Karakteristik Rumah Swadaya Ditinjau Dari Pola Produksi Rumah Di Kota Semarang. Tugas Akhir. Oleh : Anggo Rasiska Lexsatyaji NIM.

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH KONVERSI LAHAN TERHADAP HARGA JUAL RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Penulisan

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali yang terletak di jantung Kota Boyolali merupakan salah satu pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PENINGKATAN PENDAPATAN TERHADAP KARAKTERISTIK HOUSING CAREER MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai sasaran, seorang peneliti perlu menggunakan suatu metode yang tepat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

III. METODE PENELITIAN. kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

B A B III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Lokasi Pulau Tidung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah atau natural setting.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Pada dasarnya metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. BERMUTU di MGMP Sub Rayon I Tanjungsari, sesuai dengan butir-butir

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif. Menurut Nasir (1988:63) Penelitian deskriptif adalah

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II METODE PENELITIAN. metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. 47 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian pada

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dan menggambarkan

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Apartemen di Kawasan Bekasi Kota

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

III. METODE PENELITIAN. Cresswell (2012: 4) penelitian kualitatif merupakan metode -metode yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

Transkripsi:

Karakteristik Rumah Swadaya Ditinjau Dari Pola Produksi Rumah Di Kota Semarang Tugas Akhir Oleh : Anggo Rasiska Lexsatyaji NIM.L2D 005 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan dan Sasaran... 4 1.3.1. Tujuan... 4 1.3.2. Sasaran... 4 1.4. Ruang Lingkup... 4 1.4.1. Ruang Lingkup Substansial... 4 1.4.2. Ruang Lingkup Wilayah... 5 1.5. Kerangka Penelitian... 6 1.6. Manfaat Penelitian... 6 1.7. Keaslian Penelitian... 7 1.8. Posisi Penelitian Terhadap Perencanaan Wilayah dan Kota... 11 1.9. Metode Penelitian... 13 1.9.1 Pendekatan Penelitian... 13 1.9.2 Tahap Pengumpulan Data... 14 1.9.3 Tahap Analisis... 19 1.10 Sistematika Penulisan... 23 BAB II TINJAUAN LITERATUR... 24 2.1. Pengertian Perumahan dan Permukiman... 24 2.1.1. Perumahan... 24 2.1.2. Pemukiman... 25

2.1.3. Perumahan Perkotaan... 26 2.1.4. Sistem Pengadaan Perumahan... 27 2.2. Pengadaan Perumahan dan Pemukiman... 29 2.2.1. Pengertian... 29 2.2.2. Unsur-unsur Pengadaan Perumahan... 29 2.3. Pengadaan Perumahan Kota Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah... 32 2.3.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah... 32 2.3.2 Aspek yang Berpengaruh dalam Pembangunan Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah... 33 2.3.3. Keterjangkauan Masyarakat dalam Pengadaan Rumah... 34 2.4. Peran Pemerintah dan Lembaga dalam Pengadaan Rumah... 35 2.4.1. Peran Pemerintah... 35 2.4.2. Lembaga yang Membantu dalam Pengadaan Rumah... 36 2.5. Perumahan Swadaya... 36 2.5.1. Pengertian Perumahan Swadaya... 37 2.5.2. Jenis-jenis Pengadaan Rumah Swadaya... 39 2.6. Dukungan Pengadaan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah... 39 2.6.1. Stakeholder dalam Pengadaan Perumahan Swadaya... 41 2.7. Sintesis Literatur... 43 2.8. Variabel Penelitian... 47 BAB III GAMBARAN UMUM PENGADAAN RUMAH SWADAYA KOTA KOTA SEMARANG... 48 3.1. Gambaran umum Kota Semarang... 48 3.1.1. Kondisi Geografis Kota Semarang... 48 3.1.2. Kondisi Kependudukan... 49 3.1.3. Kondisi Mata Pencaharian... 50 3.1.4. Kondisi Pendidikan... 51 3.2. Kondisi Ekonomi Kota Semarang... 52 3.3. Gambaran Umum Perumahan dan Permukiman Kota Semarang... 56 3.3.1. Kondisi Eksisting Perumahan dan Permukiman Kota Semarang... 56 3.3.2. Perkembangan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kota Semarang... 57 3.3.3. Penyediaan Rumah Kota Semarang... 59

3.4. Gambaran Umum Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah Kota Semarang... 60 BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK RUMAH SWADAYA DITINJAU DARI POLA PRODUKSI RUMAH... 62 4.1. Analisis Karakteristik Rumah Swadaya Ditinjau dari Pola Produksi rumah... 62 4.2.1 Pengadaan Lahan... 62 4.2.1. Pembiayaan... 69 4.2.2. Mekanisme Pelaksanaan... 72 4.2.3. Bahan Bangunan... 75 4.2.4 Pembangunan... 77 4.2 Analisis Karakteristik Rumah Swadaya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi... 82 4.3.1 Analisis Pengadaan Lahan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi... 82 4.3.2 Analisis Pembiayaan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi... 84 4.3.3 Analisis Mekanisme Pelaksanaan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi... 86 4.3.4 Analisis Bahan Bangunan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi... 86 4.3.5 Analisis Pembangunan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi... 89 4.3 Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat... 90 4.1.1 Narasumber Berdasarkan Mata Pencaharian... 91 4.1.2 Narasumber Berdasarkan Pendidikan... 91 4.1.3 Narasumber Berdasarkan Tingkat Pendapatan... 92 44. Bagan Alur Karakteristik Rumah Swadaya Ditinjau dari Pola Produksi Rumah... 93 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...98 5.1. Kesimpulan... 98 5.2. Rekomendasi... 101 5.3. Usulan Studi Lanjut... 102 DAFTAR PUSTAKA... 103 LAMPIRAN... 104

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang. Kondisi perencanaan dan pembangunan rumah sekarang ini, telah disadari menjadikan sebuah cermin untuk menatap seberapa pesatnya pertumbuhan rumah di era sekarang ini. Namun pertumbuhan tersebut tidak diiringi dengan kemajuan sumber daya-sumber daya yang ada sehingga dampak buruk telah merambah pada suatu kota. Hal tersebut dapat dilihat melalui pemenuhan perumahan, upaya penanganan perumahan yang ideal jika peningkatan kebutuhan perumahan sebanding dengan penyediaanya. Namun, pemerintah sebagai tokoh yang diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan perumahan yang dihadapi oleh masyarakat ternyata mengalami banyak keterbatasan. Pola pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pemerintah dan pengembang swasta adalah skema pengadaan rumah melalui mekanisme pasar formal dengan fasilitas kredit bagi pembelinya. Pola pembangunan seperti ini pada akhirnya terbentur pada kenyataan rendahnya kemampuan masyarakat untuk menjangkau harga rumah yang ditawarkan karena kenaikan pendapatan tidak seimbang dengan kenaikan harga rumah dan menyebabkan daya beli masyarakat secara relatif makin menurun dari tahun ke tahun. Hal inilah yang menyebabkan pola pembangunan perumahan yang ada belum mampu menjangkau segmen masyarakat berpenghasilan rendah. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan pemerintah hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat sebesar 20% dan 80% sisanya dipenuhi sendiri oleh masyarakat walaupun dengan berbagai keterbatasan dalam segi ekonomi dan fisik (Diskimtaru, 2004). Terbatasnya sumber daya dan fasilitas kota, seperti tanah dan PSD-PU menyebabkan kecenderungan harga rumah yang semakin tinggi. Fenomena ini menyebabkan semakin tingginya angka kemiskinan struktural di perkotaan, yaitu ketimpangan sosial yang terjadi karena adanya sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar karena tidak dikuasinya sumber daya kunci yang memadai. Dalam situasi ketidak mampuan tersebut, kebutuhan akan hunian apabila tidak dapat terakomodasi pasar pada akhirnya mendorong masyarakat untuk menyelenggarakan sendiri pengadaan perumahan dan pemukimannya secara swadaya. Pembangunan rumah secara swadaya merupakan salah satu upaya yang dilakukan masyarakat untuk memperbaiki akses ke sumber daya kunci yang akan mempercepat mobilitas sosial dan pada gilirannya akan memperbaiki struktur sosial, sebagai salah satu upaya pemberdayaan potensi masyarakat. Selain itu, upaya pembangunan perumahan secara swadaya 1

2 merupakan langkah awal yang dilakukan untuk memperbaiki perspektif pembangunan perumahan sebelumnya, yaitu pemerintah hanya bertindak sebagai provider dan kurang melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengadaanya. Kota Semarang merupakan salah satu kota yang masih banyak mempunyai masalah mengenai perumahan. Permintaan (demand) perumahan yang tidak sebanding dengan penyediaan (supply) menyebabkan rumah tangga di Kota Semarang yang belum memiliki rumah, yaitu sebesar 83.228 KK yang merupakan jumlah terbanyak untuk kota dan Kabupaten di Jawa Tengah (Kimpraswil, 2004). Hal tersebut tidak terlepas dari pesatnya laju urbanisasi ke Kota Semarang yang menjadi daerah tujuan urbanisasi dan banyak warga yang melakukan pembangunan rumah secara swadaya. Melihat hal ini secara tidak langsung pembangunan rumah terdapat sebuah mekanisme yang berbeda tergantung kepada seseorang yang ingin memiliki rumah. Sekarang ini masyarakat cenderung membangun rumah sendiri secara swadaya karena pengadaan rumah secara swadaya dapat dilakukan dengan biaya yang rendah dari perumahan yang disediakan oleh sektor formal (Sri, kurniasih, 2007). Hal tersebut dikarenakan pembangunan rumah secara swadaya yang mereka lakukan tidak lebih di karenakan keterpaksaan akibat kebutuhan dasar untuk keberlangsungan hidup sehingga mereka membangun rumahnya sendiri dengan kemampuan ekonomi yang mereka miliki. Namun dalam pembangunan rumah swadaya tersebut, rendahnya biaya juga tergantung dari rumah yang mereka bangun. Artinya bisa saja dengan membangunan secara swadaya bisa lebih mahal tergantung dari tingkat ekonomi dan cara pandang individu dalam mengartikan fungsi rumah ditinjau dari segi kenyamanan dan perlindungan. Perbedaan rumah swadaya (informal) dengan rumah formal dimana proses pengadaan yang dilakukan sangatlah berbeda. Pengadaan rumah swadaya (informal), pengadaan rumahnya dilakukan dengan upaya dan usaha sendiri baik dari segi lahan, pembiayaan, bahan bangunan, pembangunan, status lahan. Pengadaan rumah secara swadaya (informal) yang diadakan oleh masyarakat pada umumnya merupakan rumah yang diadakan masyarakat berdasarkan kemampuan masyarakat, sedangkan rumah formal merupakan rumah yang telah disediakan oleh pemerintah melalui Perumnas dan rumah yang disediakan oleh pengembang (swasta) Masyarakat berpenghasilan rendah dengan faktor sosial ekonomi serta perilaku yang berbeda, seperti: pekerjaan, pendidikan, tingkat pendapatan dan pandangan seseorang terhadap rumahnya akan berpengaruh terhadap pengadaan rumah yang akan dilakukan. Hal ini yang menyebabkan masyarakat mempunyai tata cara sendiri dalam upaya pengadaan rumah. Tata cara dan perilaku masyarakat dalam pengadaan rumahnya tersebut dapat dilihat dari komponen yang terkait dalam proses pengadaan rumah meliputi: pengadaan lahan, pembiayaan, mekanisme pelaksanaan, pembangunan dan bahan bangunan. Berdasarkan perbedaan pengadaan rumah yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan guna mengetahui

3 tipologi perumahan swadaya ditinjau dari pola produksi perumahannya yang nantinya menjadi dasar pemerintah dalam menciptakan iklim pembangunan kota yang baik dan untuk menciptakan peluang bagi masyarakat untuk menciptakan huniannya sendiri secara humanis. 1.2 Perumusan Masalah Upaya untuk merubah sistem pengadaan rumah menjadi sistem yang mengupayakan kepada pemberdayaan masyarakat memang sangatlah tepat dalam menyelesaikan permasalahan perumahan yang berkembang saat ini. Kondisi tersebut disebabkan karena banyaknya masyarakat kalangan bawah yang belum memiliki tempat tinggal yang layak dari segi ekonomis, selain itu kondisi tersebut juga diperburuk dengan keterbatasan potensi yang dimiliki oleh pemerintah dalam menyediakan rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Melihat kondisi tersebut, pengadaan rumah secara swadaya telah menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam upaya pengadaan rumah. Namun, potensi yang dimiliki masyarakat tersebut belum sepenuhnya mendapat perhatian dan uluran tangan dari pemerintah maupun dari pihak-pihak lain yang seharusnya berfungsi sebagai enabler untuk menjembatani mereka dalam mengakses berbagai sumber daya yang diperlukan dalam pengadaan rumah sendiri untuk mendukung tumbuh berkembangnya berbagai inisiatif dan prakarsa pembangunan rumah secara swadaya. Kondisi tersebut terjadi di Kota Semarang yang sebagian besar penduduknya melakukan pembangunan rumah mereka secara swadaya. Dalam pemenuhan rumah, masyarakat tersebut melakukannya dengan swadaya artinya mereka membangun rumah mereka sendiri melalui segenap upaya dan daya kemampuan mereka sendiri baik dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Mereka tidak memerlukan kondisi rumah yang ideal namun mereka hanya memandang rumah sebagai tempat berteduh. Hal tersebut tidak lain dikarenakan himpitan faktor ekonomi. Kemauan masyarakat untuk membangun rumah secara swadaya merupakan sebuah potensi yang memang begitu besar walaupun dalam penerapannya mereka hanya mempertimbangkan dari segi kemampuan mereka. Namun, dalam potensi tersebut terdapat permasalahan yang cukup pelik diantara adalah : Kurangnya dukungan pemerintah dalam memfasilitasi terwujudnya pembangunan perumahan swadaya dengan baik dan layak. Tidak adanya jembatan penghubung antara masyarakat pengguna rumah dengan pemerintah. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dalam memandang fungsi rumah.

4 Melihat permasalahan-permasalahan tersebut tentu saja menjadikan sesuatu hal yang sangat menarik dimana dengan permasalahan yang ada mereka mampu untuk mambangun rumah mereka sendiri. Selain itu wujud nyata dalam pembangunan rumah harus memperhatikan komponen-komponen pengadaan rumah seperti pengadaan lahan, setifikasi, pembiayaan dll. Mengingat dalam pengadaan rumah swadaya masyarakat dilakukan dengan upaya secara mandiri dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan masyarakat. Sehingga, penelitian ini mampu menjawab pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana karakteristik rumah swadaya dan rumah informal ditinjau dari pola produksi rumah. 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan karakteristik rumah swadaya dan rumah informal ditinjau dari pola produksi rumah. 1.3.2 Sasaran Mengidentifikasi karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah meliputi pengadaan lahan, pembiayaan, mekanisme pelaksanaan, bahan bangunan dan pembangunan. Mengidentifikasi karakteristik rumah swadaya terhadap karakteristik sosial ekonomi masyarakat. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan, pendidikan, mata pencaharian 1.4 Ruang lingkup Penelitian. 1.4.1 Ruang Lingkup Substansial. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dalam pembahasan studi ini dibatasi pada : Identifikasi karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah. Dalam kegiatan ini akan dibahas mengenai bentuk perumahan swadaya ditinjau dari pola produksi perumahannya, didalamnya meliputi komponen pengadaan rumah dimana nantinya dapat diketahui suatu proses yang dilakukan masyarakat dalam membangun rumahnya secara swadaya. Dalam suatu proses pengadaan rumah swadaya tentunya terdapat berbagai pertanyaan tentang komponen pengadaan rumah diantara adalah bagaimana pengadaan bahan bangunan, bagaimana proses pembiayaan, bagaimana proses pembangunannya dll. Jadi dalam membangunan rumah swadaya baik yang menggunakan modal yang lebih atau yang sedikit tentunya memiliki proporsi

5 yang berbeda. Hal itulah yang menjadi sebuah penelitian dan pengamatan sehingga pantas untuk dilihat lebih mendalam. Identifikasi karakteristik rumah swadaya terhadap karakteristik sosial ekonomi masyarakat. Dalam hal tersebut akan dibahas mengenai bentuk rumah yang dibangun masyarakat dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan rumahnya dengan melihat karakteristik sosial ekonomi masyarakat secara detail. Hal tersebut perlu untuk dilakukan karena dengan melihat tipologi rumah yang di bangun masyarakat secara tidak langsung dapat terlihat kondisi sosial ekonomi masyarakat secara lebih terperinci. Identifikasi Karakteristik sosial ekonomi. Dengan melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat maka secara tidak langsung dapat mengetahui pandangan masyarakat dalam pengadaan rumah secara swadaya. Karakteristik sosial ekonomi tersebut dilakukan dengan mengetahui tingkat pendapatan, mata pencaharian, pendidikan. Karakteristik sosial ekonomi tersebut merupakan perwujudan dari suatu bentuk sistem sosial dimana dalam klasifikasinya dibagi berdasarkan dua karakter yaitu agraris dan urban. Agraris merupakan suatu pembentukan masyarakat yang masih mempunyai corak budaya kegotongroyongan yang tinggi atau disebut dengan paguyuban, sedangkan urban merupakan masyarakat yang memiliki karakteristik yang beragam dikarena mereka yang tinggal merupakan kumpulan masyarakat dari berbagai daerah atau disebut patembayan. Apabila tingkat sosial ekonomi masyarakat secara umum baik maka dalam pengadaan rumah secara swadaya tentunya mampu melebih kondisi ideal dan jika kondisi sosial ekonomi masyarakat tergolong tingkat ke bawah maka dalam pemenuhan rumah swadaya mereka hanya melihat seberapa besar kemampuannya dalam membangun rumah mereka sendiri. 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Wilayah Semarang terdiri dari 16 wilayah kecamatan dan 177 kelurahan, dengan bentuk topografi dataran rendah di bagian utara yang dikenal dengan Semarang Bawah dan daerah perbukitan di bagian selatan yang dikenal dengan Semarang Atas. Luas wilayah Kota Semarang adalah 37.360,947 Ha, dengan batas-batas administratif sebagai berikut: Sebelah utara : Laut Jawa Sebelah timur : Kabupaten Demak Sebelah selatan: Kabupaten Semarang Sebelah barat : Kabupaten Kendal Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar Peta no. 1.1.

6 1.5 Kerangka Penelitian Kebutuhan rumah yang sangat tinggi di Kota Semarang dan terbatasnya kemampuan pemerintah dalam penyediaan perumahan murah bagi masyarakat telah mendorong upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dengan kekuatan sendiri untuk memperbaiki akses ke sumber daya kunci yang akan mempercepat mobilitas sosial dan pada gilirannya akan memperbaiki struktur sosial. Dalam pelaksanaan pengadaan rumah swadaya, masyarakat mempunyai banyak keterbatasan dan kendala dalam pengadaan rumah sehingga banyak diantara mereka yang belum dapat mengadakan rumah secara swadaya secara baik dan benar. Hal ini desebabkan pengadaan rumah bukan merupakan hal yang mudah dan memerlukan biaya yang cukup besar. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan tipologi pengadaan rumah swadaya di Kota Semarang. Untuk memperoleh tujuan tersebut maka langkah awal yang dilakukan adalah dengan identifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Kota Semarang. Kemudian di analisa secara gamblang dengan mengamati perilaku sosial mereka beserta alasan mereka membangun rumah dengan swadaya. Selain itu juga dilakukan identifikasi dalam pengadaan komponen-komponen perumahan swadaya yang meliputi pelaksanaan pembangunan fisik, pengadaan lahan, pembiayaan, mekanisme pelaksanaan dan bahan bangunan. Cara untuk mengidentifikasi pengadaaan komponen perumahan swadaya tersebut adalah dengan mengetahui pendapat dan proses yang mereka lakukan sehingga dari pendapat dan proses tersebut dapat diketahui perilaku dan tata cara masyarakat atau individu dalam pengadaan rumahnya sendiri. Dari langkah-langkah tersebut kemudian di analisis secara kualitatif yaitu dengan kualitatif deskriptif dan deskriptif komparatif dibantu dengan kompilasi menggunakan pengkodean berdasarkan perilaku-perilaku yang ada pada masyarakat kemudian dirumuskan menjadi suatu bentuk-bentuk atau pola pengadaan rumah swadaya di Kota Semarang. Untuk lebih jelasnya dapat diliohat pada Gambar 1.2 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang berjudul Karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah adalah untuk memajukan perencanaan dan pembangunan kota khususnya dalam bidang perumahan sehingga mampu untuk mengatasi permasalahan perumahan yang berujung pada mekanisme pengadaan rumah. Selain itu penelitian tersebut juga sebagai masukan untuk pemerintah yang pada hal ini adalah dinas terkait dalam bidang perumahan swadaya supaya dapat menciptakan dan memberikan bantuan dalam perumahan swadaya karena perumahan swadaya akan mampu memberikan peluang bagi masyarakat untuk menciptakan rumahnya sendiri.

7 1.7 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota maupun di luar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh pihak atau pihak manapun. Oleh karena itu, untuk melihat secara jelas perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya dan posisi penelitian terhadap penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1,3 berikut.

8

9 Peningkatan Kebutuhan Rumah Peningkatan jumlah penduduk Namun, Tidak diiringi dengan peningkatan ekonomi Faktor keterdesakan akan kebutuhan rumah Tidak ada jembatan penghubung antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan rumah bagi masyarakat Sehingga, pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat secara merata Muncul inisiatif masyarakat dalam pengadaan perumahan swadaya Melihat kondisi tsb maka pemerintah berupaya mendukung perumahan swadaya dgn mencanangkan konsep rumah swadaya. Namun pengertian mengenai konsep rumah swadaya tsb belum begitu jelas karena terdapat kedekatan hubungan dengan rumah informal Latar Belakang Bagaimana karakteristik rumah swadaya & rumah informal ditinjau dari pola produksi rumah Pertanyaan Penelitian Menjelaskan karakteristik rumah swadaya dan rumah informal ditinjau dari pola produksi perumahannya Tujuan Identifikasi karakteristik rumah swadaya (informal) ditinjau dari pola produksi rumah: Pengadaan lahan. Pembiayaan. Mekanisme pelaksanaan. Bahan bangunan. pembangunan Identifikasi karakteristik masyarakat. Mata pencaharian. Tingkat pendapatan. Tingkat pendidikan Identifikasi karakteristik rumah swadaya (informal) terhadap karakteristik sosial ekonomi masyarakat Proses Konsepsi operasional rumah swadaya dan rumah informal ditinjau dari pola produksi perumahannya Hasil Kesimpulan dan rekomendasi sumber: Analisis, 2010 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran

10 TABEL 1.1 KOMPARASI PENELITIAN TERDAHULU PENELI TI Sunarti Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan P2BPK Budi Bidiman Wahyu Anni Widiprata manti Muh. Dahlan Irma Nuryani Anggo Rasiska Lexsatyaji JUDUL TUJUAN METODE LOKASI OUTPUT Evaluasi Pengadaan Perumahan Bagi Golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah melalui P2BPK Studi Kebutuhan Fasilitas Perumahan Buruh di Kawasan Industri. Kajian Peran Serta Masyarakat Kelompok Asri Mandiri dalam Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok di Semarang. Indentifikasi Pengadaan Rumah Swadaya oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah Menitikberatkan pada upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2BPK di Kota Semarang. Dalam penelitian ini dikaji mengenai bentuk partisipasi, faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, serta cara peningkatan partisipasi masyarkat dalam pelaksanaan P2BPK Mengevaluasi pelaksanaan pengadaan perumahan yang dilakukan melalui P2BPK Mengetahui tingkat kepentingan/kebutuhan nyata perumahan buruh di sekitar kawasan industri Merumuskan model penyediaan fasilitas perumahan yang sesuai dengan karakteristik buruh di kawasan industri Terboyo Semarang Mengkaji peran serta masyarakat dalam pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok (P2BPK) Mengidentifikasi pengadaan rumah yang dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Tembalang Menjelaskan karakteristik rumah swadaya dan rumah informal ditinjau dari pola produksi rumah Sumber : Penyusun yang dari dasarkan dari berbagai sumber,2010 Deskriptif kualitatif dan kuantatif dengan metode crosstab Metode skala dengan jenis semantic differential. Deskriptif kualitatif dan statistik kuantitatif dengan multiple regression Deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan metode crosstab Kualitatif deskriptif dan kuantitatif dengan metode crosstab Kualitatif deskriptif dan deskriptif komparatif Tiga Lokasi P2BPK: KSM Bhakti Karya di MuktiharjoKidul, KSM Karya Griya Raharja di Tlumpak dan KSM Griya Mentari di Kalialang Baru Perumahan Kelurahan Kecamatan Cibiru Kopedi Palasari Kawasan Industri Terboyo Semarang KSM Asri Mandiri di Semarang Perumahan Swadaya di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Studi Kasus Kota Semarang Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat sebagian kecil berbentuk usulan. Sedangkan sebagian besar tidak memberikan kontribusi tetapi berusaha untuk berpartisipasi dengan melakukan komunikasi dan mencari informasi tentang program Implementasi kegiatan P2BPK dilaksanakan dengan konsep dan mekanisme P2BPK, tetapi penilaian secara umum dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penghunian yang didapat cukup dengan peresentase interval 70% Buruh di kawasan terboyo tidak memerlukan perumahan formal tetapi hanya membutuhkan fasilitas perumahan yang berbentuk dormitory yang merupakan perluasan dari Pondok Boro yang telah ada, karena sebagian besar buruh telah mempunyai rumah di daerah asal (desa) Peran serta pada pelaksanaan P2BPK di Kota Semarang belum sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena kurangnya pendidikan/pengetahuan tentang program P2BPK, serta pendapatn masih rendah. Karakteristik rumah swadaya memiliki berbagai macam pola produksi. Kondisi tersebut sangat erat dipengaruhi oleh kondisi dan motifasi masyarakat

11 Aspek Kebijaksanaan Kebijaksanaan Pemerintah. Undang-undang. Kelembagaan. Program Pemerintah Rumah yang dibangunoleh sektor formal (Rumah mewah, Rumah Menengah dll Pembangunan perumahan dan permukiman Sektor Formal. Pemerintah. Swasta. hibrida Sektor/Aktor Pembangunan Perumahan Sektor Informal. Masyarakat Pelaksanaan pembangunan rumah. Organisasi Pelaksanaan. Pendanaan. Pengadaan lahan dan prasarana. Pembangunan fisik rumah Pelaksanaan Pembangunan Perumahan oleh masyarakat Pengadaan rumah secara kelompok baik formal maupun informal Pengadaan rumah secara swadaya Penelitian Sekarang Tahun 2010 Karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah Sumber: Penyusun 2010 Gambar I.3 Posisi Penelitian terhadap Penelitian Terdahulu 1.8 Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota Penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta yang ada sehingga akan dicoba untuk diteliti dengan menerapkan dan membuktikan teori maupun metode yang telah ada. Perumahan merupakan bagian ilmu dari perencanaan wilayah dan kota dan merupakan suatu kebutuhan dasar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, sehingga pengembangan perumahan bagi masyarakat merupakan wadah untuk pengembangan sumber daya dan peningkatan kualitas hidup. Adapun posisi penelitian terhadap Perencanaan Wilayah dan Kota dapat dilihat pada gambar I.4 berikut:

12 Penerapan dan Pengembangan Teori Perencanaan Wilayah dan Kota Perencanaan dan Perancangan Kota Perencanaan dan Perancangan Kota Perumahan. Kebutuhan Pembiayaan. Kelembagaan Pengadaan Perumahan UU No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman UU No 28 Tahun 2002 Pasal 43 ayat 4 tentang Pembanguna Perumahan Swadaya Perumahan dan permukiman merupakan bagian dari perencanaan wilayah dan kota sebagai salah satu kegiatan utama perkotaan yang mempunyai peranan yang strategis dalam penentuan kelangsungan suatu kota dan ikut serta dalam pembentukan watak dan keprobadian bangsa Prinsip pemenuhan kebutuhan perumahan adalah tanggung jawab masyarakat sendiri, maka penempatan masyarakat sebagai pelaku utama dengan strategi pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang sangat strategis Karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah Pengadaan rumah secara swadaya Sumber: Penyusun 2010 Gambar I.4 Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota

13 1.9 Metode Penelitian. 1.9.1 Pendekatan Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif tersebut lebih menekankan pada pemahaman tentang apa yang dimaksud rumah swadaya. Mengacu pada pendekatan penelitian tersebut diharapkan mampu untuk mencapai tujuan penelitian yang berjudul Karakteristik rumah Swadaya Ditinjau dari Pola Produksi rumah. Pendekatan kualitatif adalah salah satu pendekatan yang oleh peneliti sering membuat dasar pertama kali aliran ilmu pengetahuan pandangan konstruktivis (misalnya, mengartikan berbagai macam pengalaman seseorang, mengartikan bentuk riwayat dan kondisi sosial, dengan maksud mengembangkan teori atau pola-pola) atau dari sudut pandangan pembelaan/keikutsertaan (misalnya, politik, orientasi isu, kolaborasi, atau orientasi perubahan) atau kedua-duanya (Creswell, 2003). Menurut Denzin dan Lincoln, (1987) dalam Moleong (2004: 5) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Metode pengumpulan data yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2004: 5). Adapun beberapa alasan yang mendasar berkaitan dengan penggunaan pendekatan kualitatif tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian kualitatif digunakan karena dalam pembangunan rumah swadaya. Masyarakat memiliki suatu sistem dan mekanisme yang berbeda-beda dalam pengadaan rumahnya secara swadaya sehingga proses tersebut perlu untuk dikaji dan dipahami lebih jauh. 2. Penelitian tersebut mempunyai banyak informasi sebagai sebuah masukan penting mengenai unsur-unsur dalam pengadaan rumah secara swadaya sebagai penekanan sebuah data yang bersifat deskriptif (Tidak menekankan pada angka -angka). Unsur tersebut meliputi pembiayaan, organisasi pelaksanaan, pembangunan fisik, pengadaan lahan dll, dimana unsur tersebut dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengadaan rumah swadaya. 3. Permasalahan yang masih dapat berkembang selama penelitian tersebut berlangsung di lapangan. 4. Dalam penelitian ini, tidak digunakan instrumen untuk mengukur status variabel yang diteliti, melainkan peneliti yang berperan menjadi instrumen dalam melakukan analisis terhadap variabel-variabel penelitian.

14 5. Teknik pengumpulan data lebih bersifat participant observation (observasi berperan serta) dan In Depth Interview (wawancara mendalam) dengan tingkat interaksi terhadap responden lebih intensif. 6. Sampel penelitian jumlahnya tergantung pada tingkat kesamaan jawaban yang diberikan masyarkat kepada peneliti (snow ball) 1.9.2 Tahap Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data terdapat tiga tahapan meliputi teknik pengumpulan data, kebutuhan data, dan kompilasi data. Dimana tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: Teknik Pengumpulan Data. Dalam teknik pengumpulan data tersebut terbagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer meliputi Observasi langsung merupakan metode pengamatan dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2003: 175). Observasi langsung dalam tipologi perumahan swadaya tersebut dilakukan pada saat survei dengan cara melihat secara langsung objek yang diamati yaitu rumah, kemudian menanyakan kepada orang atau masyarakat setempat apakah rumah tersebut dibangun dengan swadaya berdasarkan komponen terkait dengan proses pengadaan rumah Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka dengan menggunakan alat yaitu panduan wawancara ( interview guide) (Nazir, 2003: 193). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada masyarakat mengenai proses pembangunan rumahnya dimana hal tersebut meliputi pengadaan lahan, pembiayaan, mekanisme pelaksanaan, bahan bangunan dan pembangunan. Tanya jawab tersebut dilakukan dengan cara snowballing terhadap masyarakat terkait dengan pola produksi rumahnya secara swadaya. Kuesioner merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan peneletian dengan cara menyebarkan angket yang ditujukan kepada masyarakat guna menjawab pertanyaan yang ada pada angket tersebut. Pengumpulan data sekunder

15 Kajian Teori atau literatur Kajian literatur merupakan salah satu cara memperoleh data dan informasi dari literatur-literatur yang sudah ada yang digunakan sebagai pemahaman dasar tentang objek penelitian. Literatur-literatur tersebut meliputi kajian tentang perumahan dan permukiman secara umum, permasalahan perumahan dan permukiman, pembangunan perumahan swadaya. Survey Instansi Survey yang dilakukan kepada instansi terkait dengan perumahan dan permukiman swadaya. Survey instansi tersebut dilakukan untuk mencari data tentang perkembangan rumah, jumlah penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan, pendapatan, kondisi dan jenis rumah, pembangunan rumah oleh PERUMNAS dll yang nantinya dapat dijadikan gambaran tentang kondisi rumah di Kota Semarang.

16 TABEL I.2 KEBUTUHAN DATA No Sasaran Variabel Kebutuhan Data 1 Mengidentifkasi karakteristik rumah swadaya ditinjau dari pola produksi rumah 2 Mengidentifikasi karakteistik sosial ekonomi masyarakat. Pengadaan lahan Pembiayaan. Mekanisme pelaksaan fisik Bahan material pembangunan Pendidikan. Mata pencaharian. Proses pengadaan rumah Tingkat sosial masyarakat dan SDM Tingkat ekonomi masyarakat Metode pengumpulan Data Primer Sekunder & Primer Teknik Pengumpulan Data Wawancara & kuesioner Wawancara & Kuesioner Tahun Data 2009 Sumber Data Masyarakat 2009 Masyarakat & Instansi Pendapatan. Tingkat pendapatan 3 Mengidentifikasi karakteristik rumah swadaya terhadap karakteristik sosial ekonomi Sumber: Penulis 2010 Proses pembangunan & pengadaan rumah Proses pembangunan Primer Wawancara & Kuesioner 2009 Masyarakat.

17 Kompilasi Data Tujuan dilakukannya kompilasi data adalah untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk analisis. Untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk analisis, terdapat empat tahap yang terdiri dari: Tahap pengkodean data Pengkodean digunakan untuk memecah persoalan sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan pendalaman lebih jauh mengenai fenomena dan pendapat yang terdapat pada masyarakat. Kode merupakan singkatan atau simbol yang diterapkan pada sekelompok kata-kata agar mudah untuk menganalisis (Miles dan Huberman, 86-87). - Kategori data, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, komponen pengadaan rumah yang meliputi, organisasi pelaksanaan, pembiayaan, pembangunan fisik, pelaksanaan (menggunakan penjelasan deskriptif bukan dengan angka), identifikasi pembangunan rumah swadaya. - Sumber data, meliputi hasil wawancara setiap responden penelitian. - nomor halaman pada rekapitulasi hasil wawancara - Satuan untuk data telaah dokumen, dibuat dengan menulis kode alenia pada masing-masing rekapitulasi wawancara. Pengkategorian data Pada tahap ini, data dikategorisasikan berdasarkan jenis analisis. Kategorisasi ini dilakukan untuk mempermudah dalam proses analisis. Verifikasi data Verifikasi dilakukan agar data lebih akurat dan dapat dipakai. Dari permulaan pengumpulan data, seorang menganalisis kualitatif mulai dari arti benda-benda mencatat keteraturan, pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proporsi. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi menjadi lebih rinci dan mengakar kokoh. Agar data dan informasi yang diperoleh sesuai dengan dengan penelitian (Creswell, 1994 : 149), maka langkah yang dilakukan meliputi: Dalam hal data primer seperti halnya wawancara dengan informan perlu dicek lagi dengan menanyakan kembali kepada informan yang lain. Jika jawaban

18 informan yang lain sama seperti yang diutarakan oleh informan sebelumnya, maka data dianggap akurat, valid dan dapat dipercaya. Jika data dan informasi yang didapat menimbulkan suatu keraguan atau ketidakjelasan bagi peneliti, maka langkah yang dilakukan oleh peneliti yakni dengan bertanya kepada informan (member check) pada saat tersebut ataupun pada pertemuan yang lainnya. Verifikasi ini dilakukan terhadap data sekunder yang didapat. Data sekunder tersebut dapat ditanyakan kepada informan maupun dengan mengadakan crosscheck di lapangan. Dengan verifikasi ini diharapkan data data yang didapat dapat valid dan sesuai dengan kebutuhan data yang dinginkan. Tahap penyajian data Penyajian data sebagai hasil kompilasi data dilakukan untuk memudahkan pembacaan data dengan cara visualisasi data agar dapat dipahami dengan mudah. Dalam pelaksanaan penelitian, penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. penyajian data tersebut meliputi berbagai jenis matrik, grafik, jaringan, dan bagan (Miles dan Huberman, 18). Sedangkan menurut Sugiono data kualitatif disajikan dapat berupa: - Deskripsi, merupakan bentuk uraian deskriptif mengenai objek penelitian dengan informasi berasal dari observasi langsung ( direct observation) maupun deskripsi mengenai lembaga-lembaga yang terlibat dalam kredit mikro perumahan di Kota Semarang. - Tabel, merupakan bentuk hasil tabulasi data yang diperoleh dari instansi ataupun lembaga keuangan mikro yang berupa angka-angka. - Gambar, merupakan bentuk visualisasi dari objek penelitian, yang biasanya berupa peta, gambar, foto ataupun grafik yang diperoleh dari survey instansional maupun pengamatan langsung di lapangan. Penetuan obyek penelitian Dalam studi kualitatif, setiap subjek terkait merupakan informan yang dipandang sebagai kasus dalam kejadian tertentu, sehinga sampel yang digunakan memiliki karakter tertentu (Salim, 2006), yaitu: 1. Tidak berdasar jumlah, tetapi mengutamakan kekhususan/kualitas sampel sesuai fokus penelitian, karena jumlah sampel yang besar bisa saja membatasi kedalaman kajian. 2. Bisa berubah di tengah jalan sesuai pemahaman dan kebutuhan studi. 3. Tidak diarahkan pada keterwakilan, tetapi pada kesesuaian dengan konteks penelitian. Dari beberapa macam pengambilan sampel dalam penelitian, penelitian ini menggunakan sampel bertujuan ( purposive sampling). Purposive sampling adalah pengambilan sampel sumber

19 data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:53). Pada penelitian tipologi perumahan swadaya ditinjau dari pola produksi perumahannya, penentuan objek penelitian dilakukan dengan cara melihat dan bertanya kepada masyarakat tentang proses pembangunan rumahnya. Apabila masyarakat tersebut membangun secara swadaya dan berdasarkan komponen terkait dengan proses pembangunan rumah maka masyarakat tersebut layak untuk objek penelitian. Purposive sampling dalam penelitian ini dilakukan secara langsung memilih kelompok yang berkaitan dalam pembangunan rumah secara swadaya, dimana lembaga tersebut bertugas untuk mendampingi serta membantu masyarakat dalam pengadaan rumah swadaya. Dasar penentuan Purposive sampling tersebut adalah: Untuk membatasi sampel yang dipilih penelitian tersebut, dikarenakan banyaknya kelompok yang bergerak dalam sektor perumahan sehingga pembatasan dilakukan kepada lembaga yang bergerak dalam perumahan swadaya saja bukan pada lembaga keuangan lainnya. Mengurangi objek penelitian yang bersifat homogen. Dapat menghemat waktu, tenagam dan biaya. Sedangkan untuk objek penelitian dari masyarakat berpenghasilan rendah maupun masyarakat yang membangun rumahnya secara swadaya, metode yang digunakan yaitu metode target populasi terbatas. Target populasi yang digunakan yaitu masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat yang membangun rumahnya secara swadaya. Alasan yang mendasari pemilihan target populasi ini adalah bahwa penemuan karakteristik pengadaan rumah secara swadaya dapat dijumpai apabila dapat menemukan masyarakat yang membangun rumahnya secara swadaya. Jumlah target populasi tersebut masih memungkinkan untuk dikakukan wawancara satu per satu dengan teknik snowbolling untuk memperoleh masukan berupa proses pembangunan rumahnya secara swadaya. Teknik snowbolling tersebut diambil dari sampel awal dari informan kunci yang kemudian digabing dengan teori. Setelah mendapat variasi yang sama atau masukan yang sama maka proses dari teknik tersebut dihentikan. 1.9.3 Tahap Analisis Analisis Kualitatif Adapun sifat dari metode analisis kualitatif di dalam penelitian ini digunakan untuk menerangkan data-data yang bersifat kualitatif dan implikatif yang ditimbulkan dari data-data tersebut. Data yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut berasal dari wawancara instansi serta dari masyarakat. Teknik analisis yang digunakan dalam metode analisis kualitatif tersebut adalah sebagai berikut: - Analisis deskriptif kualitatif

20 Analisis deskriptif adalah analisis yang secara cermat mengamati suatu fenomena tertentu melalui pengumpulan fakta tanpa melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1991:4). Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena (Arikunto, 1998: 245). Dengan analisis deskriptif kualitatif ini, dapat diketahui gambaran umum mengenai komponen pengadaan rumah swadaya meliputi organisasi pelaksanaan, pembiayaan, dan mekanisme pembangunan rumah, karakteristik sosial ekonomi budaya masyarakat. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam proses analisis ini adalah wawancara dan observasi lapangan. - Analisis deskriptif komparatif Analisis deskriptif komparatif merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan objek penelitian dengan penelitian lain yang bersumber dari literatur yang kemudian akan diketahui persamaan ataupun perbedaan serta kekurangan maupun kelebihan masing-masing (Arikunto, 1998: 247-248). Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan antara tipologi perumahan swadaya secara teori dan temuan di lapangan yang nantinya dirangkum dan ditarik kesimpulan yang berupa definisi yang selanjutnya akan terbentuk suatu tipologi pembangunan rumah swadaya. Selain itu juga untuk menganalisis pengadaan rumah secara swadaya. Kedua analisis tersebut akan dijadikan suatu proses analisis sesuai dengan jenis analisis. Adapun jenis analisis tersebut sebagai berikut: 1. Analisis Karakteristik rumah Swadaya Ditinjau dari Pola Produksi rumah. Dalam analisis tersebut menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hal tersebut bertujuan untuk menganalisis tipologi perumahan swadaya yang dilakukan masyarakat dan mengeksplorasi proses produksi perumahannya dimana dalam hal tersebut dibatasi pada. Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan rumah secara swadaya tersebut akan ditinjau berdasarkan sumber dana untuk pengadaan rumah swadaya. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Analisis Pengadaan Lahan Analisis pengadaan lahan akan ditinjau dari cara mendapatkan lahan untuk membangun rumah swadaya. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Analisis Mekanisme Pembangunan Fisik Rumah. Dalam analisis ini akan ditinjau mekanisme pengadaan rumah swadaya yang dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

21 Analsis Pelaksanaan Dalam analisis ini akan dibahas proses pelaksanaan seluruh pembangunan perumahan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. 2. Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat. Dalam analisis tersebut menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Karakteristik masyarakat akan dianalisis berdasarkan mata pencaharian, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, domisili, daerah asal. Sehingga karakteristik masyarakat tersebut digunakan sebagai input bagi analisis pengadaan rumah secara swadaya. 3. Anailisis Karakteristik Rumah Swadaya Ditinjau dari Pola Produksi rumah terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat. Dalam analisis tersebut akan ditinjau mengenai tipologi perumahan swadaya yang selanjutnya akan di komparasikan dengan karakteristik sosial ekonomi masyarakat. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif. Tahap-tahap pelaksanaan studi tersebut dapat dilihat dalam kerangka analisis pada Gambar I.5 berikut.

22 Studi literatur Konsep rumah swadaya dan rumah informal 1. Pembiayaan. 2. Pengadaan lahan. 3. Mekanisme pembangunan fisik rumah. 4. Pembangunan. 5. Pengadaan Bahan Bagunan Mengidentifikasi tipologi perumahan swadaya (informal) ditinjau dari pola produksi perumahannya Komponen pengadaan rumah swadaya meliputi pembiayaan, pengadan lahan, mekanisme pembangunan fisik, pembangunan dan pengadaan bahan bangunan 1. Mata Pencaharian. 2. Tingkat Pendapatan. 3. Tingkat Pendidikan. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat Karakteristik sosial ekonomi masyarakat dalam pengadaan rumah swadaya Analisis tipologi perumahan swadaya terhadap karakteristik sosial ekonomi masyarakat Tipologi perumahan swadaya (informal) ditinjau dari pola produksi perumahannya. Konsep operasional rumah swadaya & rumah informal ditinjau dari pola produksi rumah Kesimpulan dan Rekomendasi sumber:penyusun 2010 Gambar I.5 Kerangka Analisis

23 1.10 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup pembahasan berupa ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansial, kerangka penelitian, sistematika pembahasan, dan metode penelitian BAB II KAJIAN TEORI PEMBANGUNAN RUMAH SWADAYA Berisi mengenai literatur yang berhubungan dengan pembangunan perumahan swadaya meliputi teori mengenai unsur-unsur dalam pembangunan perumahan swadaya, perumahan swadaya, sistem perumahan sosial. BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH STUDI KOTA SEMARANG Berisi mengenai gambaran umum wilayah studi dan karakteristik masyarakat di Kota Semarang serta mengenai gambaran perumahan swadaya. BAB IV ANALISIS TIPOLOGI PERUMAHAN SWADAYA DITINJAU DARI POLA PRODUKSI PERUMAHANNYA Berisi mengenai analisis tipologi perumahan swadaya ditinjau dari pola produksi perumahannya yang akan dirumuskan kepada masyarakat yang membangun rumah secara swadaya meliputi kondisi sosial ekonomi masyarakat, komponen pengadaan rumah swadaya seperti pengadaan lahan, pembiayaan, mekanisme pelaksanaan, bahan bangunan dan pembangunan BAB V PENUTUP Bab ini berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian beserta rekomendasi baik kepada pemerintah maupun masyarakat dalam pelaksanaan pengadaan rumah informal atau swadaya sesuai dengan hasil penelitian yang didapat.