dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah

PENDAHULUAN Menikah adalah sebuah pilihan, kebebasan dalam memilih status hidup dan pasangan hidup adalah hak dasar setiap orang.

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mendukung proses penulisan yang lancar sesuai dengan tujuan penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

NOVIYANTI NINGSIH F

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

RESILIENSI PADA WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH. Disusun Oleh: Anggi Putri Pratiwi Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB II LANDASAN TEORI

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Koping Religius. menimbulkan masalah dinamakan koping. Koping adalah kemampuan

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

PENYESUAIAN DIRI Oleh : Weny Hastuti,S.Kep. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

1) Kehidupan awal perkawinan subjek. a. Sudah berapa lama Ibu menikah? b. Bagaimana kehidupan Ibu di awal pernikahan?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN :

Transkripsi:

Penyesuaian Diri Wanita yang Melakukan Konversi Agama Pra Pernikahan Yulia Eka Wati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Konversi agama yang dilakukan oleh seseorang terutama wanita karena pernikahan bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Hal ini membuat wanita tersebut harus dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan agama dan juga lingkungan agama barunya sehingga wanita tersebut dapat menjalani kehidupan barunya sebagai penganut agama baru (muallaf) dengan baik. Hollander (1981) menyatakan bahwa, penyesuaian diri adalah proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi situasisituasi yang baru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang dilakukan untuk mengkonstruksikan fenomena sosial dan makna budaya mengenai suatu kasus yang mempunyai karakteristik tertentu. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik wanita yang melakukan konversi agama pra pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara berstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan, sedangkan metode observasi yang digunakan adalah metode non partisipan dan berstruktur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa wanita yang melakukan konversi agama dapat menyesuaikan diri dengan baik yaitu subjek memiliki keinginan dan kemauan untuk memahami dan mendalami agamanya, subjek berusaha untuk memahami agama agar semakin dekat dengan Tuhan, subjek dapat menghadapi kesulitan dalam memahami agama dengan bertanya, membaca buku, mendengarkan ceramah di TV, dan memanggil guru mengaji, subjek dapat mengatasi perasaan sedih, kecewa dan putus asa dalam memahami agama, subjek menerima status barunya sebagai muallaf dan yakin dengan kemampuannya sebagai muallaf, dan subjek mendapatkan dukungan dari suami, keluarga, teman, guru agama, dan tetangganya dalam memahami agama berupa nasehat, bimbingan, saran, perhatian, dan semangat yang mempermudah dalam memahami agama. Sementara itu, dampak konversi agama yang dirasakan subjek bagi dirinya, kehidupannya dan orang yang juga memberi pengaruh yang positif bagi subjek. Kata kunci : Penyesuaian diri, wanita yang melakukan konversi agama pra pernikahan. PENDAHULUAN Individu dewasa sudah memiliki keyakinan dan pendirian untuk dapat menentukan pasangan hidupnya sendiri. Individu dewasa membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang lain. Ketika individu tersebut menemukan kesamaan dalam banyak hal dengan orang lain yang dicintainya, maka individu tersebut akan mengikatnya

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah perbedaan agama. Perbedaan agama seringkali menjadi penghalang bagi individu untuk dapat mempersatukan cintanya dalam ikatan pernikahan. Konversi agama menjadi pilihan terbaik bagi individu untuk dapat mengatasi perbedaan tersebut. Konversi agama dilakukan dengan cara salah satu dari pasangan itu berpindah ke agama pasangannya yang berbeda dari agama sebelumnya. Perpindahan agama atau konversi agama bukanlah suatu hal yang sederhana. Peristiwa ini bukan hanya melibatkan individu itu sendiri tetapi juga sanak saudara dan lingkungan sekitar. Ullman (dalam Zinnbauer & Pargament, 2000) menyatakan bahwa, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa selama dua tahun periode masa konversi, 80 % dari individu yang melakukan konversi agama melaporkan adanya bahaya yang serius termasuk perasaan putus asa, keraguan terhadap nilai diri, takut ditolak dan keterasingan dari orang lain. Konversi agama dapat terjadi pada berbagai agama dengan berbagai alasan yang menyertainya salah satunya karena faktor pernikahan. Konversi agama bisa terjadi pada individu yang beragama Islam yang kemudian berpindah keyakinan ke agama Kristen atau sebaliknya, individu yang beragama Kristen yang berpindah ke Budha atau sebaliknya dan dari agamaagama lainnya yang membuat individu berpindah keyakinan atau melakukan konversi agama. Di dalam kehidupan nyata, seringkali konversi agama menjadi sebuah fenomena yang menimbulkan pro dan kontra dari lingkungan sekitar. Konversi agama yang dilakukan oleh wanita ke dalam Islam yang kemudian disebut sebagai muallaf, dilakukan wanita tersebut untuk dapat menghilangkan perbedaan agama, sehingga wanita tersebut dapat bersatu dalam ikatan pernikahan yang bahagia. Konversi agama yang dilakukan oleh wanita tersebut terjadi sebelum menikah dimana sebelumnya wanita tersebut telah mendalami agama pasangannya. Pada sisi lain wanita tersebut harus siap menerima akibat dari konversi agama tersebut. Banyak individu yang melakukan konversi agama mengalami hal yang tidak menyenangkan dari lingkungannya

baik dari keluarga maupun teman seagamanya dulu. Untuk dapat menghadapi setiap masalah dan kesulitan hidup yang dialaminya, wanita tersebut membutuhkan penyesuaian diri yang baik sehingga terhindar dari stres. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri penyesuaian diri yang dilakukan oleh wanita yang melakukan konversi agama karena pernikahan, faktor-faktor yang menyebabkan penyesuaian diri wanita yang melakukan konversi agama karena pernikahan, proses penyesuaian diri wanita tersebut dan dampak dari konversi agama yang dirasakan oleh wanita yang melakukan konversi agama karena pernikahan. TINJAUAN PUSTAKA Penyesuaian Diri Duffy & Atwater (2005) penyesuaian diri merupakan suatu proses psikososial dengan mengelola tuntutan kehidupan, memodifikasi diri dan lingkungan. Prihartanti (2004) penyesuaian diri adalah perilaku penyesuaian yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah peristiwa kehidupanya. Adapun menurut Haber & Runyon (1984) terdapat lima karakteristik dalam penyesuaian diri yang efektif, yaitu: 1) Persepsi yang akurat terhadap realitas Persepsi mengenai realitas yang akurat merupakan salah satu prasyarat untuk dapat menyesuaikan diri yang baik dalam lingkungan. Persepsi dilihat setiap orang sebagai hal yang unik sesuai dengan keinginan dan motivasinya. 2) Kemampuan untuk mengatasi kecemasan dan stres Seseorang tidak dapat menilai suatu keadaan sebagai suatu hal yang absolut melainkan sebagai suatu yang relatif. Dengan kata lain, seseorang menghargai secara signifikan dirinya dan kejadian yang ada sesuai dengan tempat individu itu berada dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan keadaan lingkungan yang lain. 3) Citra diri yang positif Seseorang harus menyadari dan mengetahui dengan baik

kekurangannya sebaik individu mengetahui kelebihan yang ia miliki. 4) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya Orang-orang yang sehat secara mental dapat merasakan dan mengekspresikan emosi dan perasaannya secara menyeluruh. Walaupun demikian, mereka menampilkan emosi secara realistik dan di bawah kontrol dirinya. 5) Hubungan interpersonal yang baik Seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya dengan baik mampu untuk mencapai berbagai derajat kedekatan dalam hubungan sosialnya. Mereka mampu dan nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain. Konversi Agama Wulff (1997) konversi agama adalah suatu kepastian dan seringkali merubah pandangan atau kesetiaan seseorang yang disertai oleh keyakinan baru atau sikap yang baru yang diyakininya sebagai suatu realitas. Rambo (1993) mengatakan bahwa konversi agama merupakan suatu kekuatan yang dinamis dimana seseorang mengalami suatu peristiwa yang membuatnya merubah ajaran agama, ideologi, institusi atau lembaga keagamaan, harapan dan orientasi agamanya. Spilka dkk., (2003) membagi lima tipe dari konversi agama, yaitu: a. Apostasy Merupakan suatu penghapusan komitmen agama oleh pengikutnya dengan mengangkat kerangka atau nilai-nilai non agama. b. Deconversion Merupakan suatu proses dimana seseorang meninggalkan ajaran agama sebelumnya. c. Intensification Merupakan revitalisasi komitmen terhadap suatu ajaran agama dimana individu mengangkat suatu ajaran agama atau individu menjadi anggota salah satu agama (dalam Rambo, 1993). d. Switching Individu mengganti keanggotaan agama tanpa melakukan perubahan yang radikal dari dalam dirinya. e. Cycling

Menyertai suatu peristiwa dimana banyak yang mengharapkan untuk keluar dari ajaran agama, yang ada Pernikahan Seccombe & Warner (2004) mengungkapkan bahwa pernikahan adalah suatu hubungan di antara seorang wanita dan seorang pria yang telah memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan hubungan seksual, ekonomi dan status sosial yang diakui secara hukum dan sosial. Adapun Prodjodikoro (dalam Jehani, 2008) mengatakan bahwa pernikahan adalah suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan hukum perkawinan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik yang dilakukan karena ketertarikan terhadap suatu kasus khusus. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang melakukan konversi agama ke Islam karena pernikahan minimal 1-2 tahun. Teknik pengumpulan hanyalah kembalinya berbagai nilai dalam kehidupan. data penelitian menggunakan bentuk observasi non partisipan dan observasi berstruktur dan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Penyesuaian Diri Subjek yang Melakukan Konversi Agama karena Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara umum penyesuaian diri subjek cukup baik. Subjek mengatasinya dengan menjalani dan menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbayangkan sebelumnya setelah konversi agama dengan tenang, subjek merasa percaya diri dengan statusnya sebagai muallaf karena subjek menganggap statusnya tidak merugikan orang lain. Sebagai muallaf subjek pernah merasa tidak percaya diri dalam menjalankan ibadahnya karena subjek merasa masih banyak yang harus dipelajarinya walaupun begitu subjek

tidak merasa berbeda dengan orang lain. Subjek mengetahui kelemahan dan kelebihannya sebagai muallaf yaitu rasa malas dalam belajar membaca arab dan kurang lancar membaca Al-Qur an tetapi subjek juga mudah mengerti apa yang telah diajarkan padanya. Subjek pernah merasa sedih dan kecewa jika tidak mampu mendalami ajaran agama dengan menangis dan merenung jika belum mampu memahami agama barunya tetapi subjek akan mencoba kembali untuk mempelajarinya. Hubungan subjek dengan orang-orang di sekitarnya cukup baik dimana subjek memiliki banyak teman dan mudah bergaul sehingga memiliki hubungan yang baik dengan teman maupun masyarakat di sekitarnya baik yang seagama dengannya dulu maupun yang seagama dengannya saat ini. Subjek menjalin hubungan dengan orang lain di sekitarnya dengan bersosialisasi, bertanya, dan berbicara baik melalui telepon maupun bertemu secara langsung. 2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penyesuaian Diri Subjek yang Melakukan Konversi Agama karena Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan penyesuaian diri subjek yaitu keinginan subjek untuk menikah dengan pasangannya dan yakin dengan agamanya karena sebelumnya telah mendalaminya agama buku dan berfikir tentang keputusannya dimana suami subjek membebaskan keputusan subjek untuk melakukan konversi agama, adanya pengalaman yang memotivasi subjek untuk mendalami Islam yaitu ketika mendapat zakat dan melihat keponakannya membaca Al-Qur an dengan baik, subjek memiliki kemauan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan agama barunya dikarenakan keinginan subjek untuk menjadi muslim yang baik karena adanya keseriusan untuk menjadi agama yang terakhir dalam hidupnya sehingga dapat memahami dan menjalankan agamanya dengan nyaman dan terbiasa, adanya keinginan untuk menjadi muslim yang baik dengan adanya bimbingan, bantuan dan dorongan dari suami,

keluarga dan teman untuk mendalami Islam, adanya keinginan untuk sama dengan muslim lainnya serta mengetahui pengetahuan agama dan keinginan untuk tidak mengecewakan orang-orang yang mendukung dan percaya, subjek dapat berfikir positif terhadap dirinya dan menjalani agamanya dengan ikhlas, subjek memiliki keyakinan untuk mempertahankan agamanya karena menginginkan agamanya menjadi agama yang terakhir seumur hidup dengan adanya dukungan selain dari dirinya. Subjek mempertahankan agamanya saat ini karena sudah merasa nyaman, cocok, yakin dengan agamanya dan sesuai dengan niatnya memiliki satu agama dalam keluarga karena memikirkan anaknya, subjek meyakinkan dirinya dengan pilihannya sehingga dapat menjalani ibadah dan tanggung jawabnya sebagai muslim, adanya dukungan yang dirasakan subjek dari suami, keluarga, keluarga mertua, tetangga dan teman yang membuat subjek merasa diperhatikan, diterima, dan dibantu yang mempermudahnya menjalani agama dengan memberikan nasehat, mengajak dalam kegiatan agama dan informasi mengenai kebiasaan yang dilakukan dalam agama, dan suami, keluarga, teman dan tetangga memberikan dukungan, informasi, bimbingan, saran, perhatian, pengetahuan seputar agama dan nasehat dalam mempelajari agama barunya setelah konversi agama yang berpengaruh terhadap pengetahuan agama yang membuat subjek lebih mengetahui agamanya seperti doa setelah makan. 3. Proses Penyesuaian Diri Subjek yang Melakukan Konversi Agama karena Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proses penyesuaian diri subjek cukup baik hal ini dapat terlihat dari subjek dapat mengatasi kesulitannya dengan belajar dari buku, mendengarkan ceramah, mencari informasi agama dan bertanya dengan suami, keluarga ibunya dan temannya sebelum maupun setelah menikah mengenai agama dan menjalani agamanya dengan tenang, subjek menyesuaikan diri dengan agama barunya dengan

belajar, rajin menjalankan ibadah, mengikuti perintah agama, kebiasaan dan aturan dalam agama sehingga menjadi terbiasa dan mempermudah memahami agamanya, subjek merasa percaya diri karena orang-orang di lingkungannya baik, tidak membedakan subjek, mengajak mengaji dan membantu dalam agama dan subjek juga suka berbicara dengan tetangga dan teman yang seagama maupun yang sudah berbeda agama. 4. Dampak Konversi Agama yang Dirasakan Subjek Secara umum dampak konversi agama yang dirasakan subjek cukup positif, baik dampak yang dirasakan bagi diri sendiri, kehidupannya dan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari subjek merasakan ketenangan dan kenyamanan setelah melakukan konversi agama karena didasari oleh keyakinan, subjek merasa agamanya saat ini berpengaruh pada dirinya, subjek merasakan bahagia, senang, tenang dan damai setelah konversi agama karena telah seagama dengan suaminya dan tidak salah mengambil keputusan, subjek tidak merasa bersalah dengan keputusannya konversi agama karena telah yakin dengan keputusannya dan subjek merasa tidak merugikan orang lain,, subjek merasa hubungannya berbeda dengan Tuhan termasuk keyakinan dan kedekatan dengan Tuhan. Subjek merasakan perubahan status, semangat dan kebahagiaan setelah melakukan konversi agama karena seagama dengan suaminya, subjek merasakan pengaruh dari agama saat ini bagi kehidupannya seperti kesabaran, kedisiplinan, keteraturan hidup dan nilai-nilai kesucian yang didapatkannya, subjek merasakan perbedaan yang ditunjukkan oleh orang di sekitarnya setelah melakukan konversi seperti perhatian, kasih sayang dan semangat dari orang di sekitarnya terutama keluarga, suami dan teman dekatnya, subjek merasakan pengaruh yang diberikan orang lain di sekitarnya bagi dirinya yang membuat subjek lebih semangat, merasa nyaman dan mempermudah proses belajar dalam menjalani agama barunya.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi maka dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa 1. Gambaran penyesuaian diri yang terlihat pada subjek baik hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik penyesuaian diri yaitu persepsi yang akurat terhadap realitas dimana subjek menyadari resiko dari konversi agama yang dilakukannya, percaya diri dengan statusnya sebagai muallaf, tidak merasa malu atau bangga dengan pengetahuan agamanya dan berani mengungkapkan pendapat mengenai agamanya. Kedua yaitu kemampuan untuk mengatasi kecemasan dan stress dimana subjek tidak merasa cemas dengan konversi agama yang dilakukannya, tidak merasa putus asa dalam memperdalam agamanya. Ketiga yaitu citra diri yang positif dimana subjek yakin dan optimis dengan kemampuannya dalam meperdalam agamanya, menyadari kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya dan dapat mengatasi kelemahan serta mengembangkan kelebihan dalam dirinya dalam memperdalam agamanya. Keempat kemampuan mengekspresikan perasaannya dimana subjek dapat mengatasi perasaan sedih dan kecewa jika belum mampu memperdalam agamanya dengan mencobanya kembali. Kelima hubungan interpersonal yang baik dimana subjek dapat menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan orang di sekitarnya baik yang seagama maupun yang berbeda agama saat ini. 2. Faktor-faktor yang menyebabkan penyesuaian diri subjek yaitu adanya keinginan dan keyakinan untuk mendalami agamanya, adanya keinginan untuk seagama dengan suaminya, adanya pengalaman yang memotivasi mendalami agama, berusaha menghadapi kesulitan mendalami agama dengan tenang, keinginan untuk menjadi muslim yang baik, keinginan untuk tidak mengecewakan orang-orang yang mendukung dan percaya dengan kemampuannya mendalami agama, subjek berfikir positif terhadap dirinya, subjek berusaha untuk melatih diri agar sesuai dengan agamanya, subjek percaya diri dengan kemampuannya dalam memperdalam

dan memahami agama, subjek dapat memperbaiki kesalahannya dalam beribadah, subjek memiliki keyakinan untuk mempertahankan agamanya, subjek mempertahankan agamanya karena kecocokan dan keyakinan terhadap agamanya, adanya dukungan yang dirasakan subjek dari suami, keluarga, keluarga mertua, tetangga dan teman, subjek menjadikan ayahnya sebagai panutannya dalam menjalankan ajaran agama, dan hubungan subjek dengan saudarasaudara yang sekarang berbeda agama dengannya baik dan tidak ada masalah. 3. Proses penyesuaian diri yang dialami subjek yaitu subjek dapat mengatasi kesulitannya dengan belajar dari buku, mendengarkan ceramah, mencari informasi agama dan bertanya dengan suami, keluarga ibunya dan temannya sebelum maupun setelah menikah mengenai agama dan menjalani agamanya dengan tenang, subjek cukup baik dalam menguasai tata cara ibadah yang diajarkan dalam agama baru, subjek dapat mengatasi kesulitannya belum dapat membaca lafaz Al- Qur an dengan benar dengan meminta diajarkan oleh suami dan guru mengajinya, subjek akan memperbaiki kesalahannya dalam beribadah dengan bertanya dan meminta diajari oleh suaminya, subjek merasa nyaman dengan ritual dan tata cara agamanya, subjek dapat mengatasi rasa putus asa dalam memahami ajaran agama dengan meyakinkan dirinya, subjek merasa menjadi seorang muallaf yang baik dan optimis, subjek menyesuaikan diri dengan agama barunya dengan belajar, rajin menjalankan ibadah, mengikuti perintah agama, kebiasaan dan aturan dalam agama, subjek berusaha ingin lebih baik dan semakin paham dengan agamanya agar lebih dekat dengan Tuhan, orang lain di sekitar subjek memotivasi mendalami ajaran agama saat ini seperti suami, keluarga, saudara, tetangga, temen-temen yang dulu beragama Khatolik, subjek berusaha memperbaiki diri setelah mendapatkan kritik terutama dari suaminya, subjek tidak menyesal meninggalkan agama sebelumnya, subjek dapat mengatasi rasa kecewa

dengan kemampuannya dengan berusaha menjalaninya agar lebih baik, dan subjek merasa percaya diri berada di lingkungan agamanya. 4. Dampak konversi agama yang dirasakan subjek positif yaitu adanya ketenangan dan kenyamanan setelah melakukan konversi agama, perasaan bahagia setelah konversi agama, tidak adanya perasaan bersalah dan stress setelah konversi agama, adanya kedekatan dengan Tuhan, dan adanya perhatian, kasih sayang dan semangat yang mempermudah subjek dalam menjalani agama barunya. DAFTAR PUSTAKA Duffy, G. K & Atwater, E. (2005). Psychology for living : Adjustment, growth, and behavior today. 8 th ed. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Haber, A. & Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjustment. Illinois : The Dorsey Press. Jehani, L. (2008). Perkawinan, apa resiko hukumnya?. Jakarta : Forum Sahabat. Muhammadiyah Press. University Rambo, L. R. (1993). Understanding religious conversion. London : Yale University Press. Seyal, H. F. (2006). Together forever : Semailah cinta raih bahagia. Jakarta : Pustaka Sanabil. Seccombe, K. & Warner, L. R. (2004). Marriage and families : Relationships in social context. New York : Thomson, Inc. Spilka, B., Ralph, W, H., Bruce, H., & Gorsuch. R. (2003). The psychology of religion. New York : The Guilford Press. Sunarto, H., & Hartono, A, B. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Wulff, D. M. (1997). Psychology of religion : Classic and contempory. 2 nd ed. Massachusetts : John Wiley & Sons, Inc.. Prihartanti, N. (2004). Kepribadian sehat menurut konsep suryomentaram. Surakarta: