Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru infeksi menular seksual setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB I PENDAHULUAN. depan atau preputium penis dengan menyisakan mukosa (lapisan dalam kulit) dari

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. 1. kesadaran masyarakat akan hak-haknya dalam hal pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan institusi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu infeksi yang perkembangannya terbesar di seluruh dunia, dalam dua puluh tahun terakhir diperkirakan telah terjadi 36,1 juta orang saat ini hidup dengan infeksi HIV diseluruh dunia. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru infeksi menular seksual setiap tahunnya. 1,2 Penularan dari virus HIV melalui beberapa cara yaitu secara horizontal melalui hubungan seksual dan melalui darah yang terinfeksi atau secara vertikal penularannya dari ibu ke bayinya. 2,3 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara sampai dengan September 2012 populasi penderita HIV pada laki-laki sebanyak 931 orang sedangkan pada wanita sebanyak 444 orang. 4 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwasanya angka kejadian penderita HIV pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita. 4 Sedangkan menurut jumlah kumulatif HIV berdasarkan faktor resiko dimana faktor resiko yang paling tinggi adalah kalangan heteroseksual dengan jumlah 764 orang. 4 Angka kejadian infeksi HIV ini ternyata lebih tinggi pada kelompok lakilaki yang tidak sirkumsisi dibandingkan dengan kelompok laki-laki yang disirkumsisi. 5 Sirkumsisi pada laki-laki diketahui dapat memproteksi dan melawan infeksi HIV yang didapat. 6 Sedikitnya ada 9 penelitian dilakukan di Amerika Serikat yang telah dipaparkan dimana dinyatakan bahwa peran

sirkumsisi pada laki-laki sangat bermanfaat menurunkan angka prevalensi infeksi HIV. 3,6,7 Sirkumsisi adalah membuang preputium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. 3,6,9 Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan diseluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedik ataupun oleh dukun sirkumsisi. 3,6 Sirkumsisi secara medis ini dimaksudkan untuk, menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine, mencegah terjadinya infeksi pada glans atau preputium penis dan mencegah timbulnya karsinoma penis. 5,8 Preputium dapat memproteksi glans dengan aktif bekerja sebagai barrier melawan kontaminasi dan memelihara lingkungan tetap lembab pada daerah glans dan bermanfaat juga dalam hal membantu dalam kenikmatan seksual. 5,6 Pada awal kelahiran preputium selalu tidak dapat ditarik. 5,6 Pertumbuhan dari penis, akumulasi dari epitel dermis dan aktivitas erektil selama awal tahun ketiga sampai empat tahun dari kehidupan preputium akhinya dapat ditarik kebelakang. 8 Prilaku seksual yang tidak aman adalah suatu prilaku hubungan seksual yang sering berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan alat pengaman yang memungkinkan peningkatan kejadian infeksi menular seksual di masyarakat. 2,5,8 Infeksi HIV dimasukkan dalam infeksi menular seksual karena paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual (95%). 2,3 Resiko ini akan meningkat apabila adanya hubungan seksual yang tidak aman (berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan pengaman seperti kondom). 3,7,9,10 Patogenesis dari peningkatan terjadi infeksi HIV pada laki-laki yang tidak sirkumsisi diduga akibat terganggunya mekanisme pertahanan tubuh dari efek

sirkumsisi pada laki-laki, yakni pada permukaan mukosa dari preputium (foreskin) terlihat bahwa didaerah tersebut banyak sekali sel langerhans dan sedikit sekali keratinisasi, yang dapat mempermudah perkembangan virus tersebut. 9,11,12 Beberapa penelitian di negara-negara berkembang yang setiap tahun terjadi peningkatan angka kejadian infeksi HIV menunjukkan adanya kelompok laki-laki yang tidak disirkumsisi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang disirkumsisi. 5,10,11,12 Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh America Academy of Pediatric dengan dilakukannya sirkumsisi pada laki-laki akan menurunkan resiko terjadinya infeksi menular seksual. 13 Hasil penelitian yang menitikberatkan pada kenyataan mendasari bahwa sirkumsisi pada laki-laki dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi menular seksual masih komplek dan bertentangan. 13 Antara tahun 2005 dan 2007, tiga penelitian uji acak terkontrol di Afrika Sub-Sahara menunjukkan bahwa sirkumsisi pada laki-laki melindungi terhadap infeksi HIV selama berhubungan seksual dengan wanita. 14 Dalam suatu penelitian yang dilakukan di Uganda, Kenya dan Afrika Selatan dimana angka kejadian infeksi HIV pada laki-laki disirkumsisi sekitar 60% lebih rendah dibandingkan kelompok laki-laki tidak sirkumsisi. 15 Temuan ini, yang dilengkapi hasil dari pengamatan sebelumnya, menunjukkan bahwa sirkumsisi memiliki potensi untuk mengurangi angka kejadian infeksi HIV. 15 Ada tiga penelitian dengan desain penelitian uji klinis randomisasi di Amerika Selatan yang menunjukkan bahwasanya sirkumsisi pada pria dapat mengurangi resiko kejadian infeksi HIV berkisar 50-60% pada pria heteroseksual.

16 Penemuan ini sepertinya akan meningkatkan keinginan untuk melakukan sirkumsisi pada daerah yang angka kejadian infeksi HIV tinggi sebagai kegiatan yang rutin. 16 Pada penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Amerika Selatan (2008) menunjukkan peningkatan prevalensi laki-laki yang melakukan sirkumsisi sekitar 20% pada wilayah yang angka prevalensi HIV tinggi. 16 Di Republik Dominika Peru pada tahun 2007 berdasarkan Demographic and Health survey (DHS) menemukan rata-rata 86% dari keseluruhan pria yang berusia 15-44 tahun tidak sirkumsisi. 17 Pada daerah Altagracia yang juga dilakukan pengamatan oleh lembaga yang sama ditemukan 94% pria belum sirkumsisi. 17 Pada penelitian longitudinal yang dilakukan selama 25 tahun di New Zealand menunjukkan lebih dari 500 laki-laki yang lahir dimana dilakukan sirkumsisi dengan tujuan untuk melihat hubungan sirkumsisi dengan resiko terjadinya infeksi menular seksual. 18 Dijumpai adanya penurunan kejadian infeksi menular seksual pada laki-laki yang telah sirkumsisi. 18 Pada penelitian di Afrika Sub Saharan dijumpai penurunan yang signifikan prevalensi HIV pada pria yang melakukan sirkumsisi sebagai pencegahan dimana terjadi penurunan angka prevalensi HIV sekitar 6-12%. 19 Pada akhir penelitian dijumpai bahwa sirkumsisi akan menjadi efektif guna pencegahan pada infeksi HIV bila dilakukan pada usia 20-30 tahun. 19 Meta analisis yang terbaru dari 27 penelitian prospektif dan penelitian cross sectional menunjukkan bahwa resiko terjadinya infeksi HIV pada pria yang telah disirkumsisi lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki yang tidak disirkumsisi. 20

Peningkatan angka kejadian infeksi HIV setiap tahunnya pada kelompok laki-laki yang tidak sirkumsisi khususnya yang melakukan hubungan seksual tidak aman (tanpa kondom) mendorong peneliti untuk mengetahui jumlah proporsi penderita HIV dari kelompok laki-laki yang disirkumsisi dengan tidak disirkumsisi. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana proporsi laki-laki sirkumsisi dengan tidak sirkumsisi yang menderita HIV yang melakukan hubungan seksual yang tidak aman (tanpa kondom) di Pusat Pelayanan Khusus RSUP. H. Adam Malik Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui proporsi antara laki-laki sirkumsisi dengan tidak sirkumsisi yang menderita HIV yang melakukan hubungan seksual tidak aman (tanpa kondom) di Pusat Pelayanan Khusus RSUP.H Adam Malik Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Dalam Bidang Akademik Menambah pemahaman mengenai mekanisme terjadinya infeksi HIV terkait dengan laki-laki sirkumsisi dengan tidak sirkumsisi yang melakukan hubungan seksual tidak aman. 1.4.2 Dalam Pelayanan Masyarakat Menjadi masukan bagi masyarakat akan pentingnya sirkumsisi pada pria untuk mencegah terjadinya infeksi HIV yang melakukan hubungan seksual tidak aman

1.4.3 Dalam Pengembangan Penelitian Sebagai masukan data bagi penelitian mengenai HIV dengan lakilaki sirkumsisi dengan yang tidak sirkumsisi dikaitkan dengan hubungan seksual tidak aman. 1.5 Kerangka Konsep Sirkumsisi Laki-laki Hubungan seksual tidak aman(tanpa kondom) INFEKSI VIRUS HIV Tidak sirkumsisi