ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak pertanian, maka usahatani ternak domba digolongkan sebagai cabang u

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

KAJIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING PE DAN KACANG MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PROBIOTIK

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan. menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu.

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

ANALISA USAHA PETERNAKAN KAMBING DI KENAGARIAN SAOK LAWEH KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK SKRIPSI. Oleh : PRILLA AMEL

PENGARUH PEMBERIAN SINGKONG TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP SAPI BALI DI KEBUN PERCOBAAN KOYA BARAT

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif/statistik (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, data yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.


PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

II. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

Tabel 1. Komponen teknologi introduksi pengkajian No. Jenis kegiatan Teknologi Ukuran/dosis penggunaan 1. Perbibitan sapi Kandang : Ukuran sesuai juml

PENGKAJIAN SISTEM BUDIDAYA SAPI POTONG PADA EKOREGIONAL PADANG PENGEMBALAAN PENDAHULUAN

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

III. KERANGKA PEMIKIRAN

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

Transkripsi:

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan) dibandingkan non kooperator (kontrol). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode onfarm research (OFR) dan dilaksanakan di lahan petani dengan mengikut sertakan 10 orang petani yang tergabung dalam kelompok tani (petani kooperator). Sebagai pembanding atau kontrol dipilih 5 orang petani (non kooperator) yang berlokasi di sekitar tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan penggemukan kambing pola kooperator memperoleh berat badan lebih tinggi dibandingkan non kooperator, yaitu ratarata sebesar 11,62 kg/ekor atau ratarata sebesar 96,83 gram/ekor/hari selama 4 bulan dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 454.100, Selanjutnya, kinerja ekonomi diperoleh nilai R/C ratio = 1,32. Keyword : PENDAHULUAN Kambing kacang (lokal) memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara alami. Potensi lainnya adalah daging dan kotoran. Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat, terutama pada hari raya Qurban, aqikah, pesta perkawinan dan kebutuhan warung nasi/restoran, baik sebagai olahan tradisional maupun semi modern. Salah satu sentra populasi ternak kambing berada di Kecamatan Mila, tepatnya di Desa Babah Jurong. Usaha ternak kambing di daerah ini masih tergantung kepada pola pemiliharan tradisional dengan 3 ciri utama yaitu modal terbatas, input rendah dan skala kepemilikan ternak terbatas antara 46 ekor per kepala keluarga. Hal ini merupakan kendala dalam menghadapi tantangan usaha peternakan untuk bersaing di pasar domestik karena usaha yang tradisional tidak dapat menjamin suplai bakalan ternak kambing secara kontinue dengan harga yang kompetitif. Namun usaha ternak ini merupakan komponen penting dalam sistem usahatani dengan konstribusi yang nyata terhadap total pendapatan keluarga (Sabrani et al., 1995). Kontribusi usaha ternak kambing terhadap pendapatan usahatani di sektor pertanian masih di bawah 30 %, sehingga usaha ternak kambing hanya merupakan pendukung terhadap komoditas pertanian dan digolongkan sebagai usaha yang bersifat sambilan. Selain pengembangan penggemukan ternak, juga terdapat usaha intensifikasi ternak kambing dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga (Saragih, 2001) Dalam usaha penggemukan ternak perlu diperhatikan mutu pakan yang dilakukan dengan menambah bahan pakan lain yang tinggi kandungan proteinnya ke dalam ransum. Bahan pakan tersebut adalah dedak yang apabila diberikan pada ternak dapat meningkatkan pertambahan berat badan (Mathius et al., 1991). Aspek teknologi yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertambahan berat badan kambing adalah perkandangan yang baik. Perbaikan kandang dan pengelolaan sanitasinya, dapat mengurangi angka serangan beberapa penyakit yang menyerang ternak kambing, sehingga angka kematian pada ternak dapat ditekan (Abdul Madjid, 1999). Oleh karena itu melalui perbaikan teknologi pada tatalaksana pemeliharaan ternak kambing cukup penting. Aplikasi

teknologi terhadap peningkatan produktivitas ternak cukup berpengaruh, seperti perbaikan mutu genetik, perbaikan mutu pakan, perbaikan kandang dan pencegahan serta pengendalian penyakit. Hal ini diperkuat oleh analisis ekonomi sebagi pedoman untuk mencapai pendapatan yang layak dari usaha ternak kambing. Namun demikian perlu ditinjau sejauh mana tambahan input dalam usaha penggemukan kambing dapat memberikan nilai tambah. Hal ini penting agar dapat memberikan gambaran yang jelas, baik sebagi pola usaha peternakan rakyat maupun komersial. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan) dibandingkan non kooperator (kontrol). METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Babah Jurong Kecamatan Mila Kabupaten Pidie dari April sampai dengan Agustus 2010. Kegiatan diawali dengan menyiapkan pakan dan mempersiapkan ternak kambing yang akan digemukkan selama 4 bulan. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode onfarm research (OFR) dan dilakukan dilahan petani dengan mengikut sertakan 10 orang petani yang tergabung dalam kelompok tani (petani kooperator). Sebagai pembanding atau kontrol dipilih 5 orang petani (non kooperator) yang berlokasi di sekitar tempat penelitian. Di dalam pelaksanaan, terlebih dahulu dilakukan persiapan dengan mengidentifikasi lokasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a) Para petani di wilayah tersebut sudah terbiasa dalam memelihara ternak kambing, b) tersediaanya sarana dan prasaran produksi peternakan, c) pemilihan petani kooperator yang memenuhi persyaratan meliputi, bersedia menjadi anggota kelompok tani, mempunyai kemampuan dan terbiasa dalam memelihara ternak kambing dan bersedia mengikuti petunjuk dan bimbingan teknis cara memelihara ternak kambing Bahan dan Pengamatan Bahanbahan yang dipergunakan dalam dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pakan kambing petani kooperator diberikan 10 % dari berat badan, terdiri dari rumput lapangan/daundaunan dan rumput raja. Untuk menutupi kekurangan gizi dan mineral sebagai upaya meningkatkan bakteri rumen, diberi tambahan pakan penguat yaitu dedak padi dan obatobatan. Sedangkan kambing non kooperator hanya diberikan hijauan (rumput lapangan/daundaunan). Untuk mengetahui pertambahan berat badan hidup harian akan dihitung dengan cara berat hidup akhir dikurangi dengan berat hidup awal, kemudian dibagi dengan lama penggemukan selama 4 bulan. Penimbangan pertambahan berat badan hidup dilakukan setiap satu bulan sekali selama 4 bulan Frekuensi pemberian pakan hijauan yang diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pada siang hari dan sore hari. Sedangkan pemberian konsentrat disajikan dalam bentuk bubur yang telah diberi garam secukupnya. Air minum diberikan secara adlibitum. Metode Analisis Data yang terkumpul di lapangan diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis ekonomi. Analisis ekonomi merupakan gambaran keuntungan usaha penggemukan ternak kambing. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total dan dirumuskan sebagai berikut : (Soekartawi. 1991). Л = TR TC Dimana : Л = Keuntungan (benefit) TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost)

Tabel 1. Bahanbahan yang Dipergunakan dalam Penelitian Penggemukan Ternak Kambing di Desa Babah Jurong, Kecamatan Mila Kabupaten Pidie, 2010 No. Uraian Perlakuan Petani Kooperator Petani non Kooperator 1. a. Populasi ternak kambing 10 6 Jantan (ekor) 1 1 Betina (ekor) 9 5 b. Umur (bulan) 610 610 c. Berat badan (kg) 9,5 15,2 9 14,5 2. Ransum/pakan a. Hijauan Rumput lapangan/daundaunan Rumput raja b. Konsentrat (dedak) 2,4 (80%) 0,6 0,5 5 ( 100%) 3. Bentuk kandang a. Ukuran kandang ( m x m ) Panggung 4 x 7 (penyekatan per ekor 1,5 m2) Tanah 2 x 3 (tanpa penyekatan) 4. Kesehatan ternak Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani ternak dalam kegiatan usaha penggemukan ternak kambing dapat dilihat dari rasio penerimaan terhadap biaya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus : (Soekartawi. 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberantasan Penyakit : Scabies, Cacing dan diare Pemberantasan Penyakit : Scabies, Cacing dan diare TR R/C rasio = TC Dimana : R/C = Imbangan penerimaan dan biaya TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total ( total cost) 1. Konsumsi Pakan dan Pertambahan Berat Badan Pertambahan bobot badan kambing selama pelaksanaan kegiatan cukup baik, ternak, namun tidak sampai terjadi kematian ternak, karena telah dilakukan pengobatan namun belum optimal. Sebab selama secara intensif. Untuk melihat kenaikan pelaksanaan terdapat serangan beberapa bobot badan kambing yang dipelihara oleh penyakit antara lain scabies dan diare terhadap 4 ekor ternak kambing (44 %), yang petani kooperator setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 2. secara langsung menurunkan selera makan Tabel 2. Rataan Kenaikan Berat Badan Induk Kambing (kg) Selama 4 pada di Desa Babah Jurong, Kecamatan Mila, 2010 (Petani Kooperator)

No. 1. 2. Jenis Kelamin Berat Awal Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4 Besar kenaikan /bulan Jantan 18,45 18,47 21,30 22,02 22,59 1,005 Betina 12,59 14,00 15,72 16,22 16,33 1,035 Ratarata 15,52 16,24 18,51 19,12 19,46 0,985 Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa sampai bulan keempat (perkiraan umur 12 16 bulan) ratarata bobot badan ternak kambing mencapai 19,46 kg/ekor Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutama et al. (1994) bahwa pada umur 12 14 bulan bobot badan kambing PE sekitar 13,5 22,5 kg (rataan 18,5 kg). Kenaikan bobot badan ternak kambing yang dipelihara oleh petani kooperator selama pengkajian sebesar 4,08 kg/ekor, dengan ratarata kenaikan bobot badan per bulan adalah 1,020 kg/ekor. Sedangkan hasil kajian Panjaitan dan Batseba Tiro (1996) telah melakukan penelitian terhadap ternak kambing yang diberi pakan 40 % gamal + 40 % turi + 20 % Feukase, kenaikan bobot badannya yaitu 3,09 kg dengan pertambahan bobot badan/ekor/bulan sebesar 1,89 kg. Sedangkan kenaikan bobot badan kambing yang dipelihara oleh petani non kooperator dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kenaikan Berat Badan Ternak Kambing (kg) Selama 4 di Desa Babah Jurong, Kecamatan Mila, 2010 (Petani Non Kooperator) No. Jenis Kelamin Berat Awal Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4 Besar kenaikan /bulan 1. 2. Jantan Betina 13,05 12,21 13,55 12,78 14,20 13,16 15,15 13,76 15,35 14,46 0,58 0,56 Ratarata 12,63 13,16 13,68 14,45 14,90 0,57 Tabel 3 menunjukkan bahwa kenaikan bobot badan ternak kambing selama pelaksanaan kegiatan sebesar 2,27 kg/ekor dengan ratarata kenaikan per bulan adalah 0,57 kg/ekor. Pertambahan bobot badan ternak kambing/ekor/hari selama pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pertambahan Berat Badan Ternak Kambing (Kg) selama 4 bulan di Desa Babah Jurong, Kecamatan Mila, 2010 No. Anggota Peserta Jenis Kelamin Jumlah sample Ratarata (ekor) Pertambahan /ekor/hari (g) 1 Kooperator Jantan 1 33,5 2 Kooperator Betina 9 34,5 3 Non Kooperator Jantan 1 19,33 4 Non Kooperator Betina 5 18,67

Tabel 4 menunjukkan bahwa ratarata pertambahan bobot badan ternak kambing jantan pada petani kooperator 33,50 gram/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan non kooperator yang hanya mencapai 19,33 gram/ekor/hari. Sedangkan untuk kambing betina yang dipelihara oleh petani koperator 34,50 gram/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan pada non kooperator mencapai 18,67 gram/ekor/hari. Namun demikian pertambahan bobot badan kambing jantan pada petani kooperator lebih rendah dari betina, karena adanya serangan penyakit scabies dan diare, tetapi tidak sampai terjadi kematian ternak karena telah dilakukan pengobatan secara intensif terhadap penyakit tersebut, sehingga nafsu makan menurun dan akhirnya pertumbuhan terganggu. Jumlah konsumsi pakan ternak kambing pada petani kooperator selama pelaksanaan kegiatan ratarata 2,4 kg/ekor/hari (dalam keadaan segar), terdiri dari 0,6 kg hijauan (rumput raja) dan 0,50 kg dedak padi. Konsumsi pakan untuk ternak jantan maupun ternak betina tidak jauh berbeda, yaitu ratarata 2,4 kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan ternak kambing jantan yang terserang penyakit, sehingga nafsu makannya menurun. Sedangkan jumlah konsumsi pakan ternak kambing petani non kooperator ratarata 5,0 kg/ekor/hari berupa rumput lapangan/daundaunan. Konsumsi pakan ternak kambing jantan lebih banyak dibandingkan ternak betina, yaitu masingmasing 5,2 kg/ekor/hari. Efisiensi pakan ternak kambing yang dipelihara petani kooperator ternyata lebih tinggi yaitu 87,14 %, sedangkan pada ternak kambing yang dipelihara petani non kooperator efisiensi pakannya sebesar 82,40 %. Keadaan ini dapat terjadi karena ternak kambing yang dipelihara petani kooperator diberi garam mineral sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tagatorop et al. (1993), yang menyatakan bahwa pemberian mineral atau garam dapur dapat merangsang nafsu makan. 2. Analisis Ekonomi Untuk melihat analisis ekonomi penggemukan ternak kambing baik yang dikelola oleh petani kooperator maupun petani non kooperator selama empat bulan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak kambing selama 4 di Desa Babah Jurong Kecamatan Mila, 2010. No. Uraian Petani Kooperator Petani non Kooperator I. Biaya Produksi 1. Biaya Variabel a. Bibit kambing Betina 9 ekor 5 ekor Jantan 1 ekor 1 ekor b. Hijauan/pakan Rumput lapangan 2,4 kg x 10 ekr x 4 bln 2.880.000 5 kg x 5 ekr x 4 bln Rumput raja 0,6 kg x 10 ekr x 4 bln 108.000 Konsentrat (dedak) 0,5 kg x 10 ekr x 4 bln 600.000 c. Obatobatan 160.000 2. Biaya Tetap a. Penyusutan Kandang 400.000 Peralatan Kdg 75.000 Jumlah 1.403.500 360.000 75.000 75.000 50.000 560.000 II Penerimaan (pertambahan berat/ dgg 41,28 kg x Rp 45.000 1.857.600 13,52 kg x Rp 45.000 608.000 III. Keuntungan 454.100 48.000 IV R/C Sumber : Data diolah (2010) 1,32 1,09

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa usaha penggemukan ternak kambing local dengan menggunakan skala usaha 10 ekor ternak kambing dengan pola kooperator (perlakuan) memperoleh keuntungan lebih tinggi yaitu Rp 454100 selama 4 bulan dibandingkan dengan usaha penggemukan kambing lokal dengan menggunakan skala usaha 6 ekor dengan pola non kooperator (kontrol) yaitu Rp 48.000 selama 4 bulan. Perbedaan ini disebabkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan pola perlakuan menggunakan tambahan konsentrat (dedak). Sedangkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan dengantidak menggunakan pakan tambahan. Selanjutnya kinerja ekonomi ini dapat juga dilihat berdasarkan nilai R/C ratio yang menunjukkan perbandingan antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Jika nilai R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan layak untuk dilanjutkan dan apabila nilai R/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak. Semakin tinggi nilai R/C maka usaha tersebut makin mendatangkan keuntungan (Tabel 5). R/C yang tinggi pada penelitian ini dengan sistem perlakuan dicapai R/C rationya 1,32. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Usaha penggemukan kambing skala usaha 10 ekor pola kooperator memperoleh berat badan lebih tinggi dibandingkan non kooperator, yaitu ratarata sebesar 11,62 kg/ekor atau ratarata sebesar 96,83 gram/ekor/hari selama 4 bulan dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 454.100, Selanjutnya, kinerja ekonomi diperoleh nilai R/C ratio = 1,32. B. SaranSaran Untuk meningkatkan keuntungan usaha penggemukan ternak kambing perlu ditambah skala usaha dari 10 ekor menjadi 30 ekor dengan memperhatikan \aplikasi teknologi, seperti perbaikan mutu genetik melalui perkawinan antara bibit/induk kambing dengan penjantan unggul, perbaikan mutu pakan, kandang dan pencegahan/ pengendalian penyakit. DAFTAR PUSTAKA Madjid, A. 1999. Penyakit dan Pengobatan Ternak Kambing. Penelitian Ternak Kambing dan Domba di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Mathius, I. W., Haryanti, B., M.I. Siregar. 1991. Makanan dalam Pedoman Praktis Beternak Kambing dan Domba Sebagai Ternak Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian. Bogor. Sabrani, M., P. Sitorus, M. Rangkuti dan Subandriyo. 1995. Laporan Survei Baseline Ternak Kambing dan Domba. SRCRSP. Balitnak, Puslitbang Peternakan, Bogor. Soekartawi. 1991. Dasardasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Sutama, I. K., I.G.M. Budiarsa dan Y. Saefudin. 1994. Kinerja Reproduksi sekitar Pubertas dan Beranak Pertama Kambing Peranakan Etawah. Ilmu dan Peternakan, Vol 8 : 1. IPB. Bogor. Tagatorop, M.A, B. Setadi, Subandriyo, R.E. Juarini dan H. Budiman. 1993. Petunjuk teknis Budidaya Ternak Kambing. Program Keterkaitan PenelitianPenyuluhan. Bogor. Tiro, Batseba. 1996. Problema Reproduksi pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan, Bogor.