Seorang pemuda dengan tinggi sekitar 170 cm yang terlihat paling pendek dari pemuda lainnya itu memakai baju koko lengan panjang warna hijau terang dengan sarung kotak-kotak warna biru tua di atas mata kaki dan ia mengenakan peci putih. Pemuda lainnya mengenakan kemeja batik lengan pendek dengan celana kain warna hitam. Seorang pemuda lagi memakai jaket himpunan berwarna hijau tua dan celana jeans biru muda. Mereka melangkah pulang bersama menuju ke sebuah rumah tak jauh dari masjid ungu. Rumah bercat orange yang terletak di dekat lapangan desa Blater. Rumah yang ditempati tiga pemuda mahasiswa teknik semester 4 itu tidak sengaja dikontrak, tapi awal mereka tinggal bersama yaitu ketidaksengajaan ketika mereka menjadi mahasiswa baru dan tiba di Purbalingga untuk mencari kos.
Di dinding depan sebelah plat nomor rumah 27 ditempel kertas HVS berukuran A2 yang dilaminating dan bertuliskan KOS HATI. Terkadang beberapa orang heran, rumah yang dihuni oleh pemuda tampan nan gagah yang sering meramaikan masjid kenapa dinamai KOS HATI yang terdengar begitu feminim. Ternyata alasan tiga pemuda tadi menamai rumah tersebut dengan KOS HATI sangat sederhana yaitu ketika pertama kali tiba di rumah tersebut, tiga pintu kamar yang ada di dalam rumah itu menempel gantungan kunci dari busa yang dibungkus kain dan dibentuk menyerupai hati. Masing-masing gantungan kunci itu berwarna merah, biru dan hijau. Pemuda bersarung itu membuka pintu utama dengan kunci tanpa gantungan kunci. Ia masuk diikuti dua pemuda lainnya. Rumah berukuran 6 x 12 meter itu terdiri dari 3 kamar, 1 2
ruang tamu, ruang tengah yang agak lebar, 1 kamar mandi dan dapur. Pemuda yang memakai baju koko lengan panjang warna hijau terang dengan sarung kotakkotak warna biru tua di atas mata kaki, segera membuka kamarnya yang terletak paling depan di samping ruang tamu dengan kunci yang digantungi hati berwarna merah. Namanya Umar Syahbani. Pemuda berkulit sawo matang dengan tinggi badan 170 cm ini sering kali memakai celana di atas mata kaki. Umar lahir di Tanjung Enim Sumatera Selatan pada 2 Januari 1993. Pemuda ini terlihat lebih dewasa dari dua rekannya, ia memang yang memimpin kos hati. Dua rekannya pun sangat menyeganinya, seringkali mereka meanggilnya Bang Umar, walau pun mereka bertiga lahir pada tahun yang sama. Umar masuk UNSOED lewat jalur SNMPTN undangan karena nilai raportnya cukup baik di SMA dan Teknik Sipil UNSOED merupakan pilihan 3
pertamanya. Ia sengaja mencari kampus di Pulau Jawa karena ia merasa sistem pendidikannya lebih bagus dan ia ingin merasakan hidup mandiri. Sosok ayah menjadi idolanya dalam menuntut ilmu, ayahnya lulusan S2 Teknik Elektro King AbdulAziz University Arab Saudi. Walau pun ia menyenangi dunia teknik seperti ayahnya, namun ia lebih tertarik pada dunia teknik sipil bukan teknik elektro. Dengan dibantu memperoleh informasi dari pamannya di Kebumen, akhirnya Umar memutuskan untuk berhijrah dalam menuntut ilmu. Umar yang memiliki janggut tipis, kini telah menjadi ketua bidang kaderisasi dalam Salam Persaudaraan Mahasiswa Muslim Teknik (Salman MM Teknik) UNSOED, sangat aktif dalam melaksanakan kegiatan di Lembaga Dakwah Kampus. Baginya dakwah itu tak kenal lelah Pemuda lainnya dengan membawa gantungan kunci hati berwarna biru tua memasukkan kunci ke lubang pintu dan 4
mendorong engselnya. Pemuda dengan kemeja batik dan celana kain berwarna hitam itu bernama Zulkham Faza. Ia lebih sering dipanggil Izul. Pemuda dengan koleksi baju kuliahnya hampir semuanya batik dari kota ia dilahirkan yaitu Pekalongan, memiliki postur lebih tinggi 2 cm dari Umar. Walau pun umurnya lebih muda, ia lahir pada 1 Juli dan lahir di tahun yang sama dengan Umar. Walau pun di mata orang ia tidak sealim Umar, namun ia memiliki keunggulan yaitu hafiz 5 juz Al-Quran yaitu juz 26, 27, 28, 29 dan 30 sedangkan Umar masih hafiz 2 juz. Ia hafiz karena mengenyam pendidikan di Sekolah Islam Terpadu dari SMP sampai SMA. Pemuda berkacamata minus 1,5 ini memiliki hobi menulis. Ia aktif dalam divisi humas BEM Teknik UNSOED. Ia tidak seberuntung dua rekannya, orang tuanya yang bekerja sebagai buruh batik membuat ia tak patah semangat melanjutkan pendidikan tinggi dengan beasiswa pendidikan miskin berprestasi atau 5
lebih dikenal dengan bidikmisi. Ia masuk UNSOED lewat jalur SNMPTN tulis setelah sebelumnya ia gagal lolos dalam SNMPTN undangan dengan pilihan matematika UGM. Di SNMPTN tulis pun ia menetapkan Fakultas MIPA ITB sebagai pilihan pertamanya. Namun rezeki dari Allah, menetapkan pilihan keduanyalah untuk tempat belajar. Ia mengambil Teknik Geologi karena ia begitu punya ketertarikan yang lebih dalam mempelajari bumi. Ketekunan mempelajari Al- Quran lah yang membuat ia tertarik untuk mengungkap misteri di bumi Allah. Ia punya ketertarikan khusus terhadap surat Al-A raf ayat 10, Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. Pemuda satunya lagi dengan kulit yang lebih putih dari dua rekannya dan memiliki tinggi 6
yang sama dengan Izul. Bahasa lu gue yang digunakan kepada semua teman seangkatannya mencirikan bahwa ia seorang anak metropolitan. Aryo Farahadi pun membuka kamarnya dengan kunci yang ada hati berwarna hijau. Ia anak peengusaha kaya, dengan bermodal ilmu yang didapat dari University of Seoul, ayahnya mengembangkan usaha holtikultura di Bogor. Usahanya itu terbilang cukup sukses. Aryo yang pernah merasakan kehidupan yang sejak lahir hingga umur tiga tahun di Seoul ini sangat menggemari basket. Namun SD, SMP dan SMA ia selesaikan di Jakarta. Aryo yang cukup jago dalam desain grafis ini memilih kuliah di Teknik Elektro UNSOED bukan karena meletakkannnya di posisi dua. Sebelumnya pemuda yang termuda di antara kedua rekannya ini telah diterima di University Sains Malaysia. Pemuda kelahiran 11 November 1993 ini lebih memilih kuliah di Indonesia karena ia begitu dewasa mempertimbangkan biaya 7
pendidikan untuk kedua adiknya kelak, walau pun sebenarnya ayahnya telah menyetujui dan mendukung ia kuliah di negeri tetangga. Namun dengan sikap bijaksana, Aryo memilih UNSOED sebagai tempat ia menuntut ilmu. Impiannya mencipta robot yang bisa membantu dalam tugas kepolisian dan alat pendeteksi kejujuran. Baginya tidak ada yang salah dalam bermimpi. Walau pun ia belum hafiz 1 juz dan tajwidnya belum terlalu lancar, ia tetap semangat mempelajari Islam. Aryo aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro dan ia menjabat sebagai sekretaris. Ketiga Ikhwan Engineer itu begitu erat dalam mengikat ukhuwah, dengan nasihat, kebersamaan bahkan canda mereka saling membantu dalam mengikat cinta kasih ukhuwah Islam karena Allah. Episode kehidupan para ikhwan di kos hati terus mengalir, terkadang ada kerikil yang menyandung mereka atau hantaman ombak yang mampu mengikis ukhuwah mereka. 8
Aliran kehidupan itu terus berjalan bersama bumi yang terus berotasi Ikhwan Engineer, warna-warni kehidupan mahasiswa teknik dengan segala kesibukannya, semoga bisa menjadi inspirasi tentang nikmatnya perjuangan dan indahnya ukhuwah Selamat membaca, selamat menemukan hikmah di dalamnya 9