STUDI NUMERIK SAMBUNGAN DENGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI

STUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN...1

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. balok, dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur

PEMODELAN NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KAYU BATANG TEKAN ABSTRAK

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

viii DAFTAR GAMBAR viii

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

I.1 Latar Belakang I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB III METODOLOGI. Mulai. Pengumpulan Data. Preliminary Desain Struktur Model-1. Input Beban Yang Bekerja Pada Struktur

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang

PREDIKSI KEKUATAN LATERAL PANEL KAYU

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

ANALISA STRUKTUR GEDUNG 8 LANTAI DARI MATERIAL KAYU TERHADAP BEBAN GEMPA

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM I PRATEKAN

Struktur Baja 2. Kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M)

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF PENGGUNAAN HONEYCOMB DAN SISTEM RANGKA BATANG PADA STRUKTUR BAJA BENTANG PANJANG PROYEK WAREHOUSE

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN START. Pengumpulan data. Analisis beban. Standar rencana tahan gempa SNI SNI

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

PERHITUNGAN KOLOM DARI ELEMEN TERSUSUN PRISMATIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lama berkembang sebelum munculnya teknologi beton dan baja. Pengolahan kayu

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

ANALISA KEKUATAN TAHANAN LATERAL SAMBUNGAN KAYU-BETON

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

BAB III METODE KAJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI

STUDI PENDAHULUAN SIMULASI NUMERIKAL METODE ELEMEN HINGGA SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BAJA TIPE CLIP-ANGLE

ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN BAUT MUTU TINGGI (HTB) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR

Sambungan diperlukan jika

Perilaku Sambungan Komposit kayu-beton dengan Alat Sambung Sekrup Kunci terhadap Beban Lateral

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TEKUK TORSI LATERAL BALOK KASTELA BENTANG PANJANG DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

DAFTAR ISI. Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 2 Batasan Masalah... 2 Maksud dan Tujuan... 3 Sistematika Penulisan... 3

ANALISA GEOMETRI NON-LINIER PELAT LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SAP2000 DAN PERCOBAAN PEMBEBANAN. Andri Handoko

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

Oleh Mohammad Febriant NIM : (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk dapat memperoleh desain konstruksi baja yang lebih

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

KAJIAN KINERJA LINK YANG DAPAT DIGANTI PADA STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE SPLIT-K

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

BAB I PENDAHULUAN. Fibre Reinforced Polymer (FRP) merupakan bahan yang ringan, kuat, anti

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj

KOLOM PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN KONSENTRIK

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016 STUDI NUMERIK SAMBUNGAN DENGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI Pinta Astuti 1, Martyana Dwi Cahyati 2, Hakas Prayuda 3 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Email:pinta.astuti@ft.umy.ac.id 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Email: martyana.dc@ft.umy.ac.id 3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Email: hakas.prayuda@ft.umy.ac.id ABSTRAK Penelitian ini difokuskan pada sambungan struktur gable frame tiga sendi yang memiliki tinggi 5 m (Laminated Veneer Lumber (LVL), species Paraserianthes falcataria (Sengon), kadar air, 12.8%, specific gravity, 0.38) dengan penampang balok dan kolom non prismatis. Penampang balok dan kolom 200x200 mm pada salah satu ujung dan ujung lainnya sebesar 400x200 mm. Sambungan ini terdiri dari baut dengan variasi diameter 9.45 mm (Awaludin dan Astuti, 2016), 12 mm, dan 16 mm dan gusset plate setebal 3.8 mm. Studi numerik dilakukan dengan analisis finite element pada program ABAQUS dengan mengasumsikan LVL sebagai material elastik orthotropik, dengan propertis teknisnya didapatkan dari penelitian sebelumnya, sedangkan baut dan gusset plate baja dimodelkan sebagai material elastoplastis. Kontak elemen pada setiap elemen pada sambungan dimodelkan. Pembebanan dilakukan secara monotonik. Untuk mendapatkan kekakuan rotasi pada struktur gable frame dengan variasi diameter baut dan panjang bentang, maka pemodelan sambungan dilakukan untuk bentang 6 m, 8 m (Awaludin dan Astuti, 2016), 10 m, dan 12 m. Hasil analisis didapatkan semakin banyak baut yang digunakan dalam sambungan maka kekakuan rotasi akan semakin meningkat dan semakin panjang bentang maka kekakuan rotasi sambungan semakin rendah. Kata kunci: LVL Sengon, baut-gusset plate, analisis finite element, kekakuan rotasi 1. PENDAHULUAN Awaludin dan Astuti (2016) telah melakukan penelitian dengan memanfaatkan Laminated Veneer Lumber (LVL) yang diproduksi dari Kayu Sengon spesies Paraserianthes falcataria. LVL Sengon tersebut berbentuk balok dengan penampang tidak seragam (non prismatis). Adapun pemanfaatan balok yang telah dilakukan yaitu digunakan sebagai konstruksi portal pelana (gable frame) yang berupa dua buah balok dan dua buah kolom yang membentuk portal seperti pada Gambar 1 dengan bentang 8 m dan tinggi 5 m. Adapun karakteristik join A dan E merupakan tumpuan sendi, join C bersifat sebagai pin atau sendi. Analisis numerik untuk mendapatkan kekakuan rotasi menggunakan finite element pada program ABAQUS dilakukan dan divalidasi menggunakan pengujian skala penuh pada sambungan struktur gable frame. Adapun sambungan pada join B dan D tersebut berupa 1 buah balok, 1 buah kolom, 8 buah baut ukuran 9.45 mm, 12mm,16mm, dan 2 buah gusset plate setebal 3.8 mm yang dirangkai seperti pada Gambar 1. Material LVL Sengon yang dipilih pada penelitian ini karena karakteristik propertisnya yang ringan (specific grafity, 0.38) sehingga dapat digunakan sebagai alternatif material untuk konstruksi pada daerah rawan gempa (Astuti dan Faizah, 2016). Selain itu, sengon merupakan spesies memiliki usia tebang 6-8 tahun (Awaludin dan Astuti, 2016). Struktur gable frame tetap dijadikan objek studi pada penelitian ini karena struktur ini banyak digunakan pada konstruksi khususnya untuk struktur gudang dan pabrik karena kemudahan fabrikasi dan kecepatan dalam pemasangan. Pada penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan variasi yang telah dilakukan oleh Awaludin dan Astuti (2016) yang telah melakukan penelitian mengenai kekakuan rotasi sambungan struktur gable frame pada bentang 8 m, sedangkan dalam penelitian ini struktur dikembangkan mulai dari bentang 6m, 8m,10m dan 12 m. Dengan variasi diameter baut 9,45 mm, 12 mm dan 16 mm, sedangkan jumlah bautnya digunakan variasi sebanyak 4 jenis yaitu 4,6,8,10 buah baut. 207

208 C B D A E Gambar 1. Geometri struktur gable frame Gusset plate 3.8mm Baut 9.45mm Balok Kolom Gambar 2. Detail sambungan D pada struktur gable frame 2. ANALISIS NUMERIK DENGAN FINITE ELEMENT Analisis numerik dilakukan dengan pemodelan tiga dimensi dengan analisis finite element pada program ABAQUS. Setiap elemen yang berupa balok, kolom, baut, dan plat baja dimodelkan tampak seperti pada Gambar 3. Gusset plate, balok, dan kolom dilubangi untuk sebesar 11 mm sesuai dengan letak baut yang akan dipasang. Kontak pada setiap elemen menggunakan penalty method diaplikasikan pada: balok LVL, kolom LVL, sepasang gusset plate, dan baut dengan mendefinisikan kontak master dan slave yang difasilitasi dalam ABAQUS. Karakteristik normal dan sliding dihitung otomatis oleh ABAQUS sesuai propertis material dan koefisien friksi antara gusset plate dan LVL adalah 0.1 yang telah diinputkan (Kiwelu, 2013). LVL Sengon diasumsikan sebagai material elastik orthotropik (Mirianon, 2008), sedangkan baut dan gussete plate diasumsikan sebagai material elastoplastik (Baljid dkk, 2002 dan Ardalany, 2010). Propertis material yang digunakan dalam pemodelan struktur gable frame didapatkan dari pengujian di laboratorium dan dari penelitian sebelumnya (Awaludin dan Astuti, 2016), adapun nilainya ditampilkan dalam Tabel 1 Adapun parameter material elastik orthotropik antara lain, E R, E T, E L adalah modulus elastis dalam tiga sumbu; G RT, G LT, G LR adalah modulus geser; v RT, v LT, v LR adalah Poisson s ratio. Baut dan gusset plates diasumsikan sebagai material elastoplastik (Baljid, dkk, 2002) dengan propertis teknis: modulus elastis 200 GPa, kuat leleh lentur 400 MPa, dan Poisson s ratio 0.3.

209 Tabel 1. Propertis material balok dan kolom E R 70 MPa E T 75 MPa E L 1500 MPa G RT 22 MPa G LT 49 MPa G LR 50 MPa v RT 0.05 v LT 0.30 v LR 0.38 381 kg/m 3 Gambar 3. Sistem sambungan pada model finite element 3D (Awaludin dan Astuti, 2016) Dalam pemodelan numerik, ujung kolom dimodelkan sebagai jepit sedangkan pada balok dibebani dengan beban yang bervariasi. Lengan balok pada model sambungan sangat pendek sehingga diasumsikan bersifat kaku dan deformasi lentur akibat pembebanan sangat kecil. Rotasi dihitung berdasarkan slip antara gusset plate dan batang LVL pada sambungan. Rotasi didefinisikan sebagai penjumlahan displacement pada nodal a dan b dibagi dengan jarak diantara kedua nodal (l), dengan momen sambungan merupakan hasil perkalian antara beban yang diaplikasikan dengan jarak tegak lurus antara kedua lengan pada pusat sambungan. Untuk mendapatkan respons momen dan rotasi pada model sambungan ini, pembebanan yang dilakukan seperti pada Gambar 2 yaitu beban permukaan mengarah vertikal. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kurva hubungan momen dan rotasi pada struktur gable frame dengan bentang 8 m telah diteliti oleh Awaludin dan Astuti (2016) seperti pada Gambar 5. Hasil kurva momen dan rotasi pada penelitian ini yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, ditampilkan pada Gambar 4. untuk struktur dengan bentang 6 m, Gambar 7. untuk struktur bentang 10 m, dan Gambar 8. untuk struktur bentang 12 m. Hubungan momen dan rotasi pada sambungan ini bersifat linier hingga rotasi mencapai 0.015 % radian. Hal ini telah divalidasi dengan hubungan momen dan rotasi yang didapat dari hasil pengujian model skala penuh sambungan di laboratorium yang telah dilakukan oleh Awaludin dan Astuti (2016). Gambar 4 menjelaskan bahwa dengan panjang bentang 6m dengan diameter baut 9,45mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 300 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 392 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 466 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 642

210 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 23,46%,15,87% dan 27,41%. Pada diameter baut 12mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 423 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 489 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 567 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 687 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 13,49%, 13,75% dan 17,46%. Pada diameter baut 16mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 598 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 745 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 860 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 1021 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 19,73%, 13,37% dan 15,77%. Dengan panjang bentang 6m dapat dilihat bahwa a. Baut 9.45 mm b. Baut 12 mm c. Baut 16 mm Gambar 4. Kurva momen-rotasi sambungan pada bentang struktur 6 m Pada bentang 8 m dengan diameter baut 9,45mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 278 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 363 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 432 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 595 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturutturut 23,42%, 15,97% dan 27,39%. Pada diameter baut 12mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 392 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 453 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 525 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 637 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 13,46%, 13,71% dan 17,58%. Pada diameter baut 16mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 554 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 690 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 797 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 946 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 19,91%, 13,43% dan 15,75%. Dengan panjang bentang 8m dapat dilihat bahwa a.baut 9.45 mm b. Baut 12 mm c. Baut 16 mm Gambar 5. Kurva momen-rotasi sambungan pada bentang struktur 8 m (Awaludin dan Astuti, 2016)

211 Pada bentang 10 m dengan diameter baut 9,45mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 177 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 232 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 276 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 380 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturutturut 23,71%, 15,94% dan 27,37%. Pada diameter baut 12mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 250 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 289 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 336 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 407 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 13,49%, 13,98% dan 17,55%. Pada diameter baut 16mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 354 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 441 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 510 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 605 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 19,73%, 13,53% dan 15,70%. Dengan panjang bentang 10m dapat dilihat bahwa a.baut 9.45 mm b. Baut 12 mm c. Baut 16 mm Gambar 6. Kurva momen-rotasi sambungan pada bentang struktur 10 m Pada bentang 12 m dengan diameter baut 9,45mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 177 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 232 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 276 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 380 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturutturut 23,71%, 15,94% dan 27,37%. Pada diameter baut 12mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 250 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 289 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 336 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 407 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 13,49%, 13,98% dan 17,44%an. Pada diameter baut 16mm memperoleh konstanta kekakuan rotasi adalah 354 knm/%rad pada jumlah baut 4 buah, 441 knm/%rad pada jumlah baut 6 buah, 510 knm/%rad pada jumlah baut 8 buah, dan 605 knm/%rad pada jumlah baut 10 buah, dari hasil tersebut konstanta kekakuan rotasi terus meningkat berturut-turut 19,72%, 13,53% dan 15,70%. Dengan panjang bentang 12m dapat dilihat bahwa Baut 9.45 mm b. Baut 12 mm c. Baut 16 mm Gambar 7. Kurva momen-rotasi sambungan pada bentang struktur 12 m

212 Setelah dilakukan pengembangan model untuk bentang yang berbeda, yaitu bentang 6 m, 10 m, dan 12 m, maka didapatkan bahwa pada diameter baut dan jumlah baut yang sama, nilai konstanta kekakuan rotasi yang tertinggi terjadi pada bentang yang paling pendek yaitu 6 m. Oleh karena itu, didapatkan nilai kekakuan rotasi sambungan B pada struktur gable frame akan semakin rendah apabila digunakan dalam bentang yang semakin panjang. Selain itu, jumlah baut juga mempengaruhi nilai konstanta kekakuan rotasi, semakin bertambah jumlah baut, maka nilai kekakuan rotasi akan semakin besar dengan nilai terbesar diperoleh dengan jumlah baut 10 diameter 16mm dengan bentang 6m. 4. KESIMPULAN Di dalam studi ini, pemodelan finite element secara tiga dimensi yang dilakukan dengan program ABAQUS untuk memprediksi hubungan momen dan rotasi linier pada sambungan struktur gable frame tiga sendi, dimana kontak elemen ditentukan antara permukaan dengan permukaan elemen lain diantaranya, baut-gusset plate, LVL-baut, dan LVL-gusset plate. Hasil analisis didapatkan semakin banyak baut yang digunakan dalam sambungan maka kekakuan rotasi akan semakin meningkat dan semakin panjang bentang maka kekakuan rotasi sambungan semakin rendah. DAFTAR PUSTAKA Ardalany, M., B. L. Deam, & M. Fragiacomo. (2010). Numerical Investigation of the Load Carrying Capacity of Laminated Veneer Lumber (LVL) Joist with Holes. World Conference on Timber Engineering. Astuti, P. dan Faizah, R. (2016). Model struktur portal pelana untuk rumah tinggal satu lantai sebagai mitigasi bangunan di daerah rawan gempa, Pertemuah Ilmiah Tahunan Ke-3 Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia, Institut Teknologi Bandung, 23-24 Mei 2016. Astuti, P. (2016). Studi eksperimental sambungan baut-gusset plate pada struktur gable frame tiga sendi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil Ke-VI Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 25 Mei 2016, 357-363. Awaludin, A. dan Astuti, P. (2016). Study on utilization of LVL Sengon (Paraserianthes falcataria) for three-hinged gable frame structures.internasional Journal of Engineering and Technology Innovation, Vol 6. No. 3. Baljid, B. et.al. (2002). Block Shear of Bolted Gusset Plates. 4 th Structural Specialty Conference of the Canadian Society for Civil Engineering. Kiwelu, H. M. Finite Element Models of Moisture on Bolt Embedment and Connection Properties of Glulam, Ph.D. dissertation, The University of Bruncwick, Canada, 2013. Mirianon, F., et al. (2008). A Method to Model Wood by Using ABAQUS Finite Element Softwere, Part 1 Constitutive Model and Computational Details. Finland: VTT Technical Research Centre.