UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS DAUN DAN INFUS BIJI PARE (Momordica charantia) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR PACE (Morinda citrifolia) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR. DAN INFUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP. Ascaridia galli SECARA IN VITRO

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR DAN INFUS DAUN NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP Ascaridia galli SECARA INVITRO

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK Carica papaya (INFUS AKAR, INFUS BIJI, INFUS DAUN) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

Uji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6

DAYA MEMBUNUH CACING EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA) PADA AYAM BURAS

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN DAN INFUSA RIMPANG BENGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTITAS DOKUMEN (Preview)

UJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

UJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB I PENDAHULUAN. cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda

UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths

Lampiran 1. Pengujian Total Fenolik

DAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro

1 Universitas Kristen Maranatha

Astuti dkk. Korespondensi: Ni Putu Erikarnita Sari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH. (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP CACING. Ascaris suum Goeze SECARA IN VITRO

Cacing Gelang Babi (Ascaris suum Goeze) Secara In Vitro. Ariani, N. K. M. 1, Astuti, K.W. 1, Yadnya-Putra, A.A. G. R. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral bagian

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL DAUN LAMTORO

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN

UJI DAYA ANTELMINTIK INFUSA BIJI WALUH (Cucurbita moschata Durch) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG LAMTORO

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaridia galli Schrank SECARA IN VITRO

The Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. ton), dan itik/itik manila ( ton). ayam untuk berkeliaran di sekitar kandang membuat asupan makanan ayam

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan mikrobiologi, imunologi, farmakologi, dan pengobatan tradisional.

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Syaratnya adalah hanya ada

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT. THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP MORTALITAS CACING Ascaris suum DEWASA SECARA IN VITRO SKRIPSI

S. Ainnurrahmah, K. Widnyani Astuti, dan P. Oka Samirana

Anthelmintic Potency Test of Volatile Oil of Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Vall.) to Ascaridia galli Schrank Worm In Vitro

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. imunologi, farmakologi dan pengobatan tradisional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi

ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica l) Terhadap Cacing Gelang Babi (ascaris suum. L)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

Transkripsi:

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS IJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Disusun Oleh : ARIF AMANULLAH G2A004026 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 1

PENDAHULUAN Penyakit ascariasis adalah salah satu infeksi parasit yang banyak banyak dijumpai di Indonesia, disebabkan oleh cacing gelang Ascaris Lumbricoides. 1,2,3,4 Penyakit tersebut merupakan penyakit cacingan yang paling umum diderita oleh 1,5 milyar penduduk dunia, 1,2 sedangkan di Indonesia sendiri prevalensinya mencapai 20,12%-75,18%. 5 Tingginya presentasi tersebut dapat disebabkan oleh karena iklim tropis dan kelembapan udara yang tinggi di Indonesia, yang merupakan lingkungan yang cocok untuk perkembangan cacing serta kondisi sanitasi. 1,2,3,4. Salah satu tanaman obat yang memiliki daya anthelmintik adalah petai cina atau yang sering popular di masyarakat jawa disebut lamtoro. 6 Daya anthelmintik petai cina diyakini melalui efek langsung bahan aktif yang terkandung pada petai cina yang dapat membunuh parasit dalam tubuh. 7 Uji aktivitas antiaskaris secara in vitro ini menggunakan hewan percobaan Ascaridia galli, yaitu spesies cacing gelang yang menyerang unggas (ayam). Cacing ini dipilih karena mempunyai famili yang sama dengan Ascaris lumbricoides, dan memiliki cara penularan yang sama. 8 Selain itu karena untuk mendapatkan cacing Ascaris lumbricoides cukup sulit, yaitu harus mendapatkan cacing tanpa pengaruh dari obat cacing.piperazin dipilih sebagai kontrol positif karena merupakan obat pilihan untuk infeksi cacing Ascaridia galli dan juga paling banyak digunakan untuk infeksi cacing tersebut. 9,10,11 erdasarkan latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan diantaranya adalah apakah infus biji petai cina dengan berbagai konsentrasi 2

mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing gelang (Ascaridia galli) secara invitro?,apakah infus daun petai cina dengan berbagai konsentrasi mempunyai daya anthelmintik terhahadap cacing gelang (Ascaridia galli) secara in vitro?, diantara infus biji dan infus daun manakah yang mempunyai kemampuan anthelmintik yang lebih baik? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah infus biji dan infus daun petai cina memiliki daya anthelmintik terhadap Ascaridia galli secara invitro. Selain itu juga untuk mencari LC 100 (Lethal Concentration 100) dan LT 100 (Lethal Time 100) dari infus daun dan biji petai cina. METODE PENELITIAN Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini meliputi Farmakologi dan Terapi, Farmasi, dan Parasitologi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih satu bulan.jenis penelitian ini adalah peneltian eksperimental murni dengan post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah cacing Ascaridia galli yang diambil dari lumen usus ayam pedaging yang diperoleh dari tempat pemotongan ayam Pasar Kobong Semarang. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 192 cacing Ascaridia galli dengan kriteria inklusi cacing Ascaridia galli dewasa, cacing yang masih aktif bergerak, ukuran cacing 7-11 cm, tidak tampak cacat secara anatomi, dan 3

kriteria eksklusi ialah cacing Ascaridia galli mati sebelum perlakuan. Sampel terbagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok1 dimasukkan dalam infus biji petai cina kering dengan konsentrasi 15%,30%, dan 60%. Kelompok 2 dimasukkan dalam infus daun petai cina kering dengan konsentrasi 10%,20%,dan 40%. Kelompok 3 dimasukkan dalam larutan piperazin citrat 0,5% sebagai kontrol positif. Kelompok 4 dimasukkan dalam larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok direplikasi sebanyak tiga kali untuk menjaga reabilitas. Setiap replikasi berisi 8 cacing ascaridia galli 25 ml infus biji petai cina kering/ infus daun petai cina kering/nacl /Piperazin citrat 0,5. Sesuai dengan konsentrasi masing-masing. Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Cawan petri disiapkan, masing-masing berisi infus biji petai cina kering, infus daun petai cina kering, larutan Piperazin sitrat dan larutan NaCl sesuai konsentrasi masing-masing setelah dihangatkan pada suhu 37 o. 2. Ke dalam masing-masing cawan petri dimasukkan 8 ekor cacing Ascaridia galli yang masih aktif bergerak, kemudian dipertahankan pada suhu 37 C. 3. Untuk melihat apakah cacing telah mati setelah diinkubasi, cacing-cacing tersebut diusik dengan batang pengaduk tiap jam. Jika cacing diam, dipindahkan ke dalam air panas pada suhu 50 C. Apabila dengan diusik cacing tetap diam, berarti cacing tersebut telah mati. Tetapi jika cacing bergerak, berarti cacing itu hanya paralisis. 4. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat. 4

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari jumlah cacing yang mati tiap jam pada tiap-tiap konsentrasi infus biji petai cina kering, infus daun petai cina kering, dan larutan Piperazin Sitrat. Data jumlah kematian cacing setiap jamnya dianalisa menggunakan tabel dan grafik. Hasil uji dievaluasi secara statistik menggunakan metode analisa probit dengan menggunakan program komputer SPSS 15 for windows untuk mengetahui LC 100 dan LT 100 infus biji petai cina kering(leucanea leucocephala) dan infus daun petai cina. Normalitas data dianalisis dengan uji Saphiro-Wilk kemudian dilakukan uji beda pada tiap konsentrasi dengan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (taraf signifikasi p 0,05). HASIL atasan waktu pengamatan percobaan uji daya anthelmintik infus daun dan biji petai cina ditetapkan dengan waktu lama hidup cacing Ascaridia galli dalam larutan NaCl 0,9%. Dari hasil pengamatan diperoleh waktu kelangsungan hidup seluruh cacing Ascaridia galli dalam larutan NaCl 0,9% dengan 3 kali replikasi adalah selama 45 jam sehingga waktu pengamatan percobaan uji daya anthelmintik infus daun dan infus biji petai cina dilakukan dengan jangka waktu maksimal selama 45 jam. Jumlah kumulatif mortalitas cacing Ascaridia galli dalam infus daun dan biji petai cina dapat dilihat pada lampiran. Data tersebut lalu dianalisis dengan metode analisis probit untuk mengetahui LC 100 infus daun dan infus biji petai cina. Hasil analisa probit tersebut dapat dilihat pada tabel 1 5

cina Infus daun petai cina Infus biji petai Persentase mortalitas LT (jam) LT (jam) (%) 10 7.903 7.052 20 10.409 9.820 30 12.215 11.815 40 13.758 13.521 50 15.201 15.114 60 16.644 16.708 70 18.187 18.413 80 19.993 20.409 90 22.498 23.177 95 24.567 25.462 99 28.448 29.750 Tabel 1. Hasil analisis probit LC 100 infus daun dan infus biji petai cina terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa infus daun petai cina memiliki LC 100 pada konsentrasi 41.755gram/100ml, sementara infus biji petai cina memiliki LC 100 6

pada konsentrasi 65.061gram/100ml.Selanjutnya dilakukan analisis LT 100 infus daun petai cina dan LT 100 infus biji petai cina dengan menggunakan LC 100 infus daun petai cina dan LC 100 infus biji petai cina tersebut. Hasil analisa LT 100 dapat dilihat pada tabel 2. Infus daun petai Infus biji petai cina (%) Persentase mortalitas cina LT (jam) (jam) ata LT (jam)s bawah 10 7.903 7.052 20 10.409 9.820 30 12.215 11.815 40 13.758 13.521 50 15.201 15.114 60 16.644 16.708 70 18.187 18.413 80 19.993 20.409 90 22.498 23.177 95 24.567 25.462 99 28.448 29.750 Tabel 2. Hasil analisis probit LT 100 infus daun dan infus biji petai cina terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro 7

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa LT 100 infus daun petai cina adalah 28.448 jam, sementara LT 100 infus biji petai cina adalah 29.750 jam. 6.000 5.000 Waktu rata-rata 4.000 3.000 2.000 1.000 daun petai cina 10% daun petai cina 20% daun petai cina 40% biji petai cina 15% biji petai cina 30% biji petai cina 60% piperazine sitrat 0,5% NaCl 0,9% Kelompok Gambar 1. ox plot distribusi rerata lama hidup cacing Ascaridia galli dalam berbagai kelompok perlakuan Setelah dilakukan uji normalitas data dengan uji Saphiro Wilk didapatkan hasil distribusi yang tidak normal (p<0,05) sehingga selanjutnya dilakukan uji non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui kemaknaan perbedaan rerata lama hidup cacing Ascaridia galli antar kelompok perlakuan dan antar kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Perbedaan dianggap bermakna jika p<0,05. 8

Tingkat kemaknaan perbedaan rerata lama hidup cacing Ascaridia galli tersebut dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Tingkat kemaknaan perbedaan rerata lama hidup cacing Ascaridia galli antar kelompok perlakuan dan antar kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol berdasarkan uji Mann Whitney Daun1 Daun2 Daun4 iji15 iji30 iji60 Piperaz NaCl 0 0 0 in 0,5 0,9 Daun T T 10 p=0.05 Daun T T 20 Daun T T 40 p=0.07 iji15 T T T p=0.050 p=0.27 p=0.18 p=.050 iji30 T T p=0.050 iji T 6 Piperaz in 0,5 p=0.050 NaCl 0,9 6 6 Keterangan : = Perbedaan ERMAKNA T = Perbedaan TIDAK ERMAKNA ermakna bila p< 0.05 9

PEMAHASAN Sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini digunakan larutan NaCl 0,9% karena sifatnya isotonis sehingga tidak merusak membran sel tubuh cacing. Dari hasil penelitian diketahui bahwa cacing Ascaridia galli mampu bertahan hidup selama 45 jam dalam larutan NaCl 0,9% dan suhu 37 o C. Hasil uji Mann-Whitney pada penelitian ini menunjukkan bahwa rerata lama hidup cacing Ascaridia galli kelompok perlakuan (infus daun petai cina dan infus biji petai cina) dan kelompok kontrol positif (larutan piperazine sitrat) mempunyai perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol negatif (larutan NaCl 0,9%). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa waktu kematian cacing Ascaridia galli yang direndam dalam kelompok perlakuan (infus daun dan infus biji petai cina) mempunyai hasil perbedaan yang bermakna (p 0,05) terhadap semua konsentrasi larutan piperazine sitrat. Namun apabila dilihat dari waktu kematian, kontrol positif (larutan piperazin sitrat) memiliki hasil yang lebih baik dari kelompok pearlakuan (infus daun dan biji petai cina). Hasil ini mungkin dikarenakan karena konsentrasi pada kelompok perlakuan yang digunakan terlalu kecil dan adanya variabilitas dari cacing. ila kedua bagian tanaman petai cina tersebut dibandingkan, infus biji mempunyai waktu kematian cacing lebih lama. Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan yang bermakna (p 0,05) antara konsentrasi terendah dengan konsentrasi yang paling tinggi, sedang konsentrasi terendah dengan konsentrasi 10

selanjutnya menunjukkan perbedaan tidak bermakna kemungkinan karena rentan konsentrasi yang kurang tinggi. Efektivitas biji petai cina ditunjukkan pada konsentrasi dengan LT 100 pada 29.750 jam sedang efektivitas daun petai cina ditunjukkan pada konsentrasi dengan LT 100 pada 28.448 jam. Selain itu daun butuh konsentrasi yang lebih kecil untuk membunuh 100% hewan coba yang dapat ditunjukkan pada Lc 100 daun yaitu 41.755gram/100ml lebih kecil dari Lc 100 biji yaitu 65.061gram/100ml. Hal ini diperkirakan dikarenakan kadar saponin dalam biji petai cina lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar saponin pada daun petai cina. KESIMPULAN infus biji dan infus daun petai cina (leucanea leucocephala) mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro walaupun khasiatnya masih di bawah obat piperazine sitrat. Apabila dibandingkan antara kedua kelompok perlakuan, yaitu infus biji dan daun petai cina daya anthelmintik,infus daun petai cina adalah lebih baik. Hal ini ditunjukkan dari analisis probit diperoleh harga LC 100 dan LT 100 infus biji petai cina(leucanea keucocephala) adalah 65.061gram/100ml dan 29.750 jam. Hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan LC 100 dan LT 100 infus daun petai cina (leucanea leucocephala) yaitu 41.755gram/100ml dan 28.448 jam. 11

SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ekstrak untuk mengetahui secara jelas zat-zat aktif yang terkandung serta bagian mana dari tanaman petai cina yang mempunyai saponin yang paling tinggi. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian serupa dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan variasi konsentrasi yang lebih tinggi untuk mengetahui konsentrasi yang paling sesuai. 3. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut ke uji daya anthelmintik menggunakan bagian-bagian dari tanaman petai cina (Leucanea leucocephala), terhadap cacing Ascaris lumbricoides secara in vitro maupun in vivo. UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan yang telah diberikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Drs. Suhardjono, Apt, M.Si selaku dosen pembimbing; Dr. Dodik Pramono, M.Kes selaku reviewer proposal; kepala bagian parasitologi; karyawan laboratorium Farmasi, Parasitologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Tak lupa juga kepada orang tua penulis yang tak habishabisnya memberi dukungan serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan pelaksanaan penelitian. 12

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonymous. Ascariasis. Available from URL: http://www. nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/006628.htm. Accessed Sept 13,2007. 2. Anonymous. Ascariasis. Available from URL: http://en.wikipedia.org/wiki/ascariasis. Accessed Sept 13,2007. 3. rown HW. Dasar parasitologi klinis dasar, edisi ketiga. Jakarta : PT Gramedia, 1982:209-17 4. Soedarto. Penyakit penyakit infeksi di Indonesia. Cetakan IV. Jakarta: Widya Medika, 1996: 15-9 5. Hendratno S, WS Hertanto, Satoto.Pencemaran telur Ascaris lumbricoides dan Trichiuris trichiura di halaman sekolah dasar di kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah. Media Medika Indonesia 1998; 33;15-8 6. H Arief. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Depok: Penebar Swadaya, 2007; 78-9 7. W Slamet, H Sari, S Nita. Efek anthelmentik pada ekstrak etanol daun petai cina. Available from URL: www.pom. go. Id. Accessed Dec 25, 2007 8. Irawan A. Menaggulangi berbagai macam penyakit ayam. Solo :CV Aneka, 1996;104 9. Soekardono S, Partosoedjono S. Parasit parasit ayam. Jakarta: PT Gramedia;1991;24-7 13

10. Mustafid, Kushartantia,Djalal, SuprihadiA, Siahaan P, Danusaputra H. aspek biologi Ascaridia galli. Majlah MIPA. Volume No 5. Semarang: Fakultas MIPA Universitas Diponegoro; 1992; 34-8 11. Akoso T. Manual kesehatan unggas panduan praktis bagi petugas teknis penyuluh dan peternak. Cetakan pertama. Yogyakarta: Kanisius; 1993;119-23 14