DAMPAK DEBU VULKANIK LETUSAN GUNUNG SINABUNG TERHADAP KADAR Cu, Pb, DAN B TANAH DI KABUPATEN KARO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

Dampak Ketebalan Abu Vulkanik Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sifat Biologi Tanah Di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

*Corresponding author : ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah - Tanah Terdampak Debu Vulkanik di Kabupaten Karo. tanah andisol dan inceptisol (wikipedia, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

SURVEI DAN PEMETAAN STATUS HARA TEMBAGA DAN BORON PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT HUTABAYU RAJA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

TINJAUAN PUSTAKA. dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001).

REHABILITASI LAHAN PERTANIAN TERTUTUP ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNG SINABUNG REHABILITATION AGRICULTURE AREA COVERED BY SINABUNG VULCANIC ASH

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (15):

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

KUALITAS AIR IRIGASI DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMAPULUH KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

DAMPAK DEBU VULKANIK LETUSAN GUNUNG SINABUNG TERHADAP UNSUR HARA MAKRO TANAH DI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : EDY SURANTA. B. S ILMU TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Survey dan Pemetaan Status Hara-P di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Media Tanam. Tanah dengan sifat sifatnya amat mempengaruhi pertumbuhan dan

Febepriskila Br Tarigan, Yuswani Pangestiningasih, Lahmuddin Lubis*

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KELEMBABAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIRING JENIS PORSELEN TERPOLUSI ABU VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Medan Pada Tanah Terkena Debu Vulkanik dengan Pemberian Bahan Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013.

Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

Erosi Kualitatif Pada Perkebunan Karet Umur 25 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Telepon: , , Faksimili: ,

KAJIAN STATUS KESUBURAN TANAH DI LAHAN KAKAO KAMPUNG KLAIN DISTRIK MAYAMUK KABUPATEN SORONG. Mira Herawati Soekamto

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

Kajian C-Organik, N Dan P Humitropepts pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

BAB III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

Evaluasi Sifat Kimia Tanah Inceptisol Pada Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Transkripsi:

1288. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 DAMPAK DEBU VULKANIK LETUSAN GUNUNG SINABUNG TERHADAP KADAR Cu, Pb, DAN B TANAH DI KABUPATEN KARO Raja Forman Barasa 1 *, Abdul Rauf 2, Mariani Sembiring 2 1 Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155 2 Staf Pengajar Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155 *Corresponding author : E-mail : omen_barasa@ymail.com ABSTRACT The Study of Effect Volcanic Ash Eruption of Sinabung Mountain on the Content of Copper, Lead, and Boron of Soils at Karo District. Have been done at six locations using Soils Survey Method on September 2010 until March 2012. Each of site soil sampling were done by purposive sampling at two depths (0-5 cm and 0-15 cm) with two replications. The results showed that at 0,5-15 mm of thickness of volcanic ash containt at very low level Copper, content of Boron were moderate, high, and very high and content of Lead was at admitted level at 0-5 cm and 0-15 cm soil depth at some sites at Karo District Keywords: volcanic ash, copper, lead, and boron ABSTRAK Kajian Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap Kadar Tembaga, Timbal, dan Boron Tanah di Kabupaten Karo telah dilakukan di enam lokasi, dengan menggunakan Metode Survei Tanah pada September 2010 sampai dengan maret 2012. Setiap pengambilan sampel tanah di setiap lokasi pada setiap sampel dilakukan secara pendugaan pada dua kedalaman (0-5 cm dan 0-15 cm) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketebalan 0,5-15 mm kadar Tembaga sangat rendah, kadar Boron yang ditemukan sedang, tinggi dan sangat tinggi dan unsur Timbal ditemukan pada kedalaman tanah 0-5 cm dan 0-15 cm di beberapa lokasi Kabupaten Karo. Kata kunci: debu vulkanik, tembaga, timbal, dan boron PENDAHULUAN Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 03 o 10 LU dan 98 o 23 BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah 2.460 meter dari permukaan laut yang menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. (Global Volcanism Program, 2008)

1289. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 Aktivitas Gunung Sinabung terjadi pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Kemudian, tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan Gunung Sinabung menyemburkan debu vulkanis setinggi 3 kilometer dan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara (Ebo, 2010). Hasil dari erupsi Gunung Sinabung tersebut mengeluarkan kabut asap yang tebal berwarna hitam disertai hujan pasir,dan debu vukanik yang menutupi ribuan hektar tanaman para petani yang berjarak dibawah radius enam kilometer tertutup debu tersebut. Debu vulkanik mengakibatkan tanaman petani yang berada di lereng gunung banyak yang mati dan rusak. Diperkirakan seluas 15.341 hektar tanaman pertanian terancam gagal panen (Alexander, 2010). Karakteristik debu vulkanik yang terdapat pada Gunung Merapi memiliki kandungan P dalam abu volkan berkisar antara rendah sampai tinggi (8-232 ppm P 2 O 5 ). KTK (1,77-7,10 me/100g) dan kandungan Mg (0,13-2,40 me/100g), yang tergolong rendah, namun kadar Ca cukup tinggi (2,13-15,47 me/100g). Sulfur (2-160 ppm), kandungan logam berat Fe (13-57 ppm), Mn (1.5-6,8 ppm), Pb (0,1-0,5 ppm) dan Cd cukup rendah (0,01-0,03 ppm). (Sudaryo dan Sucipto, 2009). Indonesia dilalui oleh dua lempeng yang menunjukkan bahwa daerah di Indonesia rentan terhadap gempa bumi dan letusan gunung api akibat dari pergeseran kedua lempeng tersebut. Keberadaan gunung api ini masih dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat sekitar. Akan tetapi, manfaat yang diberikan pasca letusan juga sangat besar pengaruhnya terhadap tanah. Sebagai

1290. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 contoh, letusan Gunung Talang di Padang pada tahun 2005 lalu berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesuburan tanah setelah 5 tahun (Fiantis, 2006). Tanah-tanah yang berada disekitar kawasan Gunung Sinabung sebelum meletus akhir-akhir ini memiliki kesuburan yang lebih tinggi sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya dapat tumbuh subur. Hal ini disebabkan oleh material-material yang dikeluarkan dari gunung tersebut pada letusan sebelumnya mengandung hara yang baik bagi tanah setelah melapuk. Debu dan pasir vulkanik yang disemburkan ke langit mulai dari berukuran besar sampai berukuran yang lebih halus. Debu dan pasir vulkanik ini merupakan salah satu batuan induk tanah yang nantinya akan melapuk menjadi bahan induk tanah dan selanjutnya akan mempengaruhi sifat dan ciri tanah yang terbentuk (Fiantis, 2006). Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer (Sudaryo dan Sucipto, 2009). Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H 2 BO 3 ) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH) 4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al 3+ dan atau Si 4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H 2 MgNaAl 3 (BO) 2 Si 4 O 2 )O 20 yang mengandung 3-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na 2 B4O 7.4H 2 O), kolamit (Ca 2 B 6 O 11.5H 2 O), uleksit (NaCaB 5 O 9.8H 2 O), dan aksinat. Fungsi dan peranan Cu antara lain mengaktifkan enzim sitokrom-

1291. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin (Rioardi, 2009). Berdasarkan uraiaan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti kadar Cu, Pb dan B yang terdapat dalam abu letusan gunung Sinabung. Pemilihan ini didasarkan karena disekitar lereng gunung Sinabung terdapat penduduk yang merasakan dampak dari letusan gunung Sinabung. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Karo, yakni di enam lokasi pengambilan contoh tanah, yaitu Desa Naman Kecamatan Simpang Empat, dengan ketinggian 1230 m dpl, titik koordinat 03 o 09 3.6 LU dan 98 o 26 59.3 BT, Desa Sukadebi Kecamatan Namanteren, dengan ketinggian 1260 m dpl, titik koordinat 03 o 09 37.8 LU dan 98 o 26 51.4 BT, (a) Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat, dengan ketinggian 1227 m dpl, titik koordinat 03 o 08 17.6 LU dan 98 o 26 49.4 BT, (b) Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat, dengan ketinggian 1212 m dpl, titik koordinat 03 o 08 27.1 LU dan 98 o 26 26.8 BT, Desa Cimbang Kecamatan Payung, dengan ketinggian 966 m dpl, titik koordinat 03 o 06 21.1 LU dan 98 o 23 01.9 BT, Desa Tiga Pancur Kecamatan Payung, dengan ketinggian 1167 m dpl, titik koordinat 03 o 07 50.3 LU dan 98 o 26 12.4. Dan analisis tanah dilakukan di laboratorium tanah BPTP Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober 2010 sampai dengan Maret 2012. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, dan bahan-bahan kimia untuk analisa di laboratorium. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian dengan skala 1:50.000, cangkul, sekop, GPS, pisau, kertas label, kantong plastik, karet gelang, karung goni, spidol, dan alat tulis untuk keperluan menulis.

1292. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel tanah menggunakan purposive sampling yang terdiri dari 6 lokasi pengambilan sampel tanah, dengan 2 taraf kedalaman, yaitu 0-5cm dan 0-15cm dan dilakukan dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 36 sampel tanah. Setiap lokasi memiliki ketebalan debu vulkanik yang berbeda-beda. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, penyiapan peta jenis tanah, penyediaan bahan peralatan yang digunakan di lapangan dan mengadakan survei pendahuluan untuk mempersiapkan survei utama yang meliputi pencarian informasi yang sesungguhnya memperinci segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi data tersebut. Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah komposit dengan kedalaman 0-5 cm dan 0-15 cm. Setelah diperoleh sampel tanah, maka diambil ± 2 kg untuk setiap contoh tanah yang telah diberi label sebagai penanda contoh tanah sesuai dengan lokasi contoh tanah yang diambil, kemudian dianalisis di laboratorium. Sampel tanah dan air yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kadar Cu, Pb, dan B dalam tanah. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran logam berat dalam tanah dan air irigasi tersier di areal tersebut, dilakukan analisis laboratorium meliputi logam berat Cu, Pb, dan B dengan menggunakan metode ekstraksi HNO 3 dan HCl, dan diukur dengan AAS untuk analisis tanah. Peubah amatan yang diukur dalam penelitian adalah:tembaga (Cu), Timbal (Pb) dan Boron (B) HASIL DAN PEMBAHASAN Dari analisis tanah yaitu berupa kandungan logam tembaga, timbal, dan boron, diperoleh hasil adalah sebagai berikut:

1293. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 Tembaga (Cu) Hasil analisis kandungan tembaga tanah sebagaimana disajikan pada lampiran 1 menunjukkan bahwa kadar logam tembaga dalam tanah pada kedalaman 0-5 cm dan 0-15 cm di semua lokasi menunjukkan hasil yang tergolong sangat rendah. Rataan parameter logam tembaga beserta kriterianya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis parameter logam Cu tanah pada lokasi penelitian (ppm) Lokasi Desa Ketebalan Debu (mm) Kedalaman Tanah 0-5 cm Keterangan 0-15 cm Keterangan Perteguhen (a) 0.5 9.54 SR 4.36 SR Perteguhen (b) 15 12.59 SR 11.39 SR Naman 1 Ttd Ttd Ttd Ttd Cimbang 1 Ttd Ttd Ttd Ttd Sukandebi 0.5 0.12 SR Ttd Ttd Tiga Pancur 1 2.19 SR 0.39 SR (Keterangan: SR= sangat rendah, Ttd= tidak terdeteksi) Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa logam tembaga pada kedalaman tanah 0-5 cm yang tertinggi berada di desa Perteguhan (b) yaitu sebesar 12.59 ppm, begitu juga pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam Cu yang tertinggi terdapat pada desa Perteguhen (b) yaitu sebesar 11.39 ppm. Nilai logam tembaga yang terendah pada kedalaman tanah 0-5 cm yaitu terdapat pada desa Sukandebi dengan nilai 0.12 ppm, dan pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam tembaga yang terendah terdapat pada desa Tiga Pancur dengan nilai 0.39 ppm. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa nilai logam tembaga semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil.

1294. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 Timbal (Pb) Hasil analisis kandungan timbal tanah sebagaimana disajikan pada lampiran 2 menunjukkan bahwa kadar logam timbal dalam tanah pada kedalaman 0-5 cm dan 0-15 cm di semua lokasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Rataan parameter logam timbal beserta kriterianya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan kadar logam timbal tanah pada lokasi penelitian (ppm) Lokasi Desa Ketebalan Debu (mm) Kedalaman Tanah 0-5 cm Keterangan 0-15 cm Keterangan Perteguhen (a) 0.5 59.6 A 54.61 A Perteguhen (b) 15 61.01 A 70.67 A Naman 1 52.34 A 53.07 A Cimbang 1 41.48 A 38.24 A Sukandebi 0.5 52.78 A 53.07 A Tiga Pancur 1 42.78 A 40.98 A Keterangan: A = tidak melampaui ambang batas Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa logam timbal pada kedalaman tanah 0-5 cm yang tertinggi berada di desa Perteguhen (b) yaitu sebesar 61.01 ppm. Pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam timbal yang tertinggi terdapat pada desa Perteguhen (b) yaitu sebesar 70.67 ppm. Nilai logam timbal yang terendah pada kedalaman tanah 0-5 cm yaitu terdapat pada desa Cimbang dengan nilai 41.46 ppm, dan pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam timbal yang terendah terdapat pada desa Naman dan desa Sukandebi dengan nilai yang sama, yaitu 53.07 ppm. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa nilai logam timbal semakin menurun dengan semakin

1295. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 dalamnya tanah yang diambil pada beberapa desa, yaitu di desa Perteguhen (a), desa Cimbang dan desa Tiga Pancur. Sementara pada desa lainnya nilai logam timbal semakin tinggi dengan semakin dalamnya kedalaman tanah yang diambil. Boron (B) Hasil analisis kandungan boron tanah sebagaimana disajikan pada lampiran 3 menunjukkan bahwa kadar logam boron dalam tanah pada kedalaman 0-5 cm dan 0-15 cm di semua lokasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Rataan parameter logom boron beserta kriterianya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis parameter logam B tanah pada lokasi penelitian (ppm) Lokasi Desa Ketebalan Debu (mm) Kedalaman Tanah 0-5 cm Keterangan 0-15 cm Keterangan Perteguhen (a) 0.5 7.14 ST 8.29 ST Perteguhen (b) 15 4.28 T 8.43 ST Naman 1 2.57 S 5.42 T Cimbang 1 10.73 ST 8.00 ST Sukandebi 0.5 5.57 T 7.57 ST Tiga Pancur 1 7.28 ST 7.00 ST Keterangan: ST = sangat tinggi; T = tinggi; S = sedang Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa logam boron pada kedalaman tanah 0-5 cm yang tertinggi berada di desa Cimbang yaitu sebesar 10.73 ppm. Pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam boron yang tertinggi terdapat pada desa Perteguhen (b) yaitu sebesar 8.43 ppm. Nilai logam boron yang terendah pada kedalaman tanah 0-5 cm yaitu terdapat pada desa Naman dengan nilai 2.57 ppm, dan pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam boron yang terendah terdapat pada desa Naman juga dengan nilai 5.42 ppm. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa nilai logam boron

1296. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil pada beberapa desa yaitu di desa Cimbang dan desa Tiga Pancur. Tetapi pada desa lainnya nilai logam boron semakin banyak dengan semakin dalamnya kedalaman tanah yang diambil. Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel dan jenis tanah gunung sinabung

1297. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 KESIMPULAN Ketebalan debu letusan Gunung Sinabung sebesar 0,5-15 mm, kandungan logam tembaga sangatrendah, pada kedalaman 0-5 cm dan 0-15 cm di beberapa kecamatan Kabupaten Karo.Pada ketebalan debu letusan Gunung Sinabung sebesar 0,5-15 mm, kandungan logam timbal berada pada kisaran ambang batas pada kedalaman tanah 0-5 cm dan 0-15 cm di beberapa kecamatan Kabupaten Karo.Pada ketebalan debu letusan Gunung Sinabung sebesar 0,5-15 mm, umumnya kandungan logam boron lebih tinggi pada kedalaman tanah 0-15 cm daripada kedalaman tanah 0-15 cm di beberapa kecamatan Kabupaten Karo. Lahan yang terkena dampak debu vulkanik karena kadar Cu, Pb, dan B masih berada dalam ambang batas yang tidak membahayakan. DAFTAR PUSTAKA Alexander, 2010. Waspada Gunung Sinabung. Diakses dari http://www.medanmagazine.com [24 Februari 2012] Ebo, A.G.A. 2010. Gunung Sinabung Meletus. Diakses dari http://www.regional.kompas.com [25 Maret 2012] Fiantis, 2006. Laju Pelapukan Kimia Debu Vulkanis Gunung Talang dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pembentukan Mineral Liat Non-Kristalin. Universitas Andalas, Padang. Global Volcanism Program, 2008. Sinabung. Diakses dari http://www.volcano.si.edo.com [15 Maret 2012] Rioardi, 2009. Unsur Hara Dalam Tanah (Makro dan Mikro). Diakses dari hhtp://www.nasih.staff.ugm.ac.id [23 Febuari 2011]. Sudaryo dan Sucipto, 2009. Sudaryo dan Sutjipto. 2009. Identifikasi dan penentuan logam berat pada tanah vulkanik di daerah Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat, Seminar Nasional V SDM Teknologi, Yogyakarta.