BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

DI SOGATEN RT 3 RW 15 PAJANG LAWEYAN DI WILAYAH PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

PENGARUH YOGA TERHADAP KONTROL ASMA

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kematian mencapai korban jiwa. 3 Sekitar 80% keracunan. dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PENDERITA ASMA BRONKHIAL

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

commit to user BAB V PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diluar itu seperti nongkrong,arisan,jalan-jalan dll.di tambah pola hidup

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga 73%, kenaikan yang sudah terjadi memperpuruk kualitas udara serta pembangunan dan kendaraankendaraan dimana-mana yang menyebabkan udara semakin tidak bersih sehingga terjadinya polusi udara dan menyebabkan masalah pernafasan orang banyak sehingga dalam dekade berikutnya akan memiliki efek yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari atau dini hari. Pada asma proses inflamasi yang diatur oleh jaringan yang kompleks yang saling berinteraksi dan faktor pertumbuhan, dikeluarkan tidak hanya denagan kisaran sel inflamasi tetapi juga dari struktur jaringan komponen, termasuk epitel sel, fibroblas, dan sel-sel otot-otot polos (Settin et al., 2008 ). 1

2 Sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu penderita meninggal karena asma di seluruh dunia. Angka kejadian asma 80% terjadi dinegara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20% untuk 10 tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik. (data WHO, 2006). Hasil penelitian Internasional Study on Asthma and Alergies in Childhood pada tahun 2006, menunjukan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, namun dalam penggunaan obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Kontrol yang baik, diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari gejala saja. Untuk mengontrol gejala asma secara baik, maka penderita harus bisa mencegah penyakitnya, dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut. Beberapa faktor pencetus serangan asma adalah paparan alergen, infeksi virus, prediposisi genetik, polusi udara yang dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan rumah dan perilaku keluarga, seperti debu, karpet, kasur, bantal, memelihara binatang dirumah (seperti anjing dan kucing), adanya keluarga yang suka merokok didalam rumah.

3 Penanganan pada penderita asma dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Bisa dengan upaya medis, obat-obatan tradisional dan lainlain. Selain dengan tindakan medis penanganan asma dapat dilakukan dengan tindakan fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dangan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. (KEPMENKES No. 778/MENKES/SK/VIII/2008). Adapun peran penting fisioterapi dalam penanganan asma adalah mengajarkan penderita asma cara bernafas yang berguna pada waktu terjadi serangan asma serta dapat membantu mengeluarkan secret. Pelaksanan atau pendekatan fisioterapi dalam penanganan serangan asma masih mempertahan pada pengendalian pernafasannya saja. FEV (Forced Expiratory Volume) merupakan petunjuk yang sangat berharga untuk mengetahui adanya gangguan fungsi berat pada paru. Pengukuran FEV (Forced Expiration Volume) ini memberikan indikasi laju aliran udara maksimum yang dapat terjadi di paru dan untuk mengukur tingkat obstruksi dasar jalan nafas dan memberikan petunjuk bagi fisioterapi berbagai penyakit saluran nafas.

4 Ekpirasi yang berlangsung lama hanya dapat memperlambat laju pernafasan dan mengganggu siklus pernafasan. Hal ini menyebabkan konsumsi oksigen meningkat dan membuatnya sulit untuk meningkatkan laju pernafasan dalam menangapi latihan, kapasitas pernafasan maksimum pada tingkat serta kedalaman respirasi. Selain itu, diameter bronkhial menurun selama ekspirasi. FEV (Forced Expiratory Volume) yang berlangsung lama menekan hal ini. Untuk semua alasan ini, FEV (Forced Expiratory Volume) kurang diperhatikan oleh fisioterapi pada pengobatan asma. Kapasitas vital paru adalah volume udara yang dapat keluar masuk pada satu siklus pernafasan setelah inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. Pada penderita asma saluran nafas sangat sensitif atau hipersensitif sehingga mudah menyempit jika mendapat rangsangan dan mengakibatkan sesak sehingga kapasitas vital paru menurun. Setiap individu mempunyai masalahnya sendiri mengenai cara mengatasi asmanya, maka untuk itu perlu tujuan untuk peningkatan kapasitas pernafasan dengan FEV (Forced Ekspirasi Volume) yang baik dengan cara memberikan bentuk latihan yang tepat untuk peningkatan otot-otot inspirasi denagan salah satunya latihan senam asma dan static bicycle.

5 Senam asma merupakan senam yang dilakukan secara teratur akan menaikan volume oksigen maksimal, selain itu dapat memperkuat otototot pernafasan sehingga daya kerja otot jantung dan otot lainnya jadi lebih baik (Handari, 2003). Senam asma merupakan kegiatan yang positif yang membantu pemulihan penderita asma. (Yunus, 2003). Senam asma ini terdiri dari pemanasan, peregangan, gerakan inti A dan inti B, latihan aerobic, serta diakhiri pendinginan. Manfaat dari senam asma ini antara lain melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernapasan, melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan VO2maks, pengurangan pemakaian obat, serta pengurangan frekuensi serangan. Static bicycle latihan yang paling umum sebagai latihan aerobik, jumlah latihan dapat dikontol sesuai dengan mengayuh siklus dengan standar resistensi. Yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pembuluh darah dan jantung, serta meningkatkan metabolisme tubuh, meningkatkan efesiensi otot-otot pernafasan, meningkatkan ventilasi paru, meningkatkan volume paru, serta meningkatkan kebugaran. Tujuan dari pemberian latihan senam asma dan static bicycle adalah untuk memperkuat otot-otot inspirasi yang akan berakibat pada peningkatan kapasitas vital paru FEV (Forced Expiratory Volume).

6 Dari sekilas penjabaran materi diatas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan senam asma dan static bicycle untuk meningkatkan kapasitas vital paru FEV (Forced Expiratory Volume) pada pendetita asma. Maka penulis mengambil dengan judul skripsi Perbedaan Pemberian Senam Asma Dan Static Bicycle Untuk Peningkatan Kapasitas Vital Paru FEV (Forced Expiratory Volume) Terhadap Penderita Asma. B. Identifikasi Masalah Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trakhea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimulus yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebihan dari kelenjar-kelenjar di mukosa bronkhus. Hal ini disebabkan karena pengencangan dari otot sekiar saluran pernafasan, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan, dan iritasi pada saluran nafas di paru-paru. Permasalahan penderita asma umumnya adalah sesak nafas, dada seperti terhimpit diikuti adanya mengi, batuk, serta menurunnya nilai forced expiratory volume (FEV). Penurunan Forced Expiratory Volume (FEV) lebih terlihat pada penyakit paru obstruktif seperti asma. Penurunan Forced Expiratory Volume (FEV) pada penderita asma disebabkan antara lain oleh peradangan yang terjadi pada trachea dan bronkhus. Hal ini menyebabkan menyempitnya saluran pernafasan yang

7 tentu saja akan menyebabkan penurunan pada ventilasi paru sehingga Forced Expiratory Volume (FEV) akan menurun juga. Maka untuk mengurangi problem asma tersebut diadakan upaya pemulihan dalam pernafasan yaitu dengan senam asma dan static bicycle yang akan berpengaruh terhadap peningkatan Forced Expiratory Volume (FEV). Nilai kapasitas vital paru FEV1 (Forced Expiration Volume) dapat dipengaruhi beberapa faktor, misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan otot-otot pernafasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Pada senam asma dan static bicycle merupakan latihan yang berguna untuk mengurangi frekuensi serangan asma dan juga menjaga kondisi umum penderita asma, dimana latihan ini melatih cara bernafas yang efektif yaitu menarik nafas (inspirasi) dan pengeluaran nafas (ekspirasi) lebih panjang dua hitungan dari inspirasi. Dalam latihan ini untuk melepaskan otot-otot pernafasan sehingga akan mempermudah pernafasan. Alat untuk kapasitas inspirasi dan ekspirasi pernafasan salah satuya dengan mengunakan Peak Flow Meter. Pleak Flow Meter adalah satuan alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan nafas. Peak Flow Meter merupakan alat ukur kecepatan aliran udara yang dapat digenggam dan dapat digunakan untuk memonitor kemampuan menggerakkan udara dengan menghitung aliran udara bronki.

8 Didalam penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh pemberian senam asma dan static bicycle dapat meningkatkan kapasitas vital paru FEV (Forced Expiratory Volume) terhadap penderita sama. C. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah latihan senam asma dapat meningkatkan kapasitas vital paru FEV (Forced Expiratory Volume) pada penderita asma? 2. Apakah latihan static bicycle dapat meningkatkan kapasitas vital paru FEV (Forced Expiratory Volume) pada penderita asma? 3. Apakah ada perbedaan antara latihan senam asma dan static bicycle dapat meningkatkan kapasitas vital paru FEV (Forced Expiratory Volume) pada penderita asma? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan antara latihan senam asma dan static bicycle dapat meningkatkan kapsitas vital paru (Forced Expiratory Volume) pada penderita asma.

9 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui latihan senam asma dapat meningkatan kapasitas vital paru Forced Expiratory Volume (FEV) pada penderita asma. b. Untuk mengetahui latihan static bicycle dapat meningkatan kapasitas vital paru Forced Expiratory Volume (FEV) pada penderita asma. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Rumah Sakit Memberikan referensi dan bahan pembanding dalam kegiatan yang ada hubungannya dengan pelayanan kesehatan. 2. Manfaat Bagi Prodi Fisioterapi. Dari hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan metode terapi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan fisioterapi pada pasien penderita asma. 3. Manfaat Bagi Peneliti Dengan penelitian ini, dapat mengetahui perbedaan pengaruh dari latihan senam asma dan static bicycle dapat meningkatkan kapasitas vital paru FEV (Forced Expiratory Volume) pada penderiata asma.