4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

Analisa Data & Perhitungan

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB IV DATA PENELITIAN

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Karakterisasi Material Sprocket

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

DINAMIKA PROSES PERAMBATAN PANAS [DPP]

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1)

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat-alat modern saat ini. Pemakaian logam pada alat-alat modern

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321

Bab III Metodologi Penelitian

Bab 4 Simulasi Kasus dan Penyelesaian Numerik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Bab 2 Aliran Multifasa pada Jaringan Pipa Produksi

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

BAB III SISTEM PENGUJIAN

Stress Analysis Pada Sudu Tetap Turbin Uap Bab III Metodologi BAB III METODOLOGI

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

DAFTAR TABEL. 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, dan LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON EMS-45 DENGAN METODE UJI JOMINY

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

NAJA HIMAWAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN 2 1 A B C D E CONSEQUENCE CATEGORY. Keterangan : = HIGH = MEDIUM = MEDIUM HIGH = LOW

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History

BAB III ANALISA DATA

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

KERUSAKAN REFRAKTORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD

DINAMIKA PROSES PERAMBATAN PANAS [DPP]

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

MODIFIKASI SISTEM BURNER DAN PENGUJIAN ALIRAN DINGIN FLUIDIZED BED INCINERATOR UI SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimental Separasi Air dan Minyak pada Liquid- Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC)

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Prediksi Laju Korosi pada Instalasi Pipa Logam Aliran Fluida Cair Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan(JST)

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

Transkripsi:

xxxiii BAB IV ANALISA 4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL Dari pengujian kekerasan material dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan material master block, wing valve dan loop spool berada dalam rentang kekerasan material, sehingga material yang di pakai sesuai dengan spesifikasi dari peralatan. Material AISI 8630 pada master block adalah baja paduan dengan kekuatan yield σy = 54 ksi. Kandungan paduan yang dominan pada AISI 863 adalah Mangaan (Mn), Chromium (Cr) dan Nickel (Ni). Di dalam AISI 8630 kandungan Mn maksimum adalah 0.95%. Unsur Mn sangat berguna bagi kekerasan (hardness) dari suatu material. 4.2 ANALISA PENGUJIAN KIMIA KOMPOSISI PRODUK KOROSI Dari data operasi disebutkan bahwa tidak ada kandungan pasir di dalam aliran minyak dan gas dari sumur SA-21. Hal ini dibuktikan dengan dengan tidak adanya kandungan pasir pada peralatan test separator. Adanya unsur Si yang biasa terdapat di dalam komposisi produk korosi kemungkinan besar disebabkan pada saat pengangkatan yaitu masuknya pasir dari dasar laut kedalam master block. Selama proses pengangkatan sub sea tree sambungan control umbilical dicabut sehingga ada ada kemungkinan pasir dari bawah laut masuk ke dalam sub sea tree. Umbilical adalah saluran yang berisi hidroulik dan kabel yang berguna untuk mengontrol pembukaan wing valve. Pada saat pengangkatan umbilical tetap tertinggal di dasar laut untuk disambungkan kembali dengan sub sea tree yang baru. Sambungan umbilical yang terbuka dapat dilihat pada tanda lingkaran merah pada gambar 4.1.

xxxiv Gambar 4.1 Proses pengangkatan sub sea tree 4.3 ANALISA PENGUJIAN MACRO FRACTOGRAPHY Dari analisa macro fractography menggunakan teknik replica tape dapat dilihat bahwa tidak ada micro crack yang terjadi pada daerah kebocoran. Micro crack dapat menjadi penyebab awal untuk terjadinya keretakan lanjutan (crack growth). Micro crack dapat dipicu adanya cacat material (material defect) selama proses pembentukan. Dengan pengujian ini dibuktikan bahwa tidak adanya keretakan di daerah kebocoran. 4.4 ANALISA PERHITUNGAN LAJU KOROSI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PREDICT Dengan perangkat lunak Predict laju korosi yang terjadi akibat adanya gas CO 2 yaitu 5.30 mpy. Harga ini sangat jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan laju korosi aktual yang terjadi yaitu 330 mpy pada titik1 hasil pengukuran master block (Gambar 3.13). Dari hasil perhitungan laju korosi yang disebabkan CO 2 dalam gas menggunakan perangkat lunak Predict menunjukkan bahwa penyebab utama dari kerusakan yang terjadi pada master block bukan disebabkan oleh korosi CO 2. Hal ini ditandai dengan laju korosi 5.30 mpy, sedangkan laju korosi yang terjadi 330 mpy. Dari perangkat lunak Predict modul flow modeling pola aliran dikategorikan sebagai aliran annular mist. Kategori aliran ini berdasarkan harga

xxxv superficial gas velocity dan superficial liquid velocity. Aliran mist akan terbentuk apabila adanya kecepatan gas yang tinggi sehingga cairan dalam hal ini minyak dan air akan berentuk gelembung-gelembung kecil seperti embun. Gelembunggelembung kecil ini memiliki energi kinetik yang tinggi dan memiliki momentum yang besar untuk mengikis permukaan metal. Gambar 4.2 Flow modeling modul pada Predict 4.5 ANALISA PEMODELAN MENGGUNAKAN METODA ELEMEN HINGGA Dari hasil pemodelan menggunakan metoda elemen hingga dapat dilihat bahwa kecepatan yang terjadi pada garis A-B yaitu pada keluaran master block mencapai harga maksimum pada jaran 0.8 in (20 mm) dari titik A. Harga maksimum tersebut sebesar 60.1 m/s. Apabila dilihat dari lokasi kebocoran pada master block, kebocoran terjadi pada arah jam 1 seperti dutunjukkan pada gambar 4.5.

xxxvi A B C D Gambar 4.3 Hasil pemodelan pola aliran pada temperatur 170 0 F Gambar 4.4 Grafik kecepatan sepanjang garis A-B

xxxvii Gambar 4.5 Lokasi kebocoran pada master block [1] Gambar 4.6 Lokasi kebocoran pada bagain dalam master block [2] Dengan melihat pola aliran dari hasil pemodelan menggunakan metoda elemen hingga, maka mekanisme korosi dapat dimodelkan seperti pada gambar 4.7. Gambar 4.7 adalah skematik terjadinya erosi pada master block. Erosi terjadi ditandai dengan warna abu-abu. Erosi pertama terjadi pada daerah di dekat belokan, pada daerah ini kecepatan yang terjadi 2876 in/s atau 73 m/s dengan arah serong 45 0 seperti ditunjukkan panah warna merah pada gambar 4.3. Kecepatan maksimum dengan arah ini akan mengikis permukaan master block. Pengikisan akan terus berlanjut menuju kearah keluaran gas pada master block. 1 2 3 4 Gambar 4.7 Skema erosi pada master block

xxxviii Gambar 4.8 Hasil pemodelan skema erosi Gambar 4.9 Hasil detail pemodelan skema erosi Skematik mekanisme erosi seperti pada gambar 4.7 dapat dibuktikan dengan pemodelan menggunakan metode elemen seperti pada gambar 4.8 dan 4.9. Dari gambar 4.9 kecepatan maksimum dengan arah serong 45 0 akan mengikis permukaan baja pada bagian dalam master block. Erosi akan terus berlanjut sepanjang permukaan atas menuju ke nozzle keluaran dari master block.

xxxix 4.6 ANALISA KECEPATAN EROSI MENGGUNAKAN KRITERIA API RP 14E Dalam standar API RP 14E mengenai Offshore Production Platform Piping System pada bagian 2.5.a dibahas mengenai kecepatan minimum fluida yang dapat menyebabkan terjadinya erosi. Fluida dalam pembahasan API 14E bagian 2.5.a adalah fluida dua fasa. Perhitungan kecepatan erosi dinyatakan dengan formula sebagai berikut: V e c =.(4.1) ρm 12409. S 1. P + 2.7. R. S ρ m = 198.7. P + R. T. Z g. P..(4.2) c = 100 untuk operasi berkesinambungan dan murni air tanpa ada partikel c = 125 untuk operasi yang tidak berkesinambungan c = 150~200 untuk aliran yang menggunakan inhibitor dan CRA material (corrosion resistant alloy). S 1 = 0.887 (specific gravity rata-rata untuk air dan minyak) S g air = 1 S g minyak = 0.775 P = 1214.7 psia, tekanan operasi absolute R = 101123.6 perbandingan gas dan liquid (minyak dan air) S g = 0.66 specific gas gravity T = 630 temperatur operasi, o R Z = 0.9 faktor kompresi gas 12409* 0.887 *1214.7 + 2.7 *101123.6* 0.66*1214.7 ρ m = = 4.033 198.7 *1214.7 + 101123.6*630*0.0 100 V e = = 49.78 ft / s 4.033 lbs / ft 3 Dari perhitungan kecepatan minimum yang dapat menyebabkan erosi sesuai kriteria API RP 14E adalah 49.78 ft/s (15.1 m/s). Kecepatan maksimum aktual yang terjadi adalah 239.5 ft/s lebih tinggi daripada kecepatan minimum terjadinya

xl erosi. Kecepatan aktual yang terjadi 481.1% dari kecepatan minimum terjadinya erosi. Pada bagian loop spool kecepatan maksimum yang terjadi adalah 44.8 m/s lebih besar dari kecepatan minimum terjadinya erosi. Kecepatan maksimum terjadi pada bagian tengah elbow, sedangkan kecepatan dekat dinding elbow kecil sehingga erosi yang diakibatkan kecepatan fluida tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan erosi yang terjadi pada master block.