Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan dan pemberian berbagai macam pupuk hijau (azolla, gamal, dan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan bersifat irreversible (Anderson dan Beardall, 1991). Tanaman semasa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

HASIL DAN PEMBAHASAN. masing parameter akan disajikan secara berturut turut sebagai berikut : A. Tinggi Tanaman (cm)

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan Berat Kering Tanaman. Hasil analisis data masing masing parameter akan. A. Tinggi Tanaman (cm)

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut tentunya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Limbah Cair Budidaya Air Lele Dengan Pupuk Nitrogen. Terhadap Tinggi Tanaman, dan Jumlah Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

Keywords : N,P,K, farm fertilizer, pellets, corn plants, soil regosol

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Rerata tinggi tanaman (cm) pada umur 13 MST Tinggi Tanaman (cm) 250,8 c 271,2 bc 258,5 bc 284,0 ab 284,1 ab 301,3 a pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 5%. Dari tabel 1 terdapat perbedaan nyata antar perlakuan P6 (N,P,K (100,50,25) kg/hektar + kompos kotoran sapi 25 ton/ hektar bentuk non pelet) dengan perlakuan P1, P2, P3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Hal ini diduga perlakuan N,P,K (100,50,25) kg/hektar + kompos kotoran sapi 25 ton/ hektar bentuk non pelet (P6), bahwa pupuk sudah lebih mudah tersedia bagi tanaman karena pupuk non pelet yang bersifat lebih remah dan mudah tersedia sehingga lebih mudah diserap tanaman. 26

Tinggi Tanaman (cm) 27 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Minggu Ke P1 P2 P3 P4 P5 P6 Gambar 1. Grafik tinggi tanaman umur 1-13 minggu pada berbagai perlakuan Keterangan : P1 : Pupuk N 60 kg/hektar ; P 30 kg/hektar ; K 15 kg/hektar + kompos kotoran sapi 15 ton/ hektar bentuk pelet. P2 : Pupuk N 80 kg/hektar ; P 40 kg/hektar ; K 20 kg/hektar + kompos kotoran sapi 20 ton/hektar bentuk pelet. P3 : Pupuk N 100 kg/hektar ; P 50 kg/hektar ; K 25 kg/hektar + kompos kotoran sapi 25 ton/ hektar bentuk pelet. P4 : Pupuk N 60 kg/hektar ; P 30 kg/hektar ; K 15 kg/hektar + kompos kotoran sapi 15 ton/hektar bentuk non pelet. P5 : Pupuk N 80 kg/hektar ; P 40 kg/hektar ; K 20 kg/hektar + kompos kotoran sapi 20 ton/hektar bentuk non pelet. P6 : Pupuk N 100 kg/hektar ; P 50 kg/hektar ; K 25 kg/hektar + kompos kotoran sapi 25 ton/hektar bentuk non pelet. Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman mulai umur 12 minggu pada perlakuan P6 yaitu perlakuan pupuk bentuk non pelet dengan dosis N,P,K 100, 50, 25 kg/hektar dan kotoran sapi 25 ton/hektar lebih tinggi dari perlakuan lain. Menurut Ni Wayan (2014) semakin banyak bahan perekat yang digunakan untuk membuat pelet akan mempengaruhi waktu hancurnya pelet yang semakin lama. Hal ini dikarenakan daya rekat antar granul yang lebih rendah sehingga

28 granul akan lebih cepat hancur. Jika granul terlalu cepat hancur maka akan terjadi pelepasan nutrisi yang lebih cepat. Demikian pula jika granul lebih lama hancur makan lebih lama pula pertumbuhan tanaman jagung akibat terhambatnya persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung. Peleburan granul pelet juga dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam tanah, pada penelitian ini dilakukan penyiraman setiap hari untuk memperoleh hasil yang baik pada tanaman sampel. Pada perlakuan pupuk-pelet memiliki kecenderungan untuk menyerap air lebih tinggi dibanding dengan perlakuan non-pelet. Kecenderungan menyerap air lebih tinggi ini diduga mengakibatkan pori mikro tanah tertutup dengan air (an-aerob) sehingga akan mempengaruhi proses dekomposisi bahan organik oleh karena itu pada perlakuan pupuk-pelet didapat hasil yang rendah dalam tabel tinggi tanaman jagung (tabel 1). P6 menunjukkan tinggi tanamann nyata lebih tinggi daripada perlakuan P1, P2 dan P3 walalupun perlakuan P6 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan P4 dan P5. Jika dilihat pada tabel 1 maka dapat disimpulkan dengan pemberian pupuk yang semakin rendah semakin rendah pula pertumbuhan tinggi tanaman. Raihan (2000) dalam Hermanuddin dkk. (2012), menyatakan bahwa dalam budidaya tanaman jagung umumnya membutuhkan unsur hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga hampir dipastikan bahwa tanpa dipupuk, tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti yang diharapkan. Atau dengan kata lain sangat perlu diperhatikan pemberian unsur hara pada budidaya tanaman jagung.

29 Ini diduga pada perlakuan pupuk pelet itensitas penyerapan unsur hara menjadi lebih terhambat akibat lambatnya proses peleburan granul sehingga ketersediaan unsur hara menjadi terhambat. Menurut Sarief (1986), menyatakan bahwa dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup pada saat pertumbuhan vegetatif, maka proses fotosintesis akan berjalan aktif, sehingga proses pembelahan, pemanjangan, dan differensiasi sel akan berjalan lancar sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Ini juga didukung oleh hasil sidik ragam (lampiran 7) yang menunjukkan perlakuan pupuk-pelet menghasilkan tinggi tanaman yang rendah, hasil terendah didapat pada perlakuan pupuk pelet dengan dosis pupuk N 60 kg/hektar, P 30 kg/hektar, K 15 kg/hektar + kompos kotoran sapi 15 ton/hektar (P1). 2. Jumlah daun (helai) Daun sebagai tempat kegiatan fotositensis untuk penghasil energy yang akan diperlukan untuk proses pertumbuhan tanaman. Hasil sidik ragam parameter jumlah daun menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 8), rerata jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rerata jumlah daun (helai) 13 MST Jumlah Daun (helai) 14,0 a 14,0 a 15,0 a 15,0 a 14,0 a 13,7 a pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5%

30 Bedasarkan tabel 2 menunjukkan rerata jumlah daun yang dihasilkan dari semua perlakuan baik pupuk kompos dalam bentuk pelet maupun non pelet dengan berbagai dosis tidak beda nyata. Diduga jumlah daun yang terbentuk lebih dominan dipengaruhi oleh faktor genetik dari tanaman tersebut yaitu sifat yang diturunkan dari induknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gardner et al (1991) dalam Selly (2011) pada beberapa komponen pengamatan seperti laju pemanjangan batang dan jumlah daun tanaman, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Sifat genetik tanaman berasal dari varietas atau kultivar unggul karena masing-masing varietas memiliki ciri dalam menampilkan sifat tanaman seperti seberapa banyak jumlah daun yang terbentuk pada tanaman jagung. Menurut Syukur (2005), menyatakan bila varietas yang sama di tanam pada lingkungan yang sama akan memberikan karakter yang sama. Grafik pengamatan jumlah daun gambar 2 yang diamati setiap satu minggu satu kali, menunjukkan bahwa jumlah daun minggu ke 11-12 pada perlakuan pupuk N,P,K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar pelet (P1) lebih banyak daripada perlakuan lain. Tanaman jagung dalam pertumbuhan vegetatifnya membutuhkan unsur hara yang cukup khususnya unsur hara nitrogen. Penyerapan unsur hara yang cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan sel tanaman yaitu daun apabila penyerapan yang dilakukan oleh tanaman tidak maksimal maka pembentukan sel yang terjadi pada tanaman juga tidak maksimal. Pertumbuhan tanaman jagung memerlukan unsur hara untuk pembentukan organ-organ tanaman terutama kebutuhan unsur hara Nitrogen. Menurut Widayanti (2008) menyatakan bahwa

Jumlah Daun (helai) 31 dengan bertambahnya unsur N pada tanaman berasosisasi dengan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan fotosintesis untuk memacu pertumbuhan daun. 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 minggu ke P1 P2 P3 P4 P5 P6 Gambar 2. Grafik jumlah daun pada berbagai perlakuan Keterangan : P1 : Pupuk N 60 kg/hektar ; P 30 kg/hektar ; K 15 kg/hektar + kompos kotoran sapi 15 ton/ hektar bentuk pelet. P2 : Pupuk N 80 kg/hektar ; P 40 kg/hektar ; K 20 kg/hektar + kompos kotoran sapi 20 ton/hektar bentuk pelet. P3 : Pupuk N 100 kg/hektar ; P 50 kg/hektar ; K 25 kg/hektar + kompos kotoran sapi 25 ton/ hektar bentuk pelet. P4 : Pupuk N 60 kg/hektar ; P 30 kg/hektar ; K 15 kg/hektar + kompos kotoran sapi 15 ton/hektar bentuk non pelet. P5 : Pupuk N 80 kg/hektar ; P 40 kg/hektar ; K 20 kg/hektar + kompos kotoran sapi 20 ton/hektar bentuk non pelet. P6 : Pupuk N 100 kg/hektar ; P 50 kg/hektar ; K 25 kg/hektar + kompos kotoran sapi 25 ton/hektar bentuk non pelet. Tanaman jagung dalam pertumbuhan vegetatifnya membutuhkan unsur hara yang cukup khususnya unsur hara nitrogen. Penyerapan unsur hara yang cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan sel tanaman yaitu daun apabila

32 penyerapan yang dilakukan oleh tanaman tidak maksimal maka pembentukan sel yang terjadi pada tanaman juga tidak maksimal. Pertumbuhan tanaman jagung memerlukan unsur hara untuk pembentukan organ-organ tanaman terutama kebutuhan unsur hara Nitrogen. Menurut Widayanti (2008) menyatakan bahwa dengan bertambahnya unsur N pada tanaman berasosisasi dengan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan fotosintesis untuk memacu pertumbuhan daun tanaman. 3. Luas daun (cm 2 ) Hasil sidik ragam parameter luas daun menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata luas daun dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil rerata luas daun Luas Daun (cm 2 ) 3364,0 a 3559,0 a 4858,3 a 5660,7 a 4775,3 a 4428,7 a pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5%. Pertumbuhan tanaman merupakan proses peningkatan jumlah dan ukuran daun dan batang. Oleh karena itu luas daun sering digunakan suatu tolak ukur pertumbuhan tanaman. Menurut Suwarsono dkk (2011), indeks luas daun adalah salah satu parameter penting untuk mengidentifikasi produktivitas tanaman. Pengamatan luas daun dilakukan setelah masa tanam peneleitian selesai. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada benda nyata pada semua perlakuan terhadap

33 perlakuan penggunaan pupuk organik kotoran sapi baik yang dipelet ataupun non pelet dengan berbagai macam dosis tidak memberikan pengaruh terhadap luas daun. Hal ini diduga pemberian dosis pada masing-masing perlakuan sudah mampu mencukupi ketersidaan unsur hara untuk pembentukan luas daun. Menurut muhammad (2014), Semakin banyak makanan maka daun akan lebih lebar jika dibandingkan dengan daun yang zat haranya kurang. Menurut Sri rahmi (2002), pengukuran luas daun dapat dipakai untuk menduga proses-proses fisiologi pada tanaman seperti proses intersepsi, fotosisntesis dan proses evapotranspirasi. Karena luas daun menunjukkan akan seberapa banyak sinar matahari yang dapat diserap tanaman untuk dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. 4. Berat segar dan Berat kering tanaman (gram). Hasil sidik ragam parameter berat segar tanaman menunjukkan beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil berat segar tanaman dapat dilihat pada tabel 4: Tabel 4. Rerata berat segar dan berat kering tanaman (gram) pada umur 16 MST. Berat Segar Tanaman (gram) 339,5 d 440,9 cd 493,4 bc 583,9 ab 641,5 a 576,7 ab pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 5%. Berat Kering Tanaman (gram) 98,5 b 123,3 b 127,2 b 165,5 a 168,1 a 174,0 a

34 Dari tabel 4 terdapat perbedaan nyata antara perlakuan P5 yaitu N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar non pelet dengan perlakuan P1, P2, P3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dengan dosis pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar bentuk non pelet yang diberikan maka akan memberikan hasil berat segar tanaman yang baik. Hal itu diduga karena pemberian dosis pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar bentuk non pelet akan meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Manuhuttu dkk (2014), mengatakan bahwa berat segar tanaman juga dipengaruhi oleh keadaan hara yang tersedia dalam media tanam. Adapun hasil berat segar tanaman terbaik diperoleh pada perlakuan pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar bentuk non pelet. Hal tersebut dipengaruhi oleh pupuk organik non pelet bersifat lebih remah daripada pupuk organik pelet. Sifat pupuk pelet yang lebih lambat tersebut dikarenakan peleburan atau hancurnya pupuk pelet yang juga dipengaruhi oleh bahan perekat, dalam penelitian ini yang menggunakan bahan perekat lempung/tanah liat. Menurut Hanafiah (2007), tanah liat memiliki permeabilitas (tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air) atau pelokasi (kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah) yang lambat sehingga bahan penyuburan tanah, seperti kapur dan pupuk organik yang diberikan tidak akan cepat hilang (tersedia bagi tanaman). Berdasarkan hasil sidik ragam berat kering tanaman yang ditunjukkan pada tabel 4 bahwa perlakuan P4, P5, P6 menunjukkan berat kering tanaman yang

35 tidak berbeda nyata namun, ke 3 perlakuan nyata lebih berat daripada perlakuan P1, P2, P3 (pelet). Berat kering tanaman dapat menunjukkan bahwa seberapa banyak unsur hara yang terserap oleh tanaman. Lakitan (1996) juga menyatakan bahwa unsur hara yang diserap tanaman, baik yang digunakan dalam sintesis senyawa organik maupun yang tetap dalam bentuk ionic dalam jaringan tanaman akan memberikan kontribusi terhadap pertambahan berat tanaman. B. Variabel Generatif Parameter pertumbuhan generatif terdiri dari berat segar bunga, berat kering bunga, panjang bunga, dan jumlah tangkai bunga jantan. 1. Berat segar bunga (gram) Hasil sidik ragam parameter berat segar bunga menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 9) Hasil rerata berat segar bunga dapat dilihat pada tabel 5 : Tabel 5. Berata berat segar bunga (gram) pada umur 16 MST Berat Segar Bunga (gram) 3,2 a 2,9 a 3,9 a 6,9 a 4,7 a 5,2 a pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5% Pada tabel 5 menunjukkan bahwa berat segar bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan baik pupuk kompos dalam bentuk pelet maupun dengan berbagai dosis tidak beda nyata.

36 Unsur hara yang paling berperan dalam masa pembungaan adalah unsur P dan air, oleh karena itu ketersidiaan unsur P akan berpengaruh dalam berat segar bunga. Sarief (1986) mengatakan bahwa unsur phospor ini mempunyai peranan yang lebih besar pada pertumbuhan generatif tanaman, terutama pada pembungaan, pembentukan tongkol dan biji. Peran air sangat berpengaruh terhadap terbentuknya bunga pada tanaman jagung dan sebagai media untuk mengangkut kebutuhan hara tanaman. Ini sependapat pritchet (1979) dalam Onrizal (2005) yang mengatakan air merupakan faktor penting untuk memfungsikan secara tepat bagian besar proses-proses tumbuh-tumbuhan dan tanah. Air memperngaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam semua proses pertumbuhan, aktivitas metabolisme sel. Tinggi tanaman mempengaruhi proses fotosintesis tanaman, cahaya yang dimanfaatkan secara langsung untuk proses fotosintesis akan mendapatkan hasil fotosintesis yang besar pula diamana akan mempengaruhi proses generatif tanaman jagung yang tidak langsung akan berpengaruh terhadap berat segar bunga (Ni Nyoman dan Ari, 2007 dalam Aris dan I ketut ngawit, 2011) 2. Berat kering bunga (gram) Hasil sidik ragam parameter berat kering bunga menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata berat kering bunga dapat dilihat pada tabel 6. Pada tabel 6 berat kering bunga menunjukkan hasil bahwa berat kering bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan berbagai dosis dalam bentuk pelet maupun non pelettidak beda nyata. Parameter berat kering bunga ini

37 digunakan untuk mengukur seberapa efektif unsur hara yang terserap untuk pembentukan bunga karena bunga sudah sudah melalui tahap pengovenan dimana kandungan air sudah tidak ada lagi. Reza (2013), mengatakan dengan hanya memperhatikan bobot kering dapat diukur laju tumbuh pertanaman dan laju pertumbuhan relatif. Dengan demikian semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap parameter berat kering bunga. Tabel 6. Berata berat kering bunga (gram) pada umur 16 MST. pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5% 3. Panjang bunga (cm) Berat Kering Bunga (gram) 1,3 a 1,4 a 1,8 a 3,5 a 2,0 a 2,5 a Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 7. Pada tabel 7 menunjukan bahwa panjang bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan berbagai dosis dalam bentuk pelet maupun non pelet tidak beda nyata. Pada fase generatif, faktor yang mempengaruhi yaitu kandungan unsur hara (terutama P), kandungan air dan faktor tumbuhan itu. Menurut fachrozi Subakti (2013) dalam penelitiannya mengatakan jumlah daun mempengaruhi proses fotosintesis dan akan berpengaruh langsung terhadap hasil fotosintat dimana akan berpengaruh juga terhadap fase generatif tanaman jagung.

38 Tabel 7. Rerata panjang bunga (cm) pada umur 16 MST. Panjang Bunga (cm) 25,3 a 22,4 a 24,9 a 36,5 a 26,3 a 26,9 a pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5%. Pada tabel 7 rerata panjang bunga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Ini juga didukung oleh hasil analisis parameter jumlah daun dan luas daun tanaman jagung yang menunjukkan hasil yang tidak berebeda nyata. Diduga tanaman jagung mengalami proses fotosintesis dengan baik dimana akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada fase generatif atau dengan kata lain mempengaruhi proses pembentukan dan panjang bunga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan fitter dan hay (1994) bahwa jumlah daun akan mempengaruhi laju transpirasi, karena tanaman yang bertranspirasi bebas, air di evaporasi dari dinding sel menuju epidermis yang lembab dari bagian daun dan lepas ke udara melalui stomata. Pemupukan juga akan mempengaruhi pada fase generatif tanaman jagung, pada perlakuan pemupukan tanaman jagung terdapat kandungan unsur hara N dan P dimana unsur hara tersebut sangat generatif yaitu fase dimana tanaman mulai membentuk pembungaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kuswandi (2007) bahwa unsur hara N ikut berperan dalam pembungaan, namun peranan N tidak terlalu besar seperti halnya peran unsur hara P dalam pembentukan bunga. Peran unsur hara P dalam pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan

39 ukuran bunga/tongkol. Hal ini didukung oleh pernyataan Kuswandi (2007) bahwa untuk mendorong pembentukan bunga dan buah sangat diperlukan unsur P. 4. Jumlah tangkai bunga (helai) Hasil sidik ragam parameter jumkah tangkai bunga menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 9) Hasil rerata jumkah tangkai bunga dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Rerata jumlah tangkai bunga (helai) pada umur 16 MST. Jumlah Tangkai (helai) 11,7 a 14,7 a 13,7 a 11,0 a 12,0 a 11,7 a pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5%. Pada tabel 8 bahwa jumlah tangkai bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan berbagai dosis baik dalam bentuk pelet maupun non pelet tidak beda nyata. Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman tapi terpisah. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal, 2000).

40 Pada tabel 9 rerata jumlah tangkai bunga bahwa semua sampel perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Pada fase pertumbuhan bunga unsur hara dan faktor kelembaban (pencahayaan) sangat berpengaruh untuk mencapai keberhasilan. Cahaya yang dimanfaatkan seefisien mungkin akan diperoleh hasil fotosintesis yang semakin besar. Fotosintat tersebut sangat menentukan hasil pembungaan karena sebagian fotosintat ditimbun dalam bunga betina dan akan tumbuh menjadi tongkol jagung. Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-non peletpati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih. Kandungan unsur hara N juga berpengaruh dalam proses sintesa protein, berlangsungnya proses sintesis protein akan mempengaruhi jumlah maupun ukuran bunga betina dimana jika proses diteruskan maka akan berlangsungnya proses pembentukan tongkol dimana kandungan sintesa protein akan ditimbun di dalam tongkol. Oleh karena itu, faktor pencahayaan dalam proses fotosintesis akan berpengaruh langsung terhadap panjang dan diameter tongkol. Maka jika dilihat pada tabel 9 hasil yang tidak berbeda nyata diduga dikarenakan tercukupinya unsur hara yang diperlukan oleh tanaman jagung dan proses fotosintesis yang berlangsung dengan baik. Hal ini juga didukung oleh sidik ragam jumlah daun dan luas daun yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.