Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak pertanian, maka usahatani ternak domba digolongkan sebagai cabang u

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak pertanian, maka usahatani ternak domba digolongkan sebagai cabang u"

Transkripsi

1 Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN DOMBA GARUT BERBASIS JERAMI PADI S. RUSDIANA dan CHALID THALIB Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajaran Kav E - 59, Bogor ABSTRAK Pengamatan menggunakan ternak domba jantan Garut yang mendapat perlakuan dan kontrol dengan sistem keraman dan ternak domba dikandangkan selama 4 bulan. Pemberian jerami padi fermentasi (JPF) sebanyak 0,5 kg kering diberikan I kali dalam satu hari (pagi). Untuk menutupi kekurangan gizi dan mineral sebagai upaya meningkatkan bakteri rumen, diberi tambahan pakan penguat. Sedangkan domba kontrol diberikan hijauan (rumput gajah) dan sisa limbah pertanian. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis ekonomi B/C ratio dan analisis Paired comparison mean T-test yaitu untuk menguji perbandingan nilai rata-rata berdasarkan skala usaha (R0 dengan R I ) ditingkat peternak. Uji regresi linear digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak domba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor selama masa penggemukan 4 bulan memberikan keuntungan sebesar Rp Hasil uji t pada skala usaha ternak domba antara R o dan R, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,001) selama 4 bulan. Ternak yang memperoleh pakan perlakuan sangat nyata menunjukkan pertumbuhan bobot hidup yang lebih baik dari kontrol. Ternak dengan pakan perlakuan menunjukkan peningkatan bobot hidup rata-rata sebesar 11,62 kg/ekor per 4 bulan atau rata-rata sebesr 96,83 gram/hari/ekor. Pertumbuhan bobot hidup ternak dengan pakan kontrol (R o ) dan perlakuan (R,) dapat digunakan dengan persamaan regresi Y k= 20,89 + 1,28 dan Yp = 20,9 + 4,17, dengan koefisien determinan R2 = 0,99 atau sebesar 99%. Kata kunci : Domba Garut, jerami padi, analisis ekonomi, penggemukan PENDAHULUAN Untuk mendukung pembangunan sektor peternakan dalam jangka panjang, kemampuan petani ternak untuk memanfaatkan sumber daya ternak secara optimum merupakan satu ciri ketangguhan sektor peternakan. Hal ini sudah disadari bersama bahwa tuntutan kebutuhan produk peternakan semakin meningkat dari hari kehari, sedangkan sumber daya pendukung pengembangan peternakan terutama lahan dan tenaga terdidik cenderung berkurang (WAHYONO et al., 1995). Usaha ternak domba di Jawa Barat selama ini masih tergantung kepada pola pemeliharaan tradisional dengan tiga ciri utama yaitu modal terbatas, input rendah dan skala kepemilikan ternak sedikit antara 3-12 ekor per kepala keluarga. Hal ini merupakan kendala dalam menghadapi tantangan usaha peternakan untuk bersaing di pasar global karena usaha yang tradisional (kecil) ini tidak dapat menjamin suplai bakalan ternak domba secara kontinu dengan harga yang kompetitif. Meskipun demikian secara umum dikemukakan bahwa usaha ternak domba ini merupakan komponen penting dalam sistem usahatani ternak dengan kontribusi yang nyata terhadap total pendapatan keluarga petani ternak di berbagai wilayah pedesaan di Indonesia (SABRANI et al., 1995). Pada dasarnya usahatani ternak yang telah dikembangkan adalah. peternakan sebagai usaha sambilan (cabang usaha). Usaha ternak dikatakan sebagai usaha sambilan jika sumbangan usaha ternak terhadap pendapatan usahatani kurang dari 30%, sehingga usaha ternak hanya merupakan pendukung terhadap komoditas pertanian yang lain. Jika sumbangannya mencapai 30-70%, usaha ternak dikatakan sebagai cabang usaha, karena pengusahaan ternak bersifat campuran dengan usaha lain. Jika pengusahaannya bersifat tunggal dan terhadap pendapatan usaha tani ternak mencapai % maka digolongkan sebagai usaha pokok. (SIMATUPANG, 1995). Melihat nilai kontribusi usahatani ternak domba terhadap pendapatan usaha di sektor 394

2 Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak pertanian, maka usahatani ternak domba digolongkan sebagai cabang usaha yang bersifat sambilan. Selain pengembangan penggemukan ternak domba, juga terdapat usaha intensifikasi domba Garut dengan tujuan lebih meningkatkan pendapatan keluarga. (SARAGIH, 2001). Aplikasi teknologi terhadap peningkatan produktivitas ternak domba cukup berpengaruh. Hal itu diperkuat oleh analisis ekonomi sebagai pedoman untuk mencapai pendapatan yang layak dari usaha perbaikan mutu genetik ternak domba. Namun demikian perlu ditinjau dan dikaji ulang sejauh mana tambahan input dalam usaha penggemukan ternak domba, dapat memberikan nilai tambah. Hal penting agar dapat memberikan gambaran yang jelas, baik sebagai pola usaha peternakan rakyat maupun komersial. MATER! DAN METODE Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, pada bulan Oktober 2006 s/d bulan Januari Keiatan diawali dengan menyiapkan jerami padi fermentasi (JPF) dan mempersiapkan ternak bakalan yang akan digemukkan selama 4 bulan. Metode pengamatan Pengamatan menggunakan ternak domba Garut jantan yang dikelompokkan dalam 2 grup. Kelompok pertama diberi perlakuan, sementara kelompok lainnya dipergunakan sebagai kontrol. Ternak domba dikandangkan terus menerus selama periode penggemukan 4 bulan. Khusus untuk perlakuan, pakan penggemukan yang diberikan tiap hari sesuai dengan aturan. Pemberian jerami padi fermentasi (JPF) sebanyak 0,5 kg kering yang setara dengan 1 kg jerami segar diberikan 1 kali dalam sehari yaitu jam pagi. Untuk menutupi kekurangan gizi dan mineral sebagai upaya meningkatkan bakteri rumen, diberi tambahan pakan penguat yaitu : dedak padi, bungkil kedelai, ampas tahu dan obat-obatan. Sedangkan domba kontrol hanya diberikan hijauan dan sisa limbah pertanian. Untuk mengetahui pertambahan bobot hidup harian akan dihitung dengan cara bobot hidup akhir dikurangi dengan bobot hidup awal, kemudian dibagi dengan lama penggemukan yaitu 4 bulan. Analisis data Analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis ekonomi yang menggambarkan pendapatan usaha penggemukan ternak domba. B/C ratio dihitung berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan dan hasil usahanya. Analisis pendapatan Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut : Fl =TR-TC Dimana : [1= Keuntungan (benefit) TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (B/C Rasio) Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani ternak dalam kegiatan usaha penggemukan ternak domba dapat dilihat dari rasio penerimaan terhadap biaya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus. R/C rasio = TR TC Dimana : R/C = Imbangan penerimaan dan biaya TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) 3 9 5

3 Analisis titik impas produksi (BEP-Q) Analisis titik impas produksi (BEP-Q/ break even point quality) bertujuan untuk mengetahui berapa volume produksi minimal yang tidak mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. BEP diukur dengan menggunakan rumus : TFC BEP-Q = P-AVC Dimana: TFC =Total biaya tetap P = Harga jual/ekor AVC= Biaya variabel/ekor Analisis titik impas penjualan (BEP-S) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penjualan minimal yang tidak mengakibatkan usaha penggemukan ternak domba mengalami kerugian BEP penjualan dinyatakan dalam rupiah, dengan menggunakan rumus : TFC BEP = 1-TVC S Dimana: TFC = Total biaya tetap 1- TVC = Total biaya variabel S = Nilai penjualan ternak Analisis ROI (Return on investment) Analisis ini digunakan untuk menyatakan seberapa efisien modal usaha yang dipakai dalam usaha penggemukan ternak domba tersebut. Analisis ROI dinyatakan dalam % dengan rumus : ROI = Laba usaha x 100% Total biaya HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum Usaha penggemukan ternak domba Garut jantan pada kegiatan ini merupakan ternak yang baru didatangkan dari petani ternak di sekitarnya atau dari desa lain yang dijadikan ternak domba bakalan untuk usaha penggemukan dengan menggunakan dua perlakuan yaitu: Domba Perlakuan dan Domba Kontrol. Ternak domba dikandangkan/individu dengan luas 1,5 m2/ekor, dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, untuk memancing pakan yang akan diberikan kepada ternak domba penggemukan. Setelah itu ternak diberi pakan jerami padi fermentasi, dan diberikan sedikit demi sedikit sehingga dengan waktu yang telah ditentukan + 3 hari ternak tersebut sudah bisa beradaptasi dengan pakan jerami padi fermentasi.. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat perkembangan ternak domba penggemukan. Penimbangan pertambahan bobot hidup dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali selama 4 bulan. Domba Kontrol tidak menggunakan cara tersebut diatas namun dikandangkan dan yang terpenting adalah ternak tersebut nyaman, terjaga kebersihan serta lingkungan yang cukup masuk matahari. Untuk melihat perkembangan dan pertambahan bobot hidup ternak maka di timbang setiap 1 (satu) bulan sekali selama 4 bulan sesuai dengan sistem perlakuan. Jerami padi sudah biasa digunakan petani sebagai pakan ternak ruminansia besar dan kecil namun hanya sebatas pakan biasa saja. Kadang kala jerami padi habis panen dibuang atau dibakar dengan begitu saja karena mempunyai kandungan nutrisi yang kurang baik. Setelah dibuat dan direkayasa menjadi jerami padi fermentasi dapat dipakai sebagai pakan penguat ternak ruminansia kecil dan ternyata memiliki kandungan nutrisi yang cukup memadai. Proses peningkatan nutrisi jerami padi fermentasi dengan menggunakan probiotik, urea dan air garam serta pemberian air minum secukupnya dipandang sangat efektif dan berpengaruh terhadap pertambahan bobot hidup. Hal tersebut dapat menanggulangi keterbatasan tersedianya pakan ternak pada musim kemarau. Jerami padi fermentasi tersebut dapat disimpan selama 1-4 bulan ditempat yang tidak lembab. Kandungan nutrisi jerami padi fermentasi terlihat pada Tabel 1. Hasil analisis proksimat jerami padi fermentasi tersebut menunjukkan adanya peningkatan kandungan protein kasar menjadi 6,49% dan serat kasar mengalami penurunan dari 28,50% menjadi 22,35%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemukan ternak domba Garut jantan yang dikandangkan secara 3 9 6

4 kolektif dan diberi jerami padi fermentasi ternak domba Garut jantan dengan sistem secara teratur ditambah dengan pakan hijauan, domba kontrol, yang hanya diberi pakan dedak padi, tepung kedelai, ampas tahu dan hijauan atau rumput alam dan limbah pertanian bioplus memberikan pertambahan bobot hidup seadanya (Tabel 2). lebih baik dibandingkan dengan penggemukan Tabel 1. Rata-rata kandungan nutrisi jerami padi fermentasi dan jerarni padi non fermentasi di tempat penelitian daerah Garut Nutrisi Jerami fermentasi (%) Jerami non fermentasi (%) Kadar air ,15 Abu 17,00 10,90 Serat kasar 22,35 28,50 Protein kasar 6,49 2,08 Lemak 15,00 9,00 P 0,05 0,04 K 0,42 0,55 BETN 30,69 40,78 Keterangan : BETN (Bahan ekstrak tiada N) Sumber: SARIUBANG et al. (2005) Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot hidup ternak domba Garut jantan skala 50 ekor per 4 bulan Uraian BH awal (kg) PBH/hari (gr) PBH/bulan (kg) Perlakuan 20,90 0,140 4,18 Kontrol 20,89 0,041 1,28 Keterangan : PBH: Pertambahan bobot hidup Sumber: Data diolah (2007) Bobot hidup akhir dari terak perlakuan terlihat lebih tinggi, mencapai (37,60/kg). Sedangkan ternak yan tdak mendapat perlakuan hanya mencapai (26,01/kg). Hal ini disebabkan pengaruh dari perbedaan pemberian pakan konsentrat. Pola usaha penggemukan ternak domba jantan Garut Pola usaha penggemukan ternak domba di daerah Garut yang mengusahakan/memelihara 50 ekor domba dengan lama penggemukan 4 bulan memiliki nilai mortalitas 4%. Biaya yang dipergunakan untuk usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor adalah : Sewa lahan seluas 300 m2 sebesar Rp per tahun, sehingga sewa lahan sebesar Rp per periode penggemukan, satu ekor domba membutuhkan luas kandang individual 1,5 m 2 sehingga luas kandang yang dibutuhkan +75 m 2. Kandang dibangun berbentuk panggung (keraman), luas bangunan kandang adalah + 75 m2 dengan biaya pembangunan Rp per m2 dengan masa pakai 5 tahun, jadi BH akhir (kg) PBH14 bulan (kg) 37,61 16,70 26,01 5,12 pembangunan kandang sebesar Rp /5 tahun = Rp /3 bulan = Rp per periode, sehingga biaya penyusutannya Rp per periode. Kendaraan pengangkut domba disewa dua kali dalam satu periode sebesar Rp Bobot awal domba bakalan rata-rata 20 kg dengan harga per kg Rp dan domba digemukkan selama 4 bulan. Pertambahan bobot hidup harian yang diperoleh adalah 0,14 kg per hari, sehingga bobot akhir domba adalah ± (35-37) kg. Pemberian pakan tambahan dilakukan pada pagi hari sebanyak 3,1 kg/ekor/hari. Harga jerami padi fermentasi Rp. 50 per kg ; dedak padi Rp per kg, bungkil kedelai Rp per kg, ampas tahu Rp. 100 per kg, tetraklor 2 kg Rp dan obat-obatan 1 paket per periode Rp. 50,000. Tenaga kerja sebanyak 2 orang selama 4 bulan dengan gaji rata-rata Rp per bulan per orang. Harga jual daging domba adalah Rp /kg bobot hidup. Setiap hari seekor domba menghasilkan 0,375 kg kotoran, sehingga selama penggemukan dihasilkan 37,5 kg kotoran dengan harga Rp. 100/kg

5 Biaya variabel (produksi) Domba bakalan 50 ekor (bibit) dengan harga. Rp /ekor Rp Jerami padi fermentasi 0,5 kg x 120 hari x 50 ekor x Rp. 50 Rp Pembelian bahan pakan hijauan 2 kg x 50 ekor x 120 hari x Rp. 50 Rp Konsentrat dedak padi 0,2 kg x 50 ekor x 120 had x Rp Rp Bungkil kedele 0,2 kg x 50 ekor x 120 hari x Rp Rp Ampas tahu 0,2 kg x 50 ekor x 120 hari x Rp. 100 Rp Tetraklor dan obat-obatan 1 paket/periode Rp Tenaga keda karyawan kandang 2 orang x Rp per bulan x 4 bulan Rp Jumlah biaya produksi Rp Biaya tetap (investasi) Sewa lahan (4 bulan) Rp Penyusutan kandang Sewa kendaraan Peralatan kandang Biaya tak terduga di pasar hewan Rp. Rp. Rp. Rp Total biaya investasi Rp Pendapatan Penjualan domba hasil penggemukan 50 ekor Rp (50-4%) x 37,60 kg x Rp Penjualan kotoran 37,5 kg x 120 hari x Rp. 100 Rp Total pendapatan Rp Keterangan : 4% risiko kematian Dari hasil usaha penggemukan ternak domba selama 4 bulan ternyata dapat menyumbang terhadap pendapatan rumah tangga petani ternak. Hasil keuntungan usaha penggemukan ternak domba sebesar Rp dapat dihitung sebagai berikut : Laba usaha = Total pendapatan - total biaya investasi + total biaya produksi) = Rp (Rp Rp ) = Rp Rp = Rp /4 bulan = Rp sebulan Analisis break event point (titik impas) Analisis ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel dalam kegiatan usaha, yang menggambarkan posisi biaya total sama dengan penerimaan total. Titik impas usaha penggemukan domba akan dicapai dengan perhitungan sebagai berikut. BEP volume produksi = /ekor = 34,33 domba yang dijalankan selama 4 bulan ternyata jumlah pengeluaran Rp dibagi 37,61 kg x harga daging Rp /kg ternak domba mendapat 34,33. Artinya usaha tersebut mempunyai titk impas dengan jumlah ternak sebanyak 34,33 ekor agar peternak mempunyai keuntungan. BEP harga harga = /ekor = /ekor domba yang dijalankan selama 4 bulan mengeluarkan dana sejumlah Rp di bagi dengan jumlah ternak domba (50 ekor) ternyata mendapat harga satuan ekor Rp Artinya titik impas tercapai apabila domba hasil penggemukan dijual dengan harga Rp per ekor atau harga daging Rp /kg. Analisis kelayakan usaha (R/C Ratio) Metode analisis ini merupakan angka banding antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha. Usaha dikatakan layak apabila angka R/C ratio-nya lebih besar 3 9 8

6 dari 1. Untuk usaha penggemukan domba seperti di atas, perhitungan R/C ratio-nya sebagai berikut. R/C ratio = = 1,415 Dari hasil usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan diperoleh penerimaan Rp dibagi jumlah pengeluaran Rp Ternyata mendapat 1,415 yang artinya, setiap peningkatan biaya yang sebesar Rp dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,415. Analisis efisiensi penggunaan modal (return on investmentir01) ROI = RP x 100% Rp = 41,46% domba yang dijalankan selama 4 bulan memperoleh keuntungan Rp di kali 100% dan dibagi jumlah pengeluaran Rp ternyata mendapat 41,46% yang artinya, usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan menghasilkan pendapatan yang optimal. Sistem kontrol Pola usaha penggemukan ternak domba di daerah Garut sejumlah 50 ekor domba dengan lama penggemukan 4 bulan memiliki nilai mortalitas 4%. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor adalah : Sewa lahan seluas 300 m2 sebesar Rp per tahun. Sehingga sewa lahan sebesar Rp /periode penggemukan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang individua 1,5 m2 sehingga luas kandang yang dibutuhkan + 75 m2. Kandang dibangun berbentuk panggung (keraman) dengan total luas bangunan kandang adalah + 75 m2 dan membutuhkan biaya pembangunan Rp /m2 dan masa pakai 5 tahun. Jadi pembangunan kandang sebesar Rp /5 tahun = Rp /3 bulan = Rp /periode. Dengan demikian biaya penyusutannya adalah Rp /periode. Kendaraan pengangkut domba disewa 2 (dua) kali dalam satu periode sebesar Rp Domba-domba digemukkan selama 4 bulan, bobot awal domba bakalan rata-rata 20,89 kg dengan harga per kg bobot hidup Rp ,- Pertambahan bobot hidup harian yang diperoleh adalah (0,041) kg per hari, sehingga bobot akhir domba adalah 25 kg hingga 26 kg. Selain hijauan sebagai pakan penguat juga diberi sisa pakan tambahan dari limbah pertanian seadanya. Tenaga kerja pencari pakan hijauan (rumput) sebanyak 2 orang dengan selama 4 bulan dengan gaji rata-rata Rp /orang. Harga jual domba adalah Rp /kg bobot hidup setiap hari seekor domba menghasilkan 0,375 kg kotoran, sehingga setiap hari dihasilkan 37,5 kg kotoran 50 ekor dengan harga Rp. 100/kg. Rincian biaya tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Biaya variabel (produksi) Pembelian domba bakalan 50 ekor (bibit) dengan rata-rata harga. Rp /ekor Rp Tenaga kerja pencari rumput 2 orang x Rp /bulan x 4 bulan Rp Total biaya produksi Rp Biaya tetap (investasi) Sewa lahan (4 bulan) Rp Penyusutan kandang Rp Sewa kendaraan Rp Peralatan kandang Rp Biaya tak terduga di pasar hewan Rp Total biaya investasi Rp

7 Pendapatan Penjualan domba hasil penggemukan 50 ekor (50-4%) x 26,01 kg x Rp ftp Penjualan kotoran domba 37,5 kg x 120 hari x Rp. 100 Pp Total pendapatan Pp Dari basil usaha penggemukan ternak domba selama 4 bulan dapat menyumbang pendapatan rumah tangga pada petani ternak. Hasil keuntungan usaha penggemukan ternak domba sebesar Rp dapat dihitung sebagai berikut : Laba usaha = Total pendapatan - (total biaya investasi + total biaya produksi) = Rp (Rp Rp ) = Rp Rp = Rp /4 bulan = Rp sebulan Analisis break event point (titik impas) Analisis ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel dalam kegiatan usaha, yang menggambarkan posisi biaya total sama dengan penerimaan total. Titik impas usaha penggemukan domba akan dicapai dengan perhitungan sebagai berikut. BEP volume produksi= = 41,53 domba yang dijalankan selama 4 bulan ternyata mengeluarkan Rp dibagi kg x harga daging Rp /kg mendapat 41,53. Artinya usaha tersebut mempunyai titk impas dengan jumlah ternak sebanyak 41,53 ekor agar peternak mendapat keuntungan. BEP harga harga = /ekor = /ekor domba yang dijalankan selama 4 bulan ternyata mengeluarkan Rp di bagi jumlah produksi ternak domba 50 ekor dan mendapat harga satuan ekor Rp Artinya titik impas tercapai apabila domba hasil penggemukan dijual dengan harga Rp per ekor atau harga daging Rp /kg. Analisis kelayakan usaha (R/C Ratio) Metode analisis ini merupakan angka banding antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha. Usaha dikatakan layak apabila angka R/C ratio-nya lebih besar dari 1. Untuk usaha penggemukan domba seperti di atas, perhitungan R/C ratio-nya sebagai berikut : R/C ratio = = 1,174 domba yang dijalankan selama 4 bulan memperoleh penerimaan Rp dibagi jumlah pengeluaran Rp ternyata mendapat 1,174. Artinya, setiap peningkatan biaya sebesar Rp akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,174. Analisis efisiensi penggunaan modal (return on investment/roi) ROI = Rp x 100% Rp = 17,42% domba yang dijalankan memperoleh keuntungan Rp di kali 100% bagi jumlah pengeluaran Rp ternyata mendapat 17,42%, yang artinya usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan menghasilkan pendapatan yang optimal. Peluang dan kelayakan analisis ekonomi ternak domba Berdasarkan hasil perhitungan, untuk mencapai skala ekonomi pada usaha penggemukan ternak domba minimal dipelihara 10 sampai 50 ekor. Pada skala 50 ekor usaha ternak domba mencapai titik impas bila usaha ternak domba dalam satu kali proses produksi dengan skala 50 ekor memperoleh laba Rp (Domba Perlakuan). Sedangakan keuntungan yang diperoleh dengan Sistem Domba Kontrol sebesar Rp. 400

8 untuk satu kali produksi (4 bulan). 4 bulan menghasilkan penerimaan 41% dan R/C ratio usaha tersebut 1,41 dengan Sistem 17%. Untuk melihat analisis ekonomi Perlakuan dan R/C ratio 1,17 dengan Sistem penggemukan ternak domba Garut jantan, Kontrol, artinya setiap Rp. 100 biaya yang terlihat pada Tabel 3. dikeluarkan dalam usaha ternak domba, selama Tabel 3. Analisis ekonomi penggemukan ternak domba jantan Garut dengan skala 50 ekor dengan dua si5tem domba perlakuan dan sistem domba kontrol 2007 Uraian Perlakuan (Rp) Kontrol (Rp) A. Biaya variabel B. Biaya produksi : - Bibit bakalan Hijauan Jerami padi fermentasi Dedak padi Bungkil kedele Ampas tahu Tetraklour + obat-obatan Tenaga kerja 2 org x Rp , Total biaya bariabel + produksi C. Pendapatan - (50-4%) x Rp x 37,60 kg (P) (50-4%) x Rp x 26,01 kg (K) (37,5 x 120 hari x Rp. 100) (P) (37,5 x 120 hari x Rp. 100) (K) Total pendapatan Keuntungan /periode (4 bulan) Keuntungan R/C 1,41 1,17 Sumber : Data diolah (2007) Jika di telaah lebih jauh ternyata usaha penggemukan ternak domba Garut jantan dengan menggunakan skala usaha 50 ekor ternak domba dengan Sistem Domba Perlakuan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi yaitu Rp (1,41%) selama 4 bulan dibandingkan dengan usaha penggemukan ternak domba Garut jantan dengan menggunakan skala usaha 50 ekor ternak domba dengan Sistem Domba Kontrol yaitu Rp (1,17%) selama 4 bulan. Perbedaan ini disebabkan pertambahan bobot hidup (PBH) ternak domba yang dihasilkan dengan Sistem Domba Perlakuan menggunakan tambahan konsentrat. Sedangkan pertambahan bobot hidup (PBH) ternak domba yang dihasilkan dengan Sistem Domba Kontrol tidak menggunakan pakan tambahan konsentrat. Selanjutnya kinerja ekonomi ini dapat juga dilihat berdasarkan nilai R/C ratio yang menunjukkan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Jika nilai R/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan Iayak untuk dilanjutkan dan apabila nilai R/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak (tidak feasibei). Semakin tinggi nilai R/C maka usaha tersebut makin mendatangkan keuntungan terlihat pada Tabel 3. R/C yang tinggi pada penelitian dengan Sistem Perlakuan dicapai RJC rationya 1,41. Paired comparisons mean Nest (Uji perbandingan rata-rata t-test) Untuk menguji perbandingan rata-rata antara skala usaha Ro dan R, dapat digunakan dengan uji statistik (t-student) sebagaimana tertera pada Tabel

9 Lokakarya Nasional Per;!~embangan Jejaring Lilkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak Tebel 4. Hasil Uji t hubungan antara skala usaha temak domba (Ro dan RI ) dengan hobot hidup di tingkat peternak Bulan ke Skala usaha N observasi db Rata-rata (kg) T-test Prob (T)I 0 Kontrol (Ra ) 20, Perlakuan (R I ) 20,90 356,70 0,001 I Kontrol (Ra ) 22, Perlakuan (R I ) 25,06 367,40 0,001 II Kontrol (R a ) 23, Perlakuan (RI ) 29,23 597,77 0,001 III Kontrol (R e) 24,69 Perlakuan (RI ) ,40 785,57 0,001 IV Kontrol (Ro) 26, Perlakuan (RI ) 37,60 930,27 0,001 Perbedaan pada bulan ke IV , ,32 0,001 Keterangan : N observasi = jumlah pengamatan, db = derajat bebas (n-1), PROB (T) = Probabilitas pada uji T 30 Y 20,89+1,28 k= -9e E a 25 b W 20.r' Bulan ke- Gambar 1. Pertumbuhan bobot hidup ternak domba selama 5 bulan pada skala usaha domba kontrol y =20,9+4,17 p Bulan ke- Gambar 2. Pertumbuhan bobot hidup ternak domba selama 5 bulan pada skala usaha domba perlakuan Dari hasil uji t pada skala usaha ternak domba yaitu perbandingan antara R o dan R, menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,001). Selama penelitian percobaan berlangsung pada bulan ke satu, ke dua, ke tiga, ke empat, dan perbedaan (Ro dan R I ) pada bulan ke empat menunjukkan berbeda sangat nyata (P< 0,001). Hal ini berarti bahwa perbedaan skala usaha pada Ro dan R, menunjukkan peningkatan bobot hidup ternak domba sangat signifikan dengan rata-rata sebesar 11,62 kg/ekor per 4 (empat) bulan atau rata-rata sebesr 96,

10 gram/ekor/hari. Sedangkan untuk mengukur tingkat pertumbuhan bobot idup ternak baik berskala usaha kontrol (R0) maupun berskala usaha perlakuan (R I ) digunakan koefisien regresi yaitu untuk skala usaha kontrol (Ro ) diperoleh persamaan regresi yaitu Yk= 20,89 + 1,28 dan untuk skala usaha perlakuan (R I ) diperoleh persamaan regresi yaitu Yp = 20,9 + 4,17, dimana masing-masing memiliki R2 = 0,99 atau sebesar 99%. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1 dan 2. Kesimputan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pola usaha penggemukan 100 ekor ternak domba skala yang terbagi menjadi dua skala usaha masing-masing 50 ekor sistem domba perlakuan (R I ) dan sistem domba kontrol (Ro) dengan lama penggemukan 4 bulan ternyata berpengaruh cukup baik terhadap petambahan bobot hidup ternak domba Garutjantan. 2. Penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba perlakuan skala 50 ekor dengan lama penggemukan 4 bulan dapat memberikan keuntungan sebesar Rp Hasil uji t pada skala usaha ternak domba antara Ro dan R I menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,00 1) selama 4 bulan. Perbedaan Ro dan R1 menunjukkan peningkatan bobot hidup ternak domba sangat signifikan, degan rata-rata sebesar 11,62 kg/ekor/4 bulan atau rata-rata sebesr 96,83 g/hari/ekor. 4. Sedangkan tingkat pertumbuhan bobot hidup ternak baik berskala usaha kontrol (Ro ) dan perlakuan (R 1 ) dapat digambarkan dengan persamaan regresi Yk= 20,89 + 1,28 dan Yp = 20,9 + 4,17, dimana masing-masing memiliki R2 = 0,99 atau sebesar 99%. Saran a. Jerami padi yang biasanya oleh petani selalu dibuang dan dibakar ternyata setelah diolah dapat memenuhi kebutuhan pakan tambahan (penguat) untuk ternak domba. b. Pakan penguat jerami padi yang difermentasi, tepung kedelai, ampas tahu, dan dedak padi dapat digunakan sebagai pakan tambahan untuk penggemukan ternak domba. c. Kabupaten Garut membentuk suatu kelompok tani ternak sehingga mampu memperluas pemasaran ternak domba dan dapat meningkatkan pendapatan serta memperluas usaha penggemukan ternak domba dari skala kecil ke menengah dan mampu bersaing di pasar luas. DAFTAR PUSTAKA INOUNU, I.C. INIGUEZ, G.E. BRADFORD, SUBANDRIYO, and B. TIESNAMURTI Weight gain of Javanese thin tail sheep of prolific and Javanes awes. Small Ruminant Research. Elsevier Science Publisher 12 : 243. LIMBONG, W.H. dan P. SiTORUS Pengantar tataninaga pertanian jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. MATHIUS SARIBUAN dan A NURHAYU Integrasi usahatani tanaman padi ternak ruminansia kecil berwawasan pertanian organik. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor. SABRANI. M., P. SITORUS, M. RANGKUTI dan SUBANDRIYO Laporan survey baseline ternak kambing dan domba. SR-CRSP. Balitnak, Puslitbang Peternakan, Bogor. SARAGIH, B Agribisnis berbasis peternakan, Bogor : Pusat Studi Pembangunan. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. 40 3

11 SIMATUPANG, P Industrialisasi pertanian sebagai strategi agribisnis dan pembangunan pertanian dalam era globalisasi. Orasi ilmiah dalam rangka pengukuhan Ahli Peneliti Utama, Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi, Badan Litbang Pertanian. SOEDJANA, T.D Metoda Statistika, Edisi ke 5, Tarsito, Bandung. STEEL, G.D. ROBERT and JAMES H. TORRIE Principles and Procedures of Statistics Biometrical Approach 2nd Edition. Mc-Graw- Hill Book Company, New York. USA. WAHYONO, D.E Pengembangan ternak model kredit gaduhan untuk petani dan buruh tani di lingkungan perkebunan kopi. Pros. Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyuluhan Hasilhasil Penelitian. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Semarang. 4 04

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan PERBAIKAN MANAJEMEN PAKAN DALAM PENGGEMUKAN DOMBA DI TINGKAT PETANI HAM BUDIMAN Pusal Penelitian dan Pengeinbangan Peternakan RINGKASAN Usaha penggernukan domba dengan perhaikan penambahan pakan konsentrat

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS Oleh TITA RAHAYU Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang KIAT PENGGEMUKAN SAPI POTONG HARRY PURWANTO, DEDI MUSLIH DAN KETUT PUSTAKA Balai Penelitian Ternak Ciawi, P0 Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan yang bertujuan untuk mengevaluasi penerapan kiat

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN Sunanto dan Nasrullah Assesment Institution an Agricultural Technology South Sulawesi, Livestock research center ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN Economic Analysis of Cassava-Based Male Sheep Fattening in Rural Areas S. Rusdiana dan Dwi Priyanto Pusat Penelitian

Lebih terperinci

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG Amam 1), Zaenal Fanani 2) and Umi Wisaptiningsih 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH Nani Yunizar 1), Elviwirda 1), Yenni Yusriani 1) dan Linda Harta 2) 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) R. H. MATONDANG dan A. Y. FADWIWATI Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Gorontalo Jln. Kopi no. 270 Desa Moutong

Lebih terperinci

Tabel 1. Komponen teknologi introduksi pengkajian No. Jenis kegiatan Teknologi Ukuran/dosis penggunaan 1. Perbibitan sapi Kandang : Ukuran sesuai juml

Tabel 1. Komponen teknologi introduksi pengkajian No. Jenis kegiatan Teknologi Ukuran/dosis penggunaan 1. Perbibitan sapi Kandang : Ukuran sesuai juml KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT SEBAGAI SUMBER PAKAN SAPI POTONG HASNELLY. Z., NURAINI dan ISSUKINDARSYAH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok Km. 4, Pangkalpinang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING PE DAN KACANG MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PROBIOTIK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING PE DAN KACANG MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PROBIOTIK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING PE DAN KACANG MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PROBIOTIK (The Increased Productivity of PE and Kacang Goat using Adoption Probiotic Technology) YAYU ZURRIYATI Balai Pengkajian

Lebih terperinci

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI (Effect of Fermented Rice Straw as Feed on Fattening Cattle Production) I G.A.P. MAHENDRI 1 B. HARYANTO 2 dan A. PRIYANTI

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA (Financial Analysis of Male Sheep Raising Approaching Eid-Adha Festivity) SUPARDI RUSDIANA, B. WIBOWO dan U. ADIATI Pusat Penelitian

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang, 18 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sebagai responden yang melakukan usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

Lebih terperinci

Jerami padi fermentasi yang diberikan dalam bentuk utuh dan konsentrat maupun setelah digiling dibuat menjadi pakan komplit untuk ransum kambing betin

Jerami padi fermentasi yang diberikan dalam bentuk utuh dan konsentrat maupun setelah digiling dibuat menjadi pakan komplit untuk ransum kambing betin DAUR ULANG JERAMI PADI UNTUK PERTANIAN MELALUI SAPI POTONG SUPRIYATI I, IG.M. BUDIARSANA', I-K. SUTAMA', dan P. WARDoyo 2 ' Balai Penelitian Ternak?O Box 221, Bogor 16002 IDinas Pertanian Kabupaten Blora.11.

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK Nama : Wahid Muhammad N Nim : 10.01.2733 Kelas : D3 TI 2A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA I ABSTRAK Pengembangan usaha ternak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mengalami keterpurukan ekonomi sejak tahun 1997, setelah itu Indonesia mulai bangkit dari keterpurukan itu, namun begitu ekonomi riil Indonesia belum

Lebih terperinci

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN ENI SITI ROHAENI, N. AMALI, A. SUBHAN, A. DARMAWAN dan SUMANTO BPTP Kalimantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU

PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner2000 PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU MATImus SARwBANG, DANIEL PAsAMBE, A. NuRHAYu, SuRYANATAL T.,dan CHALIDJAH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI Volume 15, Nomor 2, Hal. 51-56 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tatap muka ke 13 14 Pokok Bahasan : ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tujuan Instruksional Umum : Agar mahasiswa mengetahui dan mampu membuat analisis usaha penggemukan sapi potong. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 1 ANALISA USAHA DOMBA LOKAL DENGAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU YANG BERBEDA THE ANALYSIS OF LOCAL SHEEP USING A

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

Permintaan daging sapi yang cenderung meningkat setiap tahunnya di Provinsi Riau,

Permintaan daging sapi yang cenderung meningkat setiap tahunnya di Provinsi Riau, KAMAN PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI PENGGEMUKAN Yayu Zurriyati, Agussalim S dan Dwi Sisriyenni Batai Pengkajian Teknotogi Pertanian Riau ABSTRAK Kajian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

PENYERAPAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM ANALISIS FUNGSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI PEDESAAN

PENYERAPAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM ANALISIS FUNGSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI PEDESAAN PENYERAPAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM ANALISIS FUNGSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI PEDESAAN (Absorption in The Human Resources in Function Analysis of Cattle Fattening In Rural area) S. RUSDIANA,

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG SITI AMINAH, DAN ZULQOYAH LAYLA Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengenalan pemanfaatan

Lebih terperinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

sering tidak sesuai dengan perkembangan harga produk (ANONIM, 2004). Di lain pihak untuk pengembangan tanaman makanan ternak, baik untuk bahan baku ko

sering tidak sesuai dengan perkembangan harga produk (ANONIM, 2004). Di lain pihak untuk pengembangan tanaman makanan ternak, baik untuk bahan baku ko TINGKAT PENDAPATAN PETANI TERNAK DENGAN PEMBERIAN LIMBAH KULIT KOPI PADA TERNAK SAN I.A. PARWATI, I M. RAI YASA, dan S. GUNTORO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai PO Box 3480,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Juni sampai September 2011 bertempat di Peternakan Kambing Darul Fallah - Ciampea Bogor; Laboratorium

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 106 112 ISSN : 1411-1063 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI LEBAH MADU DI DESA KALISARI, KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS Purwanto Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF Seminar Nasional Peternakan Jan Veleriner 2000 ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF MATIMUS SARIUBANG dan SURYA NATAL TAHBit4G lnstalasi Penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca INTEGRASI TANAMAN PADI - SAM PERAH DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT AGUS NURAWAN, A. GUNAWAN, HASMI B dan IGP. ALIT D Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jaiva Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala

Lebih terperinci

DAMPAK PEMANFAATAN LIMBAH BUAH SEMU METE TERFERMENTASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA JUNTAL KECAMATAN KUBU KARANGASEM

DAMPAK PEMANFAATAN LIMBAH BUAH SEMU METE TERFERMENTASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA JUNTAL KECAMATAN KUBU KARANGASEM DAMPAK PEMANFAATAN LIMBAH BUAH SEMU METE TERFERMENTASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA JUNTAL KECAMATAN KUBU KARANGASEM (The Impact of Fermented Chashew Waste on the Farmer Income in Juntal Village

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis

Lebih terperinci