BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi belajar sangat berperan dalam mencapai tujuan belajar. Tanpa adanya motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh maka ia tidak akan dapat mencapai tujuan belajar. Dalam kegiatan interaksi belajar, guru memegang peranan sangat penting dalam upaya menumbuhkan serta meningkatkan motivasi siswa secara menyeluruh. Siswa akan lebih aktif berperan serta berpartisipasi positif di dalam kegiatan pembelajaran. Guru berperan sebagai motivator siswa dalam belajar. Guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa bukanlah hal mudah. Rendahnya kepedulian orang tua dan guru, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar anak. Menurut W. S. Winkel (2004), gaya memimpin kelas menunjuk pada cara guru memberikan pengarahan pada proses belajar-mengajar. Pembagian gaya-gaya memimpin menurut Kurt Kewin, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis, dan gaya laissez faire. Maka, di satu pihak, guru yang professional akan menyesuaikan corak mengajar dan gaya memimpin kelas dengan kebutuhan kelas, namun di lain pihak, dia tidak akan terlalu menyimpang dari gaya mengajar khas yang telah dikembangkannya sendiri. Motivasi belajar siswa terkait erat dengan struktur pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Struktur pembelajaran yang dikenal adalah struktur kompetitif, struktur individual, dan struktur kooperatif (Ames, 1984). Guru harus dapat mengambil bagian-bagian yang baik dari setiap struktur pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa. Saat kegiatan belajar mengajar, gaya dan cara seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran berbeda satu 1
dengan yang lainnya. Metode yang digunakan, kebiasaan yang kurang baik yang dilakukan, atau materi yang diberikan oleh guru akan mempengaruhi daya tangkap siswa dalam menyerap materi yang ada. Kurikulum yang terlalu padat dengan materi yang kurang relevan dengan tujuan pembelajaran, hanya akan membuat bingung siswa, sehingga siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar. Sebagai pengajar guru seyogyanya membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. W.S. Winkel (1991) mengatakan bahwa : Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar. Namun terbentuknya motivasi intrinsik biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Di samping itu, guru perlu lebih menghayati perannya sebagai pendidik sehingga muncul rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri dalam memproses anak didik. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sari (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan dan kreativitas secara simultan terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penciptaan iklim belajar yang menunjang, guru dihadapkan kepada beberapa faktor yang dapat menjadi kendala atau pendukung terciptanya kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar. Guru harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan prinsip-prinsip mengajar yang dapat mendukung terciptanya kondisi belajar optimal tersebut bagi terciptanya proses belajar. Salah satu kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang menunjang adalah kondisi sosio-emosional. Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, 2
kegairahan siswa, dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Peranan guru, tipe kepemimpinan atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Hasil wawancara dengan siswa kelas XB dan observasi di SMK PGRI 2 Salatiga beberapa siswa berpendapat bahwa gaya kepemimpinan guru di sekolah ada bermacam-macam antara lain, guru yang otoriter selalu mengarahkan dengan keras segala aktivitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Guru yang laissez faire memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengatur belajarnya sendiri, dan guru tersebut akan memberikan penjelasan kalau memang diminta oleh siswa, yang ketiga adalah guru demokratis mempunyai ciri suka bekerja sama dengan murid, lebih memungkinkan terbinanya persahabatan antara guru dengan siswa, dan siswa akan belajar lebih produktif baik pada saat diawasi oleh guru maupun tanpa diawasi guru. Siswa di SMK tersebut mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang gaya kepemimpinan guru. Persepsi siswa adalah pandangan atau pendapat mengenai sesuatu yang telah dilihat oleh siswa. Sedangkan gaya kepemimpinan guru adalah pola tindakan yang dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan siswa. Dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap gaya kepemimpinan guru adalah cara pandang siswa terhadap pola tindakan yang dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan siswa. Sebagian dari mereka menganggap bahwa gaya kepemimpinan guru yang otoriter dapat membuat siswa termotivasi dalam belajar, siswa menjadi rajin dalam menyelesaikan tugas. Tetapi ada juga siswa yang justru tidak termotivasi belajar dengan guru yang otoriter, siswa malas mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Selain itu ada juga siswa yang senang dengan guru yang mempunyai gaya kepemimpinan laissez faire, mereka justru termotivasi dalam belajar dengan senang belajar mandiri. Tetapi sebagian juga siswa kurang senang dengan gaya kepemimpinan guru yang laissez faire, karena cenderung 3
siswa akan ramai sendiri di kelas. Selain itu hampir semua siswa kelas tersebut menganggap bahwa gaya kepemimpinan yang demokratis dapat membuat siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Berkaitan dengan hal itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK PGRI 2 Salatiga. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada Hubungan yang signifikan antara Persepsi Siswa Terhadap Gaya Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK PGRI 2 Salatiga? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan dari permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara persepsi siswa terhadap gaya kepemimpinan guru dan motivasi Belajar Siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu dalam bidang pendidikan bahwa guru sebagai pemimpin dalam proses pengajaran, berperan dalam mempengaruhi atau memotivasi siswa agar mau melakukan pekerjaan yang diharapkan sehingga pekerjaan guru dalam mengajar menjadi lancar, murid paham dan menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran dalam Irwan Nasution dan Syafaruddin (2005) 4
2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah a. Bagi Guru Memberikan sumbangan mengenai gaya kepemimpinan kelas yang tepat dan dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. b. Bagi Siswa Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar secara pribadi serta mampu memotivasi teman yang lain. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis membagi penulisan menjadi lima bab sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan, penulis membahas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II. Landasan Teoritis yang mencakup Pengertian Motivasi Belajar, Jenis- Jenis Motivasi Belajar, Fungsi Motivasi Belajar, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar, Aspek-Aspek Motivasi Belajar, Persepsi Siswa, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi, Gaya Kepemimpinan Guru, Aspek Gaya Kepemimpinan Guru, Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru, hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru dan Motivasi Belajar, dan Hipotesis Bab III Metode Penelitian, berisi Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Definisi Operasional, Variabel penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Uji Coba Instrumen, dan Teknik Analisis Data. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Gambaran Subjek Penelitian, Pelaksanaan Penelitian, Hasil Analisis Data, Hasil Uji Asumsi, dan Pembahasan. Bab V. Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran. 5