BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Auditor merupakan ujung tombak dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme profesi. Profesionalisme suatu profesi diwujudkan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring berjalannya waktu eksistensi auditor semakin diakui. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. luhur, berkepribadian luhur, berilmu, berteknologi dan seni. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

ABSTRAK. Kata kunci : sensitivitas etika, pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional, komitmen organisasional, budaya etis organisasi.

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

Pengertian etika = moralitas

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipaparkan pengembangan hipotesis dari penelitian ini.

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN DAN ORIENTASI ETIKA PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR. Gde Herry Sugiarto Asana 1 I Wayan Suartana 2 Ni Ketut Rasmini 3

BAB V PENUTUP. terhadap kinerja auditor di BPKP dan BPK-RI perwakilan wilayah Sumatera

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir. Sedangkan untuk bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti

BAB V KESIMPULAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

PENGARUH BUDAYA ETIS ORGANISASI DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA. (Studi Empiris Tentang Pemeriksaan Internal di Bawasda Pemda Papua)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat dipertanggung jawabkan. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak yang terkait, terutama informasi yang berkaitan dengan

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN PROFESIONAL, KOMITMEN ORGANISASIONAL, IDEALISME, DAN RELATIVISME PADA ETIKA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. budaya organisasi, etos kerja, independensi auditor serta kinerja auditor.

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan akan tercapai secara hemat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menyebutkan bahwa informasi asimetri mempunyai dua tipe. Tipe pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB I PENDAHULUAN. usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

Etika Profesi. Mia Fitriawati, M.Kom. 17/03/2016. Konsep. Etika Profesi merupakan pedoman nilai berperilaku yang disepakati pada tatanan suatu profesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berat, oleh karena itu perbaikan kompetensi seiring

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh. Gelar Sarjana Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ORIENTASI ETIS DAN BUDAYA JAWA TERHADAP PERILAKU ETIS AUDITOR (Studi Empiris Pada Auditor di Semarang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. profesi dan ditujukan untuk anggota profesi tersebut. Motivasi mendasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

KUESIONER. I. Bapak/Ibu dimohon untuk memberi jawaban atas pertanyaan umum berikut ini. : S2 : S3 : Lainnya, sebutkan

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat istiadat/

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB V PENUTUP I. SIMPULAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran konteks kerja dan kekhawatiran auditor

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang (Munawir, 1997). Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku bermoral. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991). Etika secara harfiah berasal dari kata Yunani yaitu ethos yang artinya sama persis dengan moralitas yaitu adat kebiasaan yang baik (Keraf, 1998). Kamus Bahasa Indonesia (1998) menyebutkan etika memiliki tiga arti yang salah satunya adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan etika dalam bahasa latin yaitu ethica yang berarti falsafah moral. Etika adalah tatanan moral yang telah disepakati bersama dalam suatu profesi dan ditujukan untuk anggota profesi (Risa, 2011). Bertens (2000) menyebutkan bahwa teori etika dapat membantu proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan moral dan justifikasi terhadap keputusan tersebut. Menurut Duska (2003), teori etika dikembangkan dalam tiga bagian, yaitu: 9

10 1) Utilitarianism Theory Teori ini membahas mengenai optimalisasi pengambilan keputusan individu untuk memaksimumkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif. Terdapat dua jenis utilitarisme, yaitu: a. Act Utilitarisme yaitu perbuatan yang bermanfaat untuk banyak orang. b. Rule Utilitarisme yaitu aturan moral yang diterima oleh masyarakat luas. 2) Deonotologi Theory Teori etika ini membahas mengenai kewajiban individu untuk memberikan hak kepada orang lain, sehingga dasar untuk menilai baik atau buruk suatu hal harus didasarkan pada kewajiban, bukan konsekuensi perbuatan. 3) Virtue Theory Teori ini menjelaskan disposisi watak seseorang yang memungkinkan untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada dua jenis virtue theory, yaitu: a. Pelaku bisnis individual, seperti: kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. b. Taraf perusahaan, seperti: kemarahan, loyalitas, kehormatan, rasa malu yang dimiliki oleh manajer dan karyawan. Auditor BPKP merupakan salah satu profesi yang tidak terlepas dari permasalahan dilema etika. Auditor harus mempertimbangkan berbagai hal didalam mengambil keputusan untuk pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan hasil audit.

11 2.1.2 Teori Perkembangan Moral Kognitif Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey dan selanjutnya dikembangkan lagi oleh Piaget dan Kohlberg. Moral kognitif adalah faktor penentu dalam pengambilan keputusan etis (Kohlberg, 1971). Kohlberg menyatakan bahwa personal value diperoleh melalui suatu proses berpikir dan berpendapat. Terdapat enam tingkatan yang dikembangkan oleh Kohlberg yaitu tahap pertama dan kedua dari perkembangan moral disebut dengan Pre-coventional, yaitu kondisi dimana orang-orang membuat keputusan moral berdasarkan pada imbalan dan hukuman. Tahap tiga dan empat disebut Conventional, dalam tahap ini seseorang sudah memperhatikan aturan-aturan sosial dan kebutuhan-kebutuhan sesama. Tahap kelima dan keenam disebut Postconventional, dimana kebaikan bagi masyarakat telah dimasukkan dalam pemikiran moral (Kohlberg, 1971). Trevino (1986), Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa budaya etis organisasi merupakan faktor organisasional yang berpengaruh pada perilaku etis seseorang. Trevino (1986) menitikberatkan teori yang dikembangkan Kohlberg dalam mengidentifikasi pengaruh individu terhadap keputusan etis. Namun Hunt dan Vitell (1986) memasukkan variabel personal value dalam pengambilan keputusan. 2.1.3 Sensitivitas Etika Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk memahami masalah etis yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya, lingkungan

12 industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman pribadi. Sensitivitas etika merupakan kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan (Shaub et al., 1993). Sensitivitas etika diukur melalui penilaian kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, dan subordinasi akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Rest (1983) mengajukan model atau rerangka analisis empat komponen kerangka kerja untuk meneliti pengembangan proses berpikir moral dan perilaku individu dalam mengambil keputusan. Empat komponen tersebut, yaitu: 1) Pengenalan individu akan keberadaan masalah etis dan pengevaluasian. 2) Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi. 3) Keputusan pada tindakan yang dimaksud berkaitan dengan berbagai hasil yang dinilai dan implikasi moralnya. 4) Pelaksanaan perilaku yang dimaksud. 2.1.4 Pengalaman Pengalaman audit dapat mengembangkan struktur memori yang luas dan kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan audit (Libby, 199 3). Pengalaman dapat menghasilkan struktur dalam proses penilaian auditor. Auditor yang berpengalaman memiliki struktur memori mengenai pengetahuan audit dalam mengidentifikasi petunjukpetunjuk dari informasi tertentu yang berpengaruh terhadap kesimpulan hasil audit (Bonner, 1996). Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan

13 bertambahnya pengalaman audit, diskusi audit, pelatihan, dan penggunaan standar (Januarti, 2011). Auditor yang memiliki pengalaman yang lebih lama, memungkinkan auditor lebih terampil dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya serta menghasilkan opini audit yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor. Gusnardi (2003) menyatakan bahwa pengalaman audit diukur melalui lama auditor bekerja, jabatan auditor, keahlian yang berhubungan dengan audit, dan pelatihan audit yang pernah diikuti. Sehingga auditor yang berpengalaman dianggap lebih konservatif saat menghadapi dilema etika (Larkin, 2000). 2.1.5 Orientasi Etika Cohen et al. (1980) menyatakan bahwa orientasi setiap individu pertamatama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan tersebut menentukan harapan atau tujuan dalam setiap perilakunya sehingga pada akhirnya individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan diambilnya. Higgins dan Kelleher (2005) menjelaskan alternatif pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda akan menentukan orientasi etis. Tetapi ada penentu lain dari orientasi etis yang dapat menunjukkan adanya perbedaan individu, antara lain standar perilaku individu, standar perilaku dalam keluarga serta standar perilaku dalam komunitas (Tsalikis dan Fritzsche, 1998; wiley, 1998). Higgins dan Kelleher (2005) mengungkapkan alternati f lain dalam menyelesaikan dilema etika yaitu orientasi etika. Orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth,

14 1980). Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral sedangkan relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980). 2.1.6 Komitmen Bline et al. (1992) membedakan komitmen menjadi dua konstruk, yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional. Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah dua hal yang berbeda (Chang dan Choi, 2007). Aranya et al. (1981) serta Araya dan Ferris (1984 ) mendefinisikan komitmen sebagai berikut: 1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan tujuan pada nilai-nilai organisasi dan/atau profesi. 2) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi. 3) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi. Kwon dan Branks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan. Komitmen profesional yang kuat akan mengarahkan auditor untuk taat pada aturan (Jeffrey dan Weatherholt, 1996).

15 2.1.7 Budaya Etis Organisasi Schein (1992) menyatakan budaya adalah suatu proses pentransferan nilainilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku. Budaya dapat berkembang dari upaya yang tidak disadari, tetapi sistematis dalam kurun waktu tertentu. Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Hofstede, 1994). Budaya etis organisasi merupakan pandangan luas tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di perusahaan dan memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak bermoral (Hurt et al, 1986). Budaya organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin, karena mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi tersebut. 2.1.7 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah lembaga pemerintahan nonkementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan KKN serta pendidikan dan pelatihan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perkembangan lembaga pengawasan ini diawali dengan terbentuknya Djawatan Akuntan Negara (DAN) pada tanggal 31 Oktober 1936 dengan bersluit Nomor 44. DAN bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara atau jawatan tertentu. DAN berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementrian

16 Keuangan. Kedudukan DAN ditingkatkan menjadi langsung di bawah Menteri Keuangan setelah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961. Pada tahun 1966 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 239 tentang pembentukan Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen Keuangan. Tugas DDPKN meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971, khusus pada Departemen Keuangan, tugas pengawasan keuangan Negara dilakukan oleh DDPKN. DDPKN ditransformasikan menjadi BPKP setelah diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. BPKP merupakan lembaga non departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden. Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga pemerintah non departemen diatur pada Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 tahun 2005. Hasil pengawasan BPKP dilaporkan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam menjalankan pemerintahan dan memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. Hasil pengawasan tersebut juga diperlukan oleh para penyelenggara pemerintahan lainnya termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pencapaian dan peningkatan kinerja instansi yang dipimpinnya.

17 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya Irawati dan Supriyadi (2012) meneliti pengaruh orientasi etika pada komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor dengan variabel pemoderasi gender. Sampel penelitian ini adalah auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Metode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian ini memperoleh hasil bahwa gender tidak dapat memoderasi hubungan antara orientasi etika dengan komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Penelitian lain dilakukan oleh Januarti (2011) untuk menguji pengaruh pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap persepsi dan pertimbangan etis dengan sampel penelitian pada auditor BPK. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis. Aziza dan Salim (2007), Shaub (1993) menguji orientasi etika terhadap komitmen dan sensitivitas etika pada auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen, dan komitmen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Metode analisis data yang digunakan adalah Path Analysis. Fallah (2006) melakukan penelitian mengenai budaya etis organisasi dan orientasi etis terhadap sensitivitas etika pada Bawasda dengan hasil yang menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme. Orientasi etika berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme

18 sedangkan idealisme tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Penelitian ini menggabungkan model Structural Equation Modeling (SEM) dengan Path Analysis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziza dan Salim (2007) adalah metode analisis data yang digunakan. Sahub et al., (1993) menggunakan metoda analisis data Multivariate Analysis of Variance (Manova). Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) meneliti pengaruh orientasi etika terhadap komitmen professional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika auditor Pemerintah DKI Jakarta dengan metode Path Analysis. Hasil yang diperoleh bahwa orientasi etika mempengaruhi komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Douglas et al., (2001 ) menguji pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etis pada etika judgment akuntan. Penelitian tersebut menggunakan Path Analysis membuktikan bahwa budaya etis organisasi mempengaruhi orientasi etika dan etika judgment akuntan. Hasil penelitian sebelumnya merupakan kajian empiris penelitian. Penelitian ini mencoba menggabungkan variabel-variabel dari penelitianpenelitian sebelumnya mengenai sensitivitas etika dengan obyek dan waktu penelitian yang berbeda. Beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai sensitivitas etika dirangkum dalam Tabel 2.1. Uraian dari penelitian penelitian tersebut terdiri dari nama peneliti dan tahun penelitiannya, variabel penelitian, teknik analisis data yang digunakan serta hasil penelitian.

19 Tabel 2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti (Tahun) Irawati dan Supriyadi (2012) Januarti (2011) Aziza dan Salim (2007) Falah (2006) Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) Variabel Dependen Independen Moderasi Komitmen Orientasi Gender Profesional, Etika Komitmen Organisasional, dan Sensitivitas Etika Persepsi dan Pertimbangan etis Komitmen dan Sensitivitas Etika Sensitivitas Etika Komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika Sumber : data diolah 2014 Pengalaman auditor, Komitmen Profesional, Orientasi Etis, dan Nilai Etika Orientasi Etika Budaya etis organsasi dan orientasi etis Orientasi Etika Teknik Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Regresi Path analysis Structural Equation Modeling (SEM) dan Path analysis Path Analysis Hasil Penelitian Gender tidak berhasil memoderasi hubungan antara orientasi etika terhadap komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika Orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika organisasi tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis Orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen. Komitmen profesional dan organisasional tidak berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika Budaya etis organisasi berpengaruh positif dengan idealisme tapi tidak terhadap relativisme, idealisme berpengaruh positif terhadap sensitivitas etika. Relativisme berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika Orientasi etika berpengaruh pada komitmen profesional, organisasional dan sensitivitas etika