FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK USIA 6 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS ROWOSARI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (0-12 BULAN) (STUDI KASUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2015)

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

Hubungan berat badan lahir rendah terhadap frekuensi kejadian Ispa 31

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA) PADA BALITADI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) HARAPAN BUNDATAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

Hubungan Status Gizi dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita di Puskesmas Plered Bulan Maret Tahun 2015

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.4, November 2017, hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK BALITA Asriati*, M. Zamrud **, Dewi Febrianty Kalenggo***

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: ISPA, Pengetahuan Ibu, ASI Eksklusif, Merokok, Jenis Bahan Bakar Memasak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

PERBANDINGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PUSKESMAS I UBUD DAN PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN JANUARI OKTOBER 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATISAMPURNA KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

Faktor-Faktor Risiko Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANFAAT KAPSUL VITAMIN A DOSIS TINGGI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) TOMPEYAN TEGALREJO DI KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), media audio visual, pendidikan kesehatan, perilaku ibu, balita

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di Aceh Besar

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK USIA 6 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS ROWOSARI Atika Rahmi Hendrini 1, M S Anam 2, Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernapasan Akut menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun. penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi di Puskesmas Rowosari. Tujuan: Mengetahui faktor risiko kejadian ISPA pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Rowosari Metode: Penelitian ini menggunakan metode kontrol kasus dengan menggunakan data rekam medis dan kuisioner. Subyek penelitian ini adalah pasien anak yang menderita ISPA dan datang berobat ke Puskesmas Rowosari Semarang dengan usia 6 bulan sampai 5 tahun. Subyek penelitian berjumlah 128 anak, terdiri dari 64 anak kelompok kontrol dan 64 anak kelompok kasus ISPA. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara faktor risiko jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis penghasilan, status ekonomi, berat lahir, status ASI ekslusif, MP ASI, imunisasi, jumlah penghuni rumah, merokok terhadap kejadian ISPA (p > 0,05). Didapatkan hubungan yang bermakna antara perilaku cuci tangan anak setelah bermain terhadap kejadian ISPA dengan nilai p=0,002. Adanya hubungan bermakna antara perilaku cuci tangan ibu sebelum melakukan kontak fisik ke anak terhadap kejadian ISPA dengan niai p=0,013. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku cuci tangan anak setelah bermain dan perilaku cuci tangan ibu sebelum melakukan kontak fisik ke anak dengan kejadian ISPA di Puskesmas Rowosari. Kata Kunci: faktor risiko, ISPA, Balita. ABSTRACT RISK FACTOR OF ACUTE RESPIRATORY TRACT INFECTION IN CHILDREN BETWEEN 6 MONTH TO 5 YEARS OLD IN PUSKESMAS ROWOSARI Background: Acute Respiratory Tract Infection (ARTI) is one of the most dangerous infectious disease in the world. Approximately four million people deceased because of this disease every year. ARTI is one of the most common infectious diseases on children in Rowosari Puskemas. Objective: To identify the risk factors associated with ARTI in infant and children from 6 months until 5 years in Rowosari Puskesmas, Semarang. Method: The method of this study was case control with primary data and secondary data from questionnaire. The subject was children who suffered from ARTI that came to Puskesmas Rowosari Semarang from 6 months to 5 years old. The number of samples were 128 respondents, consist of 64 control group and 64 cases group. Data was analyzed by chi square test. 461

Result:.There were no significant association between sex gender, knowledge level, parent s job, economic status, birth weight, exclusive breastfeeding status, the giving of ASI food complementary, immunization status, the amount of house mate, smoking of ARTI in children (p < 0.05). There were significant association between hand washing of children after play to ARTI (p= 0,002, OR 0,332). Hand washing of mother before contact to children also has significant association to ARTI (p 0,013; OR 0,409). Conclusion: There are significant associations between hand washing of children after play and hand washing of mother before contact to children with ARTI. Keywords: risk factor, Acute Respiratory Tract Infection (ARTI), under five children. PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga adneksa pada alveoli paru. 1,2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun. World Health Organization (WHO) pada 2006 mencatat tingkat mortalitas penyakit ISPA masih sangat tinggi pada bayi, anak, dan orang lanjut ISPA, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. 9 Jennifer menemukan bahwa ISPA terutama ISPA bawah merupakan penyebab dari 50% pada kematian anak-anak di dunia berispa <5 tahun dan 30% pada anak-anak dengan ISPA 5-12tahun. 4 Prevalensi kejadian ISPA di daerah Jawa tengah terbilang tinggi. 2 Berdasarkan Rikesdas 2013, Jawa Tengah mendapatkan prevalensi ISPA sebesar 26,6% yang menempati peringkat ke-6 se-indonesia. Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun (25,8%) dengan kecenderungan prevalensi kejadian lebih tinggi pada keluarga dengan pendidikan dan penghasilan rumah tangga yang rendah (16,3%). 1 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012, persentase penemuan dan penanganan penderita ISPA sebesar 24,72% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 64,242 kasus. Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010. 1,2,10 Data profil Puskesmas Rowosari pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyakit infeksi yang paling sering diderita masyarakat, terutama pada kelompok bayi dan anak-anak. ISPA menempati urutan pertama pada kelompok sepuluh penyakit tertinggi dengan presentase sebesar 44%. Begitu pula dengan kelompok ISPA usia 5-44 tahun, ISPA juga sebagai peringkat pertama dengan persentase sebesar 29,76%. 3 462

Secara umum, ada tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor individu, faktor lingkungan, serta faktor perilaku. Faktor individu anak meliputi usia anak, jenis kelamin, berat anak lahir, dan genetik. Faktor lingkungan meliputi pencemaran udara, kondisi fisik rumah, dan jumlah penghuni dalam rumah. Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan pecegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita, terutama yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya, misalnya status gizi, imunisasi, jumlah penghuni rumah, paparan asap rokok, dan perilaku mencuci tangan. 7,11,14 Berdasar uraian di atas, dapat diketahui bahwa penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi, terutama di daerah Puskesmas Rowosari. Untuk itu, penulis bertujuan meneliti faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian ISPA pada anak ISPA 6 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Rowosari, Semarang, Jawa Tengah. METODE Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan menggunakan uji Chi square. Penelitian dilakukan di Puskesmas Rowosari, kecamatan Tembalang, Kota Semarang pada bulan April sampai Juni 2015. Subyek penelitian diperoleh secara contensive sampling yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien anak ISPA yeng berobat ke Puskesmas Rowosari dengan usia 6 bulan sampai 5 tahun. Subyek yang menolak ikut serta dalam pengambilan data dan tidak mengisi kuisioner dengan lengkap tidak diiikutsertakan dalam penelitian. Subyek penelitian ini berjumlah 64 anak pada kelompok kasus dan 64 anak pada kelompok kontrol. HASIL Deskripsi subyek penelitian dapat diliat pada tabel 1 dan 2. Tabel 1. Karakteristik Demografi Variabel Kelompok P Kasus Kontrol n= 64 n=64 ISPA (median/ min-max) 29 (6-60) 24 (6-60) 0,12* Jenis Kelamin (n, %) - Laki-laki - Perempuan 34 (53,1) 30 (46,9) 27 (42,2) 37 (57,8) 0,215**

Pendidikan orang tua (n,%) - Rendah - Tinggi 40 (62,5) 24 (37,5) Pekerjaan orang tua (n, %) - Ibu rumah tangga - Pegawai swasta 48 (75) 12 (25) Tingkat ekonomi (n, %) - Rendah - Tinggi *Mann whitney **Chi square 44 (68,75) 20 (21,25) Tabel 2. Faktor Risiko ISPA 39 (60,9) 25 (39,1) 49 (76,5) 15 (23,5 49 (76,5) 15 (23,5) Variabel Kelompok OR ; 95% CI Kasus Kontrol n= 64 n=64 1. Berat lahir anak(n,%) - Tidak normal - Normal 2. ASI ekslusif (n, %) - tidak - ya 3. pemberian MPASI (n, %) - < 6bulan - 6 bulan 4. Merokok (n, %) - Ya - Tidak 5. Jumlah batang rokok - 10 batang - < 10 batang 6. Jumlah penghuni rumah (n, %) - >4 orang - 1-4 orang 7. Status Gizi (n, %) - Kurang - Baik 12 (19,75) 52 (81,25) 13 (20,3) 51(79,7) 15 (23,44) 49(76,56) 48 (75) 16 (25) 19 29 26 (40,6) 38 (59,4) 20 (37,5) 40 (62,5) 26 22 15 (23,5) 49 (76,5) 6 (9,4 ) 58 (90,6) 11 (17,2) 53 (82,8) 48 (75) 16 (25) 26 (40,6) 38 (59,4) 21 (32,8) 43 (67,2) 0,754 (0.321-1,37) 2, 275 (0,796-6,498) 1,475 (0,62-3,18) 1,000 (0,449-2,226) 0,521 (0,232-1,189) 1,000 (0,494-2,025) 1,1 (0,4-1,56) 0,856** 0,837** 0,32** P 0,516 0,118 0,380 1,000 0,121 1,000 0,435

8. Perilaku cuci tangan anak. (n, %) a. Makan - Tidak Rutin - rutin 14 (22) 50 (78) 15 (23,50 49 (76,5) 0,824 (0,348-1,954) 0,660 b. Bermain - Tidak rutin - Rutin 9. Perilaku cuci tangan Ibu (n, %) a. Kontak fisik dengan anak - Tidak rutin - Rutin 37 (58) 27 (42) 41 (64) 23 (36) 12 (31) 44 (69) 27 (42,2) 37 (57,8) 3,05 (1, 41-6,285) 2,433 (1,6-4,98) 0,002 * 0,013 * b. Menyuapi anak - Tidak rutin - Rutin 15 (21,9) 49(78,1) 13 (20) 51 (80) 1,2 (0,519-2,78) 1,21 Tidak didapatkan hasil yang bermakna antara jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan status ekonomi orang tua subyek dengan kejadian ISPA. Selain itu pada karakteristik faktor risiko, didapatkan hasil bahwa berat lahir anak, status ASI dan MPASI, perilaku merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap, status imunisasi, jumlah hunian tidak berpengaruh pada kejadian ISPA. Perilaku cuci tangan diidentifikasikan pada perilaku yang dilakukan sehari-hari oleh ibu dan anak. Perilaku cuci tangan anak yang diperhitungkan di penelitian ini adalah perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta cuci tangan setelah bermain. Hal ini dikarenakan makan dan bermain merupakan aktivitas sehari-hari anak ISPA balita. Terdapat hubungan bermakna antara perilaku cuci tangan anak setelah bermain dengan faktor risiko kejadian ISPA (p 0,002). Pada perilaku cuci tangan ibu, kebiasaan yang diperhitungkan oleh peneliti adalah kebiasaan cuci tangan sebelum kontak fisik dengan anak dan memberi makan anak. Berdasarkan uji statistika menggunakan Chi square, didapatkan hasil yang bermakna antara perilaku cuci tangan ibu sebelum kontak fisik pada anak dengan kejadian ISPA (p 0.013). Dapat disimpulkan bahwa perilaku cuci tangan anak setelah bermain dan perilaku cuci tangan ibu sebelum kontak fisik dengan anak merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada anak ISPA 6 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Rowosari. 465

Dari hasil analisis bivariat, diperoleh 2 variabel yang signifikan dan berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada anak usai 6 bulan sampai 5 tahun. Variabel tersebut adalah perilaku cuci tangan anak setelah bermain (p 0,002) dan perilaku cuci tangan ibu sebelum menyentuh anak (p 0,013). Setelah dilakuan uji bivariat, dilanjutkan dengan uji analisis multivariate untuk menentukan variabel mana yang paling berpengaruh dengan p<0,25. Tabel 3. Analisis multivariat Variabel P R Cuci tangan ibu sebelum kontak fisik 0,005 2,857 Cuci tangan anak setelah bermain 0,028 0,438 Setelah dilakukan uji analisis multivariate regresi logistik, didapatkan hasil bahwa cuci tangan ibu sebelum kontak fisik berpengaruh terhadap kejadian ISPA sebesar 2,857 kali. Sedangkan cuci tangan pada anak setelah bermain memiliki risiko lebih besar sebesar 0,438 kali. Dapat disimpulkan bahwa perilaku cuci tangan ibu sebelum kontak fisik memiliki faktor risiko lebih besar dibandingkan dengan perilaku cuci tangan anak setelah bermain terhadap kejadian ISPA pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Rowosari. PEMBAHASAN Perilaku cuci tangan merupakan faktor yang penting dalam terjadinya penyebaran suatu penyakit, salah satunya adalah ISPA pada anak. 8 Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan hasil bahwa perilaku cuci tangan anak setelah bermain dan perilaku cuci tangan ibu sebelum menyentuh anak merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut berulang pada anak ISPA 6 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Rowosari. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa perilaku mencuci tangan merupakan salah satu tindakan sanitasi yang disarankan oleh WHO untuk mencegah penyakit ISPA. 10 Penularan ISPA sebagian besar melalui droplet, di mana droplet dapat menyebar melalui kontaminasi tangan. Perilaku cuci tangan anak setelah bermain bermakna terhadap kejadian ISPA kemungkinan dikarenakan belum terbentuk kebiasaan mencuci tangan setiap selesai beraktivitas di mana aktivitas yang dilakukan anak sebagian besar adalah bermain sehingga kontak tangan dan penularan lebih mudah. Sementara itu, perilaku cuci tangan ibu 466

sebelum meenyentuh atau melakukan kontak fisik ke anak juga berhubungan dengan kejadian ISPA. Hal ini mungkin dapat terjadi dikarenakan ibu sebagai faktor sosial terdekat anak mempunyai keabaian yang tinggi pada pentingnya cuci tangan dapat menjadi kontaminasi penularan suatu penyakit. Setelah dilakukan analisis multivariate pada perilaku cuci tangan ibu sebelum kontak dengan anak dengan perilaku cuci tangan anak setelah bermain didapatkan hasil bahwa perilaku ibu mempunyai faktor risiko lebih tinggi terhadap kejadian ISPA. Hal ini mendasari bahwa pada usia 6 bulan sampai 5 tahun anak-anak masih sangat bergantung pada ibu sebagai faktor lingkungan sosial terdekat sehingga kebersihan dan perilaku ibu sangat menentukan terhadap kebersihan pada anak pula. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat terlihat bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah faktor perilaku cuci tangan, baik cuci tangan ibu ataupun anak. Adanya persamaan distribusi pada sebagian besar variabel di kelompok kasus dan kontrol dapat menyebabkan terjadinya ketidakmaknaan pada analisis statistika. Dengan ketidakhubungan variabel selain perilaku dapat memberikan masukan untuk peningkatan kesadaran dan pencerdasan kepada masyarakat di sekitar Puskesmas Rowosari agar dapat menurunkan prevalensi kejadian ISPA pada anak. SIMPULAN DAN SARAN Jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, status ekonomi, ASI ekslusif, status gizi, pemberian MPASI, imunisasi, baak lahir, jumlah penghuni rumah, dan paparan asap rokok bukan merupakan faktor-faktor risiko terhadap kejadian ISPA pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Rowosari. Variabel perilaku cuci tangan anak setelah bermain dan perilaku cuci tangan ibu sebelum kontak fisik dengan anak merupakan faktor risiko kejadian ISPA pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Rowosari. Meskipun tidak didapatkan hubungan antara faktor risiko selain perilaku cuci tangan anak dan ibu, diharapkan agar tenaga kesehatan tetap memberikan pelayanan kesehatan secara promotif dan preventif secara terus menerus bersama dengan instansi yang terkait dan perlu dilakukan analisis dan edukasi perilaku mengenai tata cara mencuci tangan yang benar sesuai standar kesehatan yang sudah ada. 467

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan ridha- Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik. Kepada dr. M. S. M.Si,Med, Sp. A dan dr. nahwa Arkhaesi, M.Si, Med, Sp. A selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penelitian ini sampai akhir serta kepada pihak Puskesmas Rowosari yang telah membantu dalam proses pengambilan subyek penelitian. DAFTAR PUSTAKA 1. Litbangkes. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013.Jakarta: Depkes, 2013. 2. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2013. 3. Puskesmas Rowosari. Laporan Rutin Akhir Tahun Puskesmas Rowosari Tahun 2013. Semarang: Puskesmas Rowosari, 2013. 4. B. Jennifer, B. P. Cynthia, S. Kenji, and R. E. Black, Lancet 365, 1147. 2005. [Internet] cited 2015 January 24];2:21-27. Available from: doi:10.1016/s0140-6736(05)71877-80 5. WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemik dan Pandemik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2007 6. Kazi Md. Abul Kalam Azad. Risk Factors for Acute Respiratory Infections (ARI) Among Children Under Five Years in Bangladesh. Journal of Scientific Research. 2009 [cited January 12 2015 ]; Available from: http://www. banglajol.info/index.php/jsr/article/view/1055 7. Nastiti N. Rahajoe, Bambang Supriyatno, Darmawan Budi Setyanto. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama cet III. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012. 8. Departemen Kesehatan Repulik Indonesia. Pedoman Pemberantasan Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumoni pada Balita. Jakarta, 2002: 4-20. 9. World Lung Foundation. Acute Respiratory Infections are The Leading Killer Children Under Five. 2010. [cited February 1, 2015 ] Available from www.ariatlas.org/overview?id=0002. 2008. 468

10. World Health Organization. Infection Prevention and Control of Epidemic- and Pandemic-prone Acute Respiratory Diseases in Health Care. Report. 2008 [cited 13 Desember 2014 at 15.45) Available from http ://www. who.int/csr/resources/publications/ WHO_CD_EPR_2007_ 6/en/index.html 11. Sadono Widodo. Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Bayi. Semarang: Progam Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2005. 469