 559.579 71.189 12,72 2002 513.078 65.489 12,76 2003 592.179 66.696 11,26 2004 576.153 62.995 10,93 2005 605.944 68.348 11,28 2006 604.409 69.535 11,50 2007 614.729 70.835 11,52 Sumber : USDA, FAS, 2008 Produk jagung yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, China, Fiji, Mexico dan Argentina. Namun tidak semua negara produsen jagung menjadi negara pengekspor. Brazil merupakan salah satu produsen jagung dunia, tetapi bukan merupakan negara eksportir jagung. Hal ini dikarenakan tingginya kebutuhan domestik akan jagung, sehingga hampir semua produksinya dialokasikan untuk pemenuhan dalam negeri. Hal serupa terjadi pada Uni Eropa, dimana produksi jagung hampir diperuntukkan bagi negara-negara 8 anggotanya. Gambaran relatif berbeda terlihat untuk negara China, disamping

berperan sebagai negara eksportir jagung, sekaligus berperan sebagai negara importir. Indonesia, yang terdiri dari ribuan pulau dan bercirikan negara agraris, menjadikan tanaman jagung juga sebagai salah satu komoditi unggulan yang selama ini dilakukan oleh masyarakat (petani) baik sebagai tanaman utama maupun sebagai tanaman tumpang sari. Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa luas tanaman jagung, khususnya luas panen, berbeda-beda antara satu propinsi dengan propinsi lainnya. Tabel 1.3. Perkembangan Rata-rata Luas Panen (ha) dan Pertumbuhan (%)Periode 1999-2007 Propinsi Luas Panen (ha) Rata-rata Pertumbuhan (%) I. Sumatera 1. Aceh 21.081-0,62 2. Sumatera Utara 154.557 13,60 3. Sumatera Barat 18.758 9,01 4. Riau 16.037 10,50 5. Jambi 10.522 9,15 6. Sumatera Selatan 34.337 14,81 7. Bengkulu 24.607 7,13 8. Lampung 312.311 6,61 Sub total 592.210 8,77 II JAWA & MADURA 1. Jawa Barat 130.543 2,19 2. Jawa Tengah 582.314 5,9 3. Yogyakarta 62.725 6,23 4. Jawa Timur 1.166.215 1,51 Sub total 1.941.797 3,96 Propinsi Luas Panen (ha) Rata-rata Pertumbuhan (%) III BALI & NUSATENGGARA 1. Bali 44.765 3,01 2. Nusa Tenggara Barat 30.186 4,18 3. Nusa Tenggara Timur 234219 1,94 Sub total 309.170 3,04 IV KALIMANTAN 1. Kalimantan Barat 18.624 7,15

Lanjutan Tabel 4.3 2. Kalimantan Tengah 4.816 8,08 3. Kalimantan Selatan 18.128 8,02 4. Kalimantan Timur 6.858 5,01 Sub total 48.426 7,07 V SULAWESI 1. Sulawesi Utara 78.305 2,99 2. Sulawesi Tengah 17.188 12,11 3. Sulawesi Selatan 299.580-1,81 4. Sulawesi Tenggara 41.364 0,39 Sub total 436.437 3,42 VI MALUKU & IRIAN JAYA 1. Maluku 12.286-5,66 2. Irian Jaya 4.393-3,66 Sub total 16.679-4,66 JUMLAH 3.344.719 3,60 Sumber : BPS, 1999-2007 (diolah) Melalui tabel diatas, konstribusi Pulau Jawa & Madura menduduki urutan pertama, sebesar 1.941.797 ha (58,06%). Bila dilihat dari rata-rata pertumbuhan per tahun selama kurun waktu tersebut, pertumbuhan luas panen pulau Sumatera adalah yang paling tinggi yaitu rata-rata 8,77 persen per tahun. Salah satu propinsi di Sumatera yang memiliki peluang dalam meningkatkan produksi jagung adalah Propinsi Aceh. Jika dilihat dari struktur perekonomian, dominan seluruh kabupaten bercirikan pertanian, termasuk Aceh Tenggara. Kabupaten Aceh Tenggara merupakan daerah penghasil jagung terbesar di Propinsi Aceh. Dilihat dari keunggulan komparatif, kabupaten ini sangat diuntungkan karena berbatasan lansung dengan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki industri pengolahan jagung. Berdasarkan data statisik (BPS Agara, 2008), saat ini sekitar 80% dari total 152.042 orang penduduk Kabupaten Aceh Tenggara tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 78.72% diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian.

Tabel 1.4. Perkembangan Produksi Jagung Kabupaten Aceh Tenggara 1990-2009 Tahun Produksi (ton) Perkembangan (%) 1990 147.453-1991 149.675 1,51 1992 161.074 7,62 1993 163.784 1,68 1994 164.916 0,69 1995 168.094 1,93 1996 169.747 0,98 1997 171.970 1,31 1998 170.774 (0,70) 1999 170.535 (0,14) 2000 179.672 5,36 2001 174.257 (3,01) 2002 174.147 (0,06) 2003 172.830 (0,76) 2004 161.112 (6,78) 2005 162.993 1,17 2006 161.835 (0,71) 2007 163.740 1,18 2008 167.534 2,32 2009 163.221 (2,57) Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tenggara, 2010 Melalui tabel diatas, secara jelas bahwa produksi menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 1992 dimana masyarakat secara massal melakukan penanaman jagung secara serentak karena beberapa pengalaman petani sebelumnya mampu memberikan nilai tambah yang baik bagi keluarga. Hal itu mendorong masyarakat untuk menanam jagung. Disisi lain, penurunan terbesar terjadi pada tahun 2002-2004, yang disebabkan oleh kondisi mencekam akibat konflik. Akibatnya, masyarakat tidak berani untuk turun ke ladang untuk menanam jagung. Sebagai informasi, bahwa lahan produksi tanaman jagung yang tersedia sekitar 61.661 Ha, sementara yang dimanfaatkan hanya sekitar 31.679 Ha.

Para petani di Kabupaten Aceh Tenggara memiliki ciri antara lain : petani gurem. Dalam kegiatannya, para petani tersebut banyak menghadapi kendala, yaitu tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintani), banyaknya hama, harga pupuk dan obat-obatan yang relatif mahal serta tidak menentunya curah hujan. Disamping itu, sifat jagung yang volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil (bulky), tidak tahan disimpan lama, lokasinya yang terpencar, rantai pemasaran yang relatif panjang (transit market), belum tersedianya industri pengolahan jagung serta tanaman yang bersifat musiman menjadikan harga jual jagung menjadi sangat fluktuatif. Misalnya, saat panen raya harga jatuh mendekati Rp. 1.600 dan pada saat paceklik harga berada pada kisaran Rp.2.200. Singkatnya, harga memiliki pengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Disisi lain, perbedaan harga antar daerah juga menjadi stimulator bagi daerah lainnya dalam memanfaatkan peluang tersebut. Selama ini, harga jual di pasar Aceh Tenggara relatif lebih rendah dari pada harga di Sumatera Utara. Hal ini disebabkan, karena di Sumatera Utara terdapat sejumlah industri pengolahan jagung, baik berupa pakan ternak maupun lainnya yang menuntut tersedianya bahan baku secara berkesinambungan. Berikut ditampilkan tabulasi data, perbandingan harga jual jagung antara Aceh Tenggara dengan Sumatera Utara. Selisih harga jual pada dua daerah tersebut sangat signifikan.

Tabel 1.5. Perkembangan Perbandingan Harga Jagung Aceh Tenggara Sumatera Utara 1990-2009 Tahun Harga di Perkembangan Harga di Perkembangan Agara (Rp) (%) Sumut (Rp) (%) 1990 375,00 425,00 1991 400,00 6,67 465,00 9,41 1992 460,00 15,00 525,00 12,90 1993 570,00 23,91 630,00 20,00 1994 650,00 14,04 725,00 15,08 1995 600,00 (7,69) 740,00 2,07 1996 740,00 23,33 780,00 5,41 1997 750,00 1,35 820,00 5,13 1998 800,00 6,67 1.025,00 25,00 1999 1.300,00 62,50 1.500,00 46,34 2000 1.500,00 15,38 1.650,00 10,00 2001 1.700,00 13,33 1.850,00 12,12 2002 1.750,00 2,94 1.900,00 2,70 2003 1.900,00 8,57 2.100,00 10,53 2004 1.950,00 2,63 2.250,00 7,14 2005 2.000,00 2,56 2.400,00 6,67 2006 2.000,00-2.350,00 (2,08) 2007 2.200,00 10,00 2.500,00 6,38 2008 2.150,00 (2,27) 2.300,00 (8,00) 2009 2.100,00 (2,33) 2.325,00 1,09 Sumber : Dinas Pertanian Kab Aceh Tenggara, 2010 Kiranya, disinilah, peran pemerintah melalui kebijakannya diharapkan dapat menjadi stimulator yang bermuara pada terciptanya kestabilan harga yang menguntungkan bagi para petani. Analisis keunggulan komparatif dan daya saing usahatani jagung sudah banyak dilakukan. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, tidak hanya pada regim substitusi impor tetapi juga pada regim promosi ekspor. Artinya, usahatani jagung menghasilkan keuntungan yang layak dan mempunyai daya saing terhadap jagung impor.

Relevan dengan peluang pasar, Rachman (1998) mengungkapkan bahwa menurut pola perdagangan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam usahatani jagung, baik untuk tujuan perdagangan antar daerah, substitusi dan tujuan peningkatan ekspor layak diusahakan di hampir semua daerah di Indonesia. 1.2. Perumusan Masalah Melalui uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil panen jagung petani kelompok di Kabupaten Aceh Tenggara? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruh hasil panen jagung petani kelompok di Kabupaten Aceh Tenggara. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk : 1. Pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten), khususnya Dinas terkait (Pertanian) dalam menentukan program pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian khususnya tanaman jagung di Propinsi Aceh. 2. Sebagai landasan dalam penyusunan, arah dan kebijakan pengembangan khususnya tanaman jagung di Kabupaten Aceh Tenggara.

3. Sebagai wawasan dan memperkayah khasanah keilmuan bagi penulis, khususnya mengenai fakor-faktor (controlable) yang dapat mempengaruhi hasil panen jagung para petani di Kabupaten Aceh Tenggara. 4. Sebagai acuan atau landasan untuk penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan tanaman jagung. 1.5. Kerangka Berfikir Badan Litbang Pertanian (1999) mengarahkan pertanian tradisional menjadi pertanian modern (agribisnis) yaitu upaya peningkatan pendapatan petani melalui reorientasi kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian, dan mendukung pengembangan agribisnis, yaitu perubahan dari peningkatan kuantitas menjadi peningkatan kualitas. Badan Litbang Pertanian sendiri telah melaksanakan program Prima Tani pada beberapa wilayah di Indonesia, dengan mengembangkan model agribisnis terintegrasi secara vertikal dan horizontal berbasis lahan marjinal dalam program pengembangan model agribisnis berbasis inovasi teknologi pertanian. Program ini dilaksanakan untuk mendukung pengembangan komoditas pertanian unggulan dalam suatu kawasan dengan didukung oleh beberapa unsur terkait (kelembagaan) dalam proses produksi dan pemasaran hasil. Tujuan akhir dari program ini adalah mendukung upaya peningkatan pendapatan petani dan unsur yang terkait dalam usahatani dan pemberdayaan masyarakat pertanian pada umumnya. Sejalan dengan hal tersebut, kiranya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil panen jagung : 1. Jenis bibit. Penggunaan jenis bibit yang berbeda diyakin dapat mempengaruhi hasil panen petani jagung. Terdapat kecenderungan di kalangan petani, bahwa

bibit hybrida lebih banyak memberikan hasil panen daripada penggunaan bibit lokal, (Dahlan et.al, 1996). 2. Luas lahan. Terdapat kecenderungan pada masyarakat bahwa semakin besar luas lahan yang digunakan maka semakin banyak produksi yang dihasilkan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa senjang hasil antara rata-rata produksi yang dicapai petani saat ini dengan potensi hasil kemampuan lahan masih cukup lebar, (Swastika dkk, 2001). 3. Jenis lahan. Budidaya tanaman jagung pada dasarnya dapat dilaksanakan pada dua kelompok lahan, yaitu lahan kering dan lahan basah (baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan). Penggunaan lahan basah diyakini mampu memberikan hasil panen yang relatif banyak dibandingkan lahan kering. Hal ini menyebabkan para petani berupaya memanfaatkan lahan basah yang ada untuk budidaya tanaman jagung (Kasryno, 2002). Disisi lain, pada awal tahun 1980-an, lahan kering lebih dominan digunakan untuk tanaman jagung daripada lahan basah (Mink et al. 1987). 4. Pupuk, merupakan salah satu faktor input yang memegang peran penting dalam produktitas tanaman. Teknik penggunaan pupuk dan Mutu dan produksi jagung di Sulawesi Selatan dapat ditingkatkan melalui penggunaan pupuk NPK dan pupuk S, (Syafruddin et.al 1998) dan (Subandi, 1998). 5. Pengetahuan, dari hasil pengkajian (Litbang Deptan Bengkulu 2007) dapat disimpulkan bahwa diperlukan perbaikan teknik budidaya, melalui peningkatan pengetahuan para petani melalui pengenalan terhadap teknologi baru, penggunaan benih bermutu, penyesuaian dosis pupuk, dan perlakuan benih untuk pencegahan hama penyakit. Selain itu, para petani juga harus diberikan

pengetahuan baru, terkait dengan pengelolaan dan penanganan pasca panen mengingat hal ini turut mempengaruhi kualitas jagung. Selama ini, peningkatan produksi jagung di Indonesia belum diikuti oleh penanganan pascapanen yang baik. Petani kurang mendapatkan informasi tentang kegiatan panen dan pascapanen yang dapat mengurangi biaya dan menekan susut mutu jagung. Karena itu, petani di beberapa wilayah pengembangan jagung masih belum merasakan nilai tambah dengan meningkatnya kualitas produk biji jagung (Firmansyah 2006). Upaya meningkatkan kesejahteraan petani jagung melalui perbaikan pada proses penanaman dan penanganan pasca panen merupakan kegiatan yang dapat dilakukan secara bersama, yang pada akhirnya diharapkan harga jual mereka mengalami peningkatan. Singkatnya, harga memegang peranan yang penting. Semakin tinggi harga jual maka semakin meningkat pula keinginan untuk berproduksi (sebagai insentif). Harga jual di daerah lain juga mempengaruhi harga jual pada daerah tetangga. Purwoto dkk (2005) melakukan kajian terhadap pengaruh harga komoditi jagung di daerah lain (tetangga) terhadap harga jagung di daerah penghasil, secara tegas dinyatakan bahwa ada korelasi harga di tingkat dunia (luar negeri) dan derajat integrasi spatial baik antara pasar dunia dan pasar domestik, maupun antar pasar domestik dalam era liberalisasi perdagangan dengan mengambil studi kasus di Sulawesi Selatan. Simatupang dan Syafaat (1999) menjelaskan melalui analisis dekomposisi fluktuasi harga di pasar domestik ditemukan bahwa dibandingkan kondisi kuartal IV 1998, harga jagung pada kondisi kuartal I 1999 mengalami penurunan 0,6 persen. Penurunan harga jagung domestik ini tergolong rendah karena pada saat

yang sama terjadi depresiasi rupiah. Disisi lain, pada saat harga jagung dunia menurun, pemerintah justru meningkatkan derajat liberalisasi perdagangan melalui penghapusan beberapa hambatan tarif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan komponen sisa yang negatif (-16,2%), yang mengindikasikan bahwa penurunan harga domestik lebih banyak disebabkan oleh penurunan siklus harga dunia dan peningkatan liberalisasi perdagangan. Terdapatnya korelasi negatif antara harga jagung domestik dengan nilai tukar memberi makna adanya penguatan nilai tukar cenderung akan menurunkan harga jagung domestik. Instrumen penting lainnya yaitu kebijakan pemerintah. Mubyarto (2004) menjelaskan bahwa pemerintah tidak boleh menyerah menghadapi kekuatan kekuatan ekonomi dunia yang bersemangat kapitalistik-neoliberal seperti kesepakatan-kesepakatan WTO dan Konsensus Washington 1989. Pedoman kebijakan pembangunan pertanian didasarkan atas asas kerakyatan, keadilan, dan nasionalisme, yang harus berpihak pada bagian masyarakat yang lemah dan miskin. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran seperti pada gambar 1.1 di bawah ini.

JENIS BIBIT (X1.1) LUAS LAHAN (X1.2) JENIS LAHAN (X1.3) HASIL PANEN JAGUNG (Y1) PUPUK (X1.4) OBAT- OBATAN (X1.5) PENGE- TAHUAN (X1.6) Sumber : Badan Litbang Pertanian, 1999 Gambar 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Panen Jagung di Kabupaten Aceh Tenggara 1.6. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Jenis Bibit, Jenis Lahan, Luas Lahan, Pupuk, Obat-obatan dan Pengetahuan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap hasil panen jagung petani kelompok di Kabupaten Aceh Tenggara.