BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Indikator yang dihasilkan adalah 19 variabel seperti yang dapat dilihat pada tabel

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PENERBANGAN TAHUN

PENGANTAR KETUA KNKT PADA MEDIA RELEASE 28 DESEMBER 2010 DI GEDUNG NANGGALA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. xxi. Halaman DAFTAR TABEL... xxv DAFTAR GAMBAR... xxvii DAFTAR LAMPIRAN... xxix

SKEP /40/ III / 2010

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor penyebab..., Dave Akbarshah Fikarno, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PETUNJUK PELAKSANAAN INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI PENERBANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi. Di era teknologi informasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi

1. Pendahuluan 2. Dasar Teori

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi udara sebagai media perpindahan barang, orang dan jasa yang cepat

Model System Dinamics

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Singapura dengan Douglas Aircraft D2/F6 perusahaan KNILM (Koninklijke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melanda hampir seluruh maskapai penerbangan, juga yang paling menyorot

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat terlihat dengan semakin bertambahnya maskapai

ANALISIS KECELAKAAN PENERBANGAN DI INDONESIA UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

2 Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi,

Advisory Circular 92-01

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility

GAMBARAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN INDONESIA

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

SI 2124 PENGANTAR SISTEM TRANSPORTASI

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

RINGKASAN EKSEKUTIF I. PENDAHULUAN

STATUS LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DAN MONITORING REKOMENDASI KESELAMATAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sekaligus sebagai pendorong pertumbuhan pariwisata. Untuk

I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya blind spot pada lokasi. pesawat dengan pengawas lalu lintas udara di darat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

perputaran roda ekonomi semakin cepat. Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir ini

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 116 Tahun 2013 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG RUSAK DI BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR: PM. 128 TAHUN 2015 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG RUSAK DI BANDAR UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PENGEMBANGAN APLIKASI INVESTIGASI KECELAKAAN KERETA API BERBASIS WEB

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS SFC PADA BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. belakangan ini pertumbuhan agen-agen travel kian pesat guna mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

SISTEM INFORMASI IURAN WAJIB ASURANSI KENDARAAN UMUM PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

ETIKA PROFESI AIR TRAFFIC CONTROLLER (ATC) BEKERJA DI BANDARA DI SUSUN OLEH :

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat menjawab permasalahan yang telah di bahas sebelumnya. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Indikator yang dihasilkan adalah 19 variabel seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.2.1. Setelah dilakukan Uji Reliabilitas dan Uji Validitas, maka indikator yang dapat digunakan sebanyak 19 variabel karena memiliki nilai rhitung > r-tabel. 2. Berdasarkan alur aliran Causal Loops Diagram (CLD) dan Stock Flow Diagram (SFD) pada grafik 4.3.1 dan grafik 4.4.1 dan simulasi yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa: 2.1. Variabel awal dalam pengukuran kepadatan lalu lintas penerbangan terhadap kecelakaan transportasi penerbangan adalah Laju Jumlah Penumpang, Pertumbuhan Maskapai dan Produktivitas Industri Penerbangan. 2.2. Variabel awal dalam pengukuran tingkat rekomendasi yang dikeluarkan KNKT terhadap kecelakaan transportasi penerbangan adalah Laju Kecelakaan, Jumlah Kecelakaan, Jumlah Serious Incident dan Rate Accident Incident. 2.3. Setelah dilakukan strategi intervensi, maka dihasilkan 6 (enam) variabel baru, antara lain Sharing Best Practice, Kinerja Investigator, Antisipasi 70

Kecelakaan, Rekomendasi dan Safety Actions, Kontribusi Kecelakaan dan Investigasi Kecelakaan. 2.4. Penjelasan dari ke-6 (enam) variabel baru di atas, sebagai berikut: 1. Variabel pertama adalah Sharing Best Practice Kegiatan Sharing Best Practices bermanfaat untuk menambah pengalaman dan memperkaya knowledge, sehingga apabila ada data/informasi kecelakaan yang dibutuhkan, dapat disampaikan secara akurat. 2. Variabel kedua adalah Kinerja Investigator Knowledge Management System dapat mempermudah dalam pencarian dan penyebaran data/informasi, sehingga kinerja investigator akan semakin efektif. 3. Variabel ketiga adalah Antisipasi Kecelakaan Knowledge Management System bisa digunakan sebagai tindakan antisipasi kecelakaan dari bentuk pengetahuan berdasarkan pengalaman menjadi pengetahuan yang tersistem, sehingga diharapkan terjadi penurunan jumlah kecelakaan transportasi kecelakaan penerbangan. 4. Variabel keempat adalah Rekomendasi dan Safety Actions Investigator bertangggung jawab atas data dan informasi kecelakaan transportasi, pemberian rekomendasi serta safety actions kepada regulator dan operator. 71

5. Variabel kelima adalah Kontribusi Kecelakaan Rekomendasi dan safety actions diharapkan dapat mengelompokkan faktor penyebab kecelakaan sehingga tidak terjadi kecelakaan dengan penyebab yang sama. 6. Variabel keenam adalah Investigasi Kecelakaan Dalam mencapai zero accident, dilakukan investigasi untuk memahami penyebab kecelakaan sehingga penyebab yang sama tidak terulang. 4.1.REKOMENDASI Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan masukan, antara lain: 1. Variabel-variabel pengukuran dijadikan dasar dalam mengambil keputusan dan pengambilan kebijakan dalam pengembangan KMS 2. Melakukan pengembangan berdasarkan variabel pengukuran sesuai dengan kebutuhan investigasi kecelakaan transportasi 3. Mensederhanakan format sistem yang dapat memudahkan investigator dalam memperoleh data/informasi yang dibutuhkan. 4. Melakukan sosialisasi pengimplementasian tacit knowledge dan explicit knowledge. 5. Penambahan fasilitas yang dibutuhkan untuk mempermudah pengumpulan data/informasi/bukti pada saat investigasi di lapangan 6. Penyediaan data secara online dapat mempermudah dan mempercepat penyampaian informasi kecelakaan. 72

7. Meningkatkan fungsi pengawasan terhadap operator dan regulator penerbangan terkait dengan implementasi Knowledge Management System sesuai dengan Standar Internasional (ICAO, CASR dan manual yang diterbitkan oleh pabrikan dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan). 5.3.IMPLIKASI MANAJERIAL Implikasi manajerial yang dapat diimplementasikan dalam memberikan rekomendasi dan safety actions oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam melakukan investigasi kecelakaan transportasi antara lain: a. Awal berdirinya KNKT merupakan hasil dari JAA (Joint Aviation Authorities) yang merekomendasikan agar Indonesia memiliki lembaga independent untuk menangani kecelakaan pesawat udara, maka sesuai dengan Doc ICAO 9859 Tahun 2009, ICAO Annex 13, ICAO Doc 9756, maka pemerintah melalui Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengharapkan adanya tindak lanjut dari rekomendasi dan saftey actions yang telah dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memonitoring tindak lanjut dari hasil laporan awal sampai laporan akhir investigasi kecelakaan transportasi yang di keluarkan KNKT, menerapkan Safety Management System (SMS) sebagai salah satu tindakan pencegahan kecelakaan transportasi penerbangan. b. Hasil rekomendasi dan satefy actions yang sudah ada diharapkan dapat diterapkan dengan menggunakan Knowledge Management System (KMS), sehingga semua data dan informasi yang masih dalam bentuk tacit knowledge 73

(pengalaman, skill, atau pemahaman dari seseorang yang sulit dibagikan kepada orang lain) dapat di implemantasikan dalam bentuk explicit knowledge (pengetahuan yang tertulis, terarsip, dan terdokumentasi yang dapat dibagi dan dijelaskan kepada orang lain). c. Kehandalan dalam memelihara data dan informasi yang berupa explicit knowledge sehingga kemungkinan rekomendasi dan safety actions yang berulang dapat dihindari. d. Melakukan pelatihan pada investigator agar aktif dalam mendapatkan data dan informasi dari pabrikan pesawat ataupun dari operator dan regulator sehingga data dan informasi yang dimiliki dapat tetap sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. 74