PENGELOLAAN IRIGASI D.I CIPAMINGKIS DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH
ABSTRAK PENGELOLAAN IRIGASI D.I CIPAMINGKIS DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH Oleh Yusmanadi Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung Berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 1977 tentang Irigasi, ada dua pngelola jaringan irigasi yaitu pemerintah dan masyarakat petani. Pemerintah dala.a hal ini adalah Dinas Pengairan, Dinas Pertanian dan Kornisi Irigasi Kabupaten, bertugas mengelola Jaringan Irigasi Utama yang terdiri dari Jaringan Irigasi Primer dan Sekunder. Masyarakat petani dalam wadah P3A/ Gabungan P3A bertugas mengelola Jaringan Irigasi di tingkat Usaha Tani atau Tersier. Sementara pengelolaan jaringan irigasi yang melintas antar kabupaten/ kota dilaksanakan oleh pemerintah propinsi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, globalisasi dan tuntutan masyarakat atas transparansi suatu kegiatan pengelolaan - tidak terkecuali pengelolaan suatu jaringan irigasi maka pemerintah menyambut hal ini dengan mengesahkan Inpres No. 3 tahun 1999 tentang PKPI ( Pembaharuan Kebijaksanaan Pengelolaan Irigasi). Salah satu tujuan PKPI adalah PPI (Penyerahan Pengelolaan Irigasi) dari pemerintah kepada masyarakat petani P3A/ Gabungan P3A. PPI sendiri bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan irigasi, terwujudnya sistem irigasi yang berkelanjutan, pemberdayaan P3A/ Gabungan P3A, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Berkaitan dengan disahkannya Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Otonomi Daerah - untuk mewadahi pengelolaan suatu jaringan irigasi lintas kabupaten/ kota maka Menteri Dalam Negeri mengesahkan Keputusan Menteri No. 22 tahun 2003 tentang Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Lembaga Pengelola Irigasi Propinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam Keputusan Menteri ini, pemerintah daerah kabupaten dimungkinkan untuk melakukan Kerjasama Pengelolaan (KSP) suatu jaringan irigasi lintas kabupaten/ kota. Daerah Irigasi Cipamingkis dengan luas total 5.200 Ha terletak di kabupaten Bogor dan kabupaten Bekasi. Bendung Cipamingkis dan areal irigasi dengan luas 1.400 Ha di bagian hulu terletak di kabupaten Bogor. Areal irigasi dengan luas 3.800 Ha di bagian hilir terletak di kabupaten Bekasi. Dengan kondisi ini, maka dalam rangka otonomi daerah diperlukan suatu kerjasama pengelolaan ( KSP) daerah irigasi Cipamingkis antara kabupaten Bogor dengan kabupaten Bekasi yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.22 tahun 2003. Dalam rangka PPI, maka pemerintah melakukan transfer teknologi dan manajemen pengelolaan jaringan irigasi kepada masyarakat petani P3A/ Gabungan P3A. Kegiatan ini berupa pemberdayaan P3A/ Gabungan P3A melalui pendampingan kegiatan PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Perdesaan), kegiatan PSETK (Profil Sosio Ekonomi Teknis dan Kelembagaan). Karena kegiatankegiatan yang mendahului PPI ini belum pernah dilaksanakan di daerah irigasi Cipamingkis, akibatnya P3A/ Gabungan P3A daerah irigasi Cipamingkis belum siap untuk PPI. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilaksanakan KSP antara P3A/ Gabungan P3A dengan pemerintah - Dinas Pengairan, Dinas Pertanian, Komisi Irigasi Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi - sebagai jembatan sebelum PPI benar-benar dilaksanakan. - iii -
ABSTRACT MANAGEMENT OF D.I CIPAMINGKIS IRRIGATION IN THE FRAMEWORK OF REGIONAL AUTONOMY By Yusmanadi Civil Department Bandung Institute of Technology Pursuant to Government Regulation of No. 11 year 1977 about Irrigation, there is two organizer of irrigation network system that is fanner society and government. Government in this case is Regency Irrigation Office, Regency Agriculture Office and Regency Irrigation Commission, undertaking to manage Main Irrigation System consisting of Primary and Secondary Irrigation Network System. Society Farmer in place of WUAs (Water Use Association) undertake to manage Irrigation Network System in Farming level or is Tertiary. Whereas management of irrigation network system which pass through regencies/ towns executed by province government. Along with growth of information technology, society demand and globalization of transparency an activity of management - do not aside from management an irrigation network system - hence government greet this matter by authenticating Inpres No. 3 year 1999 about PKPI (Irrigation Management Policy Recondition). One of the target of PKPI is PPI (Irrigation Management Delivery) of government to society farmer of WUAs. PPI alone aim to increase effectiveness and efficiency management of irrigation, its form of going concern irrigation system, enable ness of WUAs, and improve prosperity of farmer society. Relate to ratifying of Government Regulation of No. 25 year 2000 about Local Government Autonomy - to place management an irrigation network pass through regencies/ towns - hence Ministry of Home Affairs authenticate Ministerial Decree of No. 22 year 2003 about Guidance of Authority Arrangement, Duty and of Responsibility of Provincial and Regency/ Town Irrigation Institute Organizer. In this Ministerial Decree, local government of conducive regency to conduct Cooperation Management (KSP) an irrigation network pass through regencies/ towns. Area Irrigation of Cipamingkis broadly totalize 5,200 Ha located in Bogor regency and Bekasi regency. Cipamingkis weir and of areal irrigation broadly 1,400 Ha in part of upstream located in Bogor regency. Areal Irrigation broadly 3,800 Ha in part of downstream located in Bekasi regency. With this condition, hence in order to local government autonomy needed by an management cooperation (KSP) of Cipamingkis between Bogor regency with Bekasi regency which relate at Government Regulation of No. 25 year 2000 and the Minister of Home Affairs Decree of No.22 year 2003 In order to PPI, hence government transfer of management and technology management of irrigation system to society farmer of WUAs. This Activity in the form of enable ness WUAs through adjacently of activity of PPKP (Participatory Rural Appraisal), activity of PSETK (Profile of Sosio Economic Technical and Institute). Because activities preceding this PPI have never been executed in Cipamingkis irrigation area, as a result Cipamingkis irrigation WUAs not yet ready for PPI. To overcome this matter, hence require to be executed by KSP between WUAs with government Irrigation Office, Agriculture Office, Irrigation Commission of Bogor Regency and Bekasi Regency as bridge before PPI really is executed -iv-