STRATIFIKASI INDUK DAN PEBINAAN KELOMPOK SEBAGAI BAGIAN DALAM PERBAIKAN MUTU GENETIK SAPI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

PENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI PO MELALUI PENYEBARAN PEJANTAN UNGGUL HASIL UNIT PENGELOLA BIBIT UNGGUL (UPBU)

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

KERAGAAN REPRODUKSI SAPI BALI PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN TABANAN BALI

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

NATURAL INCRESAE SAPI BALI DI WILAYAH INSTALASI POPULASI DASAR PROPINSI BALI

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

PEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG)

SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

Karakteristik Peternak dan Tingkat Masukan Teknologi Peternakan Sapi Potong di Lembah Prafi Kabupaten Manokwari

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

KINERJA PRODUKSI DAN UMUR PUBERTAS PEDET HASIL KAWIN SILANG SAPI PO, SIMMENTAL DAN LIMOUSIN DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PENDUGAAN BOBOT BADAN CALON PEJANTAN SAPI BALI MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

PERFORMANS PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT

EFEKTIVITAS SELEKSI DIMENSI TUBUH SAPI BALI INDUK WARMADEWI, D.A, IGL OKA DAN I N. ARDIKA

EVALUASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PERSILANGAN DUA DAN TIGA BANGSA PADA PETERNAKAN RAKYAT

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Model Rekording dan Pengolahan Data untuk Program Seleksi Sapi Bali

PERFORMANS SAPI PERANAKAN ONGOLE MUDA PASCASCREENING

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Performans Anak Hasil Persilangan Induk Sapi Bali dengan Beberapa bangsa Pejantan di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

IDENTIFIKASI POLA PERKAWINAN SAPI POTONG DI WILAYAH SENTRA PERBIBITAN DAN PENGEMBANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

STUDIPETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR SKRIPSI AJI SURYANA

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG

Adrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km.5 Palangka Raya

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Seleksi Awal Pejantan Sapi Bali Berbasis Uji Performans. Eary Selection of Bali Cattle Stud Based on Performance Test

PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK SAPI BALI DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

MODEL PEMBIBITAN SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU PROPINSI SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA UMUR 0 3 BULAN (PRASAPIH)

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI DESA CANDEN KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

STUDI UJI PERFORMANS TERNAK SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN (PRELIMINARY STUDY) Abstrak

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

PENGARUH SELEKSI BOBOT SAPIH DAN BOBOT SETAHUN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DI FOUNDATION STOCK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Transkripsi:

STRATIFIKASI INDUK DAN PEBINAAN KELOMPOK SEBAGAI BAGIAN DALAM PERBAIKAN MUTU GENETIK SAPI BALI (The Stratification of Cow and the Function of Livestock Service as a Part of Improvement Genetics Quality of Bali Cattle) AINUR RASYID 1, L. AFFANDHY 1, D.B. WIJONO 1, MADE LONDRA 2 dan A.R. SIREGAR 3 1 Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Pasuruan 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali 3 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor16002 ABSTRACT The traditional breeding stock of beef cattle is mostly oriented on cow ability to produce the calf, but still not for the quality. The genetic improvement of beef cattle can be done by empowerment of groups of breeding stock.the survey is aimed to stratification cow of Bali cattle, for the proces of forming breeding stock. The survey was carried out in the Tabanan regency, province of Bali, as the area of local village breeding centre and combined with the Bali Cattle Improvement Project (P3 Bali). The survey was done through the observation technique, monitoring and livestock services of farmer groups. The observation was done on the performance body weight of cow and linier body size. The stratification of cow was grouped into three groups (Class) namely a group of cow having performance over means (A), a group of cow of the same means (B) and a group of cow under means (C). The livestock services were done to groups institution and gave suitable innovation technology. The data analysis on descriptive consisting of the average value, variety, and frequency distribution. The results of the survey showed that the average body weight of dam was 282.44 ± 51,53 kg (192.5 424 kg), body length, body height and chest girth were 121.1 cm; 114.3 cm and 162.4 cm. The stratification body weight of cow for Group A was 295 424 kg, B was 260 294 kg and C was 192.5 259 kg. It was concluded that the empowerement of groups by guidance service, and selecting and recording regularly will reinforce to keep good dam and the improvement of calf produced. Key Words: Bali Cattle, Stratification, Genetics Quality ABSTRAK Pembibitan sapi potong rakyat sebagian besar masih berorientasi pada kemampuan induk dalam produksi pedet, tetapi belum pada peningkatan kualitas pedet yang dihasilkan. Peningkatan mutu genetik sapi potong antara lain dapat dilakukan dengan pemberdayaan kelompok peternak penghasil bibit yang bermutu (breeding stock), melalui rekording, seleksi dan pembinaan kelembagaan. Penelitian bertujuan untuk stratifikasi induk sapi Bali, dalam rangka proses pembentukan kelompok penghasil bibit (breeding stock). Penelitian dilakukan di Kabupaten Tabanan Propinsi Bali yang merupakan wilayah pembibitan dan dipadukan dengan kegiatan Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3 Bali). Penelitian dilakukan secara survei dengan teknik observasi, monitoring dan pembinaan kelompok. Observasi dilakukan terhadap performans bobot hidup dan ukuran linier tubuh tubuh. Stratifikasi induk dikelompokan menjadi 3 kelompok (Kelas) yaitu: kelompok sapi induk yang mempunyai performans di atas rata-rata (Kelas A), sama dengan rata-rata kelompok (Kelas B) dan di bawah rata-rata kelompok (Kelas C). Pembinaan kelompok dilakukan terhadap kelembagaan atau infrastruktur kelompok dan memberikan inovasi teknologi yang sesuai. Analisis data secara deskriptif meliputi nilai rataan, keragaman dan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performans rata-rata bobot hidup induk sebesar 282,44 ± 51,53 kg dengan kisaran 192,5 424 kg, panjang badan, tinggi badan dan lingkar dada masing-masing sebesar 121,1 cm; 114,3 cm dan 162,4 cm. Stratifikasi berat badan induk untuk klas A sebesar 295 424 kg, B sebesar 260-294 kg dan C sebesar 192,5 259 kg. Disimpulkan bahwa stratifikasi induk dan pembinaan kelompok peternak yang diikuti dengan rekording dan seleksi yang teratur akan mendorong peternak untuk mempertahankan induk yang baik dan peningkatkan kualitas pedet yang dihasilkan. Kata Kunci: Sapi Bali, Stratifikasi, Mutu Genetik 112

PENDAHULUAN Usaha pembibitan sapi potong rakyat sebagai pemasok utama sapi potong bakalan di dalam negeri, sebagian besar dikelola secara tradisional karena keterbatasan modal, teknologi dan sumberdaya sehingga produktivitasnya rendah. Pola pembibitan rakyat sebagian besar berorienstasi pada kemampuan induk untuk menghasilkan anak, dan belum mengarah pada peningkatan kualitas pedet yang dihasilkan (RASYID et al. 2003). Oleh karena itu diperlukan program pembibitan sapi potong melalui pembinaan kelompok penghasil bibit. Sapi Bali merupakan salah satu sapi asli Indonesia yang diandalkan karena mempunyai kualitas daging dan karkas yang baik, kemampuan reproduksi baik dan mempunyai adaptasi tinggi terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tersebar secara luas dibandingkan dengan sapi potong lokal lain. Ada persepsi menyatakan bahwa terjadinya penurunan produksi dan kualitas sapi Bali di Indonesia belum dapat dibuktikan kebenarannya, walaupun bobot sapi Bali yang dipotong sekarang ini lebih rendah dari tahuntahun sebelumnya (LINDSAY and ENTWISTLE, 2003). Upaya peningkatan mutu genetik sapi potong telah banyak dilakukan dalam berbagai program pembibitan tetapi belum memberikan hasil yang optimal (MUDIKJO dan MULADNO 1999). Program breeding pada sapi potong rakyat sulit dilakukan karena pendapatannya lambat dan berjangka panjang, sedangkan pendapatan yang memadai memerlukan tujuan pengembangan genetik yang stabil dalam periode yang lama (HUSODO, 2000; MARTOJO, 2003). Selanjutnya MARTOJO (2003) menyatakan bahwa program breeding yang tepat dan sederhana untuk peternakan sapi potong di pedesaan adalah pembentukan kelompok penghasil bibit, melalui rekording, seleksi dan pembinaan kelompok Rekording dan seleksi dilakukan terhadap induk dan hasil turunannya, yaitu induk-induk dengan performans produktivitas di atas rata-rata kelompok, bebas cacat genetik dan tidak pernah melahirkan cacat. Genetik diprioritaskan untuk dipertahankan dalam kelompok. Peningkatan mutu genetik pada dasarnya memerlukan dua pendekatan yaitu seleksi dan perkawinan silang dan untuk sapi potong murni seperti sapi Bali di Propinsi Bali hanya dapat dilakukan melalui seleksi dan pembentukan breeding stock (THALIB, 2001). Stratifikasi induk sapi Bali dan pembinaan kelompok sebagai penghasil bibit yang bermutu diharapkan dapat memotivasi kelompok peternak dalam seleksi sapi induk dan hasil turunannya, guna memperbaiki mutu genetik sapi Bali. Tujuan penelitian adalah stratifikasi induk dalam rangka proses pembentukan kelompok penghasil bibit. MATERI DAN METODE Kegiatan penelitian dilakukan tahun 2004 di Kabupaten Tabanan Propinsi Bali yang merupakan daerah pembibitan sapi Bali dan wilayah Village Breeding Centre (VBC) setempat. Kegiatan ini dipadukan dengan kegiatan Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3 Bali). Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan teknik observasi, monitoring dan pembinaan kelompok. Observasi dilakukan terhadap performans bobot hidup dan ukuran tubuh induk sapi Bali. Pengumpulan data dilakukan setiap tiga bulan selama 10 bulan pengamatan. Hasil pengukuran terhadap performans bobot hidup induk kemudian di stratifikasi menjadi tiga kelompok yaitu kelas A, B dan C. Kelas A merupakan kelompok induk yang mempunyai berat badan diatas ratarata kelompok, Kelas B adalah kelompok induk yang mempunyai berat badan sama dengan rata-rata kelompok, dan Kelas C adalah kelompok induk yang mempunyai berat badan dibawah rata-rata kelompok. Metode pengelompokan berdasarkan nilai percentil (P) yaitu Kelas C: P<33, Kelas B: P34-P66 dan Kelas A: P 67. Materi penelitian menggunakan 100 ekor sapi Bali induk milik anggota kelompok peternak. Pembinaan kelompok dilakukan terhadap fungsi kelembagaan atau infrastruktur, kelompok, seleksi, rekording, dan memberikan inovasi teknologi yang sesuai. Pembinaan kelompok dilakukan dengan mengadakan pertemuan anggota sebanyak 2 kali, terhadap sebanyak 25 30 peternak yang berasal dari anggota kelompok tani dengan mengikutsertakan petugas P3 Bali. 113

Analisis data disajikan secara deskriptif meliputi nilai rataan, keragaman dan distribusi frekuensi. Parameter yang diukur meliputi bobot hidup dan ukuran linier tubuh induk, dan kelembagaan kelompok. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi sapi potong di Bali Populasi sapi betina dewasa tahun 2002 di Bali berjumlah sebesar 167.937 ekor atau sebesar 32,17% dari total populasi sapi potong di Bali tertera pada Tabel 1, adalah paling besar dibandingkan dengan populasi sapi jantan dewasa (14,72%), jantan muda (15,70%), betina muda (13,28%), pedet jantan (11,75%) maupun pedet betina (11,81%). Kondisi ini disebabkan karena sapi betina mempunyai peranan yang penting sebagai penghasil sapi bakalan, sehingga diberlakukan peraturan larangan pengeluaran sapi betina keluar Bali maupun pemotongan sapi betina produktif. Kabupaten Tabanan yang digunakan sebagai lokasi pengamatan merupakan wilayah yang digunakan sebagai instalasi populasi dasar (IPD) oleh Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3 Bali) dalam penjaringan sapi rakyat untuk calon bibit pada Breeding Centre yang berlokasi di Pulukan Kabupaten Jembrana. Populasi sapi betina dewasa (sapi induk) di Kabupaten Tabanan berjumlah sebesar 19.127 ekor atau sebesar 33,46% dari populasi sapi potong di Kabupaten Tabanan, dengan populasi terbanyak berada di Kecamatan Selemadeg (8.375 ekor), Kecamatan Baturiti (2.880 ekor), Kecamatan Marga dan Kecamatan Panebel masing-masing sebesar 2.538 ekor dan 1.512 ekor (ANONIMUS, 2002b). Performans induk Kondisi performans induk sapi Bali di lokasi pengamatan menunjukan bahwa ratarata bobot hidup sebesar 282,44 ± 51,53 kg, panjang badan, tinggi badan dan lingkar dada masing-masing sebesar 121,1 ± 5,79 cm, 114,3 ± 3,93 cm dan 162,4 ± 10,50 cm tertera pada Tabel 2. Hasil distribusi frekuensi terhadap bobot hidup pada ketiga lokasi pengamatan menunjukan bahwa frekuensi terbesar berada pada kisaran bobot hidup antara 260 294 kg sebanyak 32%, dan diikuti dengan kisaran bobot hidup 225 259 kg sebanyak 23% dan bobot hidup 295 329 kg (18%) dan frekuensi terkecil (3%) pada kisaran bobot hidup antara 400 434 kg tertera pada Tabel 3. Kondisi ini menunjukan bahwa berat badan induk sapi Bali paling banyak pada kisaran 260 294 kg, sesuai dengan nilai modus sebesar 294,4 kg tertera pada Tabel 2. Tabel 1. Populasi sapi potong di Bali tahun 2002 Sapi jantan Sapi betina Kabupaten Dewasa Muda Pedet Kebiri Dewasa Muda Pedet Jumlah Denpasar 62 599 764 118 2.638 1.421 1.169 6.774 Badung 4.650 5.720 4.790 973 12.662 6.192 5.315 40.302 Gianyar 6.477 7.885 6.123-19.233 6.936 6.072 52.726 Klungkung 3.908 3.935 5.161 32 17.849 5.157 5.423 41.465 Karangasem 21.254 18.522 14.646-43.013 19.272 14.851 131.558 Bangli 18.162 19.335 5.383-12.244 5.422 4.339 64.885 Buleleng 14.086 14.689 15.120 1.214 31.241 14.357 15.623 106.330 Jembrana 756 1.157 2.015 515 9.930 3.475 2.939 20.786 Tabanan 7.525 10.113 7.309 11 19.127 7.124 5.938 57.147 Jumlah 76.880 81.955 61.311 2.861 167.937 69.359 61.668 521.973 Sumber: ANONIMUS (2002a) 114

Tabel 2. Performans induk sapi Bali yang beranak rata-rata 2 kali di Kabupaten Tabanan - Bali Kecamatan N (ekor) BB (kg) PB (cm) TB (cm) LD (cm) TP (cm) Panabel 42 250,9 117,8 113,3 156,3 112,7 Baturiti 19 298,7 124,2 113,2 165,2 - Marga 35 311,4 123,1 116,4 157,9 117.5 Rata-rata 96 282,44 121,1 114,3 162,4 114,9 SD 51,53 5,79 3,93 10,50 Minimal 192,5 107,00 106,00 140,00 Maksimal 424,00 135,00 124,00 190,00 - Median 258,7 120,0 114,0 160,0 Modus 294,4 120,0 115,0 162,0 BH = bobot hidup; PB = Panjang badan; TB = Tinggi badan; LD = Lingkar dada; TP = Tinggi pinggul Tabel 3. Distribusi frekuensi bobot hidup induk sapi Bali di Kabupaten Tabanan-Bali Interval berat badan(kg) Frekuensi Lokasi pengamatan (ekor) (%) Marge Baturiti Panebel 190 224 10 11 1-9 225 259 22 23 4 3 15 260 294 31 32 10 7 14 295 329 17 18 6 6 5 330 364 9 9 8 1-365 399 4 4 2 2-400 434 3 3 3 - - Total 96 100 34 19 43 Hasil pengelompokan terhadap performans bobot hidup dan ukuran tubuh induk sapi Bali menunjukan bahwa kelompok di atas rata-rata (Kelas A) mempunyai bobot hidup antara 295 424 kg, kelompok rata-rata (Kelas B) mempunyai bobot hidup antara 260 294 kg dan kelompok di bawah rata-rata (Kelas) adalah seberat 192,5 259 kg. tertera pada Tabel 4. Stratifikasi performans bobot hidup dan ukuran linier tubuh induk sapi Bali hasil pengamatan ini lebih tinggi dibandingkan dengan standar mutu sapi induk yang digunakan oleh Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3 Bali) yaitu untuk bobot hidup Skor A sebesar >265 kg, skor, B sebesar 225 265 kg dan skor C adalah sebesar <225 kg tertera pada Tabel 5. Kelembagaan kelompok Pembinaan kelompok dilakukan terhadap fungsi kelembagaan, infrastruktur kelompok; serta memotivasi peternak dalam upaya menumbuhkan kemajuan kelompok sehingga menjadi kelompok yang dinamis. Kelompok dinamis merupakan suatu kondisi kearah kemajuan kelompok dan akan terwujud apabila fungsi kelompok tani dapat berjalan secara baik (SUWASONO, 1989). Fungsi kelompok tani yaitu sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama dapat terwujud apabila dalam kelompok itu ditimbulkan suatu dinamika. Dinamika kelompok menjadi ukuran sampai berapa jauh kelompok tersebut dapat mengorganisasikan dan didalamnya tercakup unsur memajukan suatu kelompok itu hidup, bergerak aktif dalam mencapai tujuan kelompok (GUNTORO dan SULASTRI, 2000) 115

Tabel 4. Hasil pengelompokan terhadap induk sapi Bali yang beranak rata-rata 2 kali di Kabupaten Tabanan- Bali Kelompok (Kelas) Uraian BH (kg) PB (cm) TB (cm) LD (cm) A Minimal 295 124 117 165 Maximal 424 135 124 190 B Minimal 260 120 113 158 Maximal 294 123 116 164 C Minimal 192,5 107 106 140 Maximal 259 119 112 157 Kelas A: di atas rata-rata kelompok, B: rata-rata kelompok, Kelas C: di bawah rata-rata kelompok Tabel 5. Standar performans induk sapi Bali umur 5 tahun Skor sapi induk Uraian A (Baik) B (Cukup) C (jelek) Bobot hidup (kg) >265 225 265 < 225 Panjang badan (cm) >122 113 122 < 113 Tinggi badan (cm) >118 109 118 < 109 Lingkar dada (cm) >162 153 162 < 153 Temperamen Jinak Dapat dikendalikan Sulit dikendalikan Warna bulu Merah bata Merah bata coklat Pucat/kecoklatan Sumber: ANONIMUS (1983) (Data diolah kembali) Hasil pengamatan terhadap kelembagaan dan aktivitas kelompok peternak sapi Bali di lokasi pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan/ aktivitas kelompok dapat berjalan dengan baik walaupun struktur atau kelembagaan kelompok belum baik tertera pada Tabel 6. Kondisi ini disebabkan karena kelompok peternak telah lama dibentuk, tetapi fungsi kelembagaan kelompok belum berjalan dengan baik. Struktur kelompok merupakan cara kelompok untuk mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan kelompok, terkait dengan struktur kekuasaan, pengambilan keputusan, struktur tugas atau pembagian kerja dan struktur komunikasi (SLAMET,1978, disitasi oleh GUNTORO dan SULASTRI, 2000). Kegiatan kelompok peternak binaan dari P3 Bali yaitu kegiatan pemeriksaan umum (PU) meliputi kegiatan penimbangan ternak, pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi; dan kegiatan penyuluhan massal (PM). Disamping itu dalam proses produksi peternak binaan mendapat bantuan kredit berupa 2 ekor sapi Bali yang pengembaliannya sampai 5 tahun (ANONIMUS, 2004). Tujuan pembinaan kelompok dalam kegiatan ini adalah membantu proses pembentukan kelompok peternak penghasil bibit (breeding stock). Untuk membentuk kelompok breeding stock diperlukan suatu kelembagaan dan infrastruktur kelompok yang kompak serta mampu memanfaatkan/ mengarahkan sumberdaya semaksimal mungkin. Pembinaan kelompok diharapkan memberikan suatu pemahaman dan partisipasi peternak dalam mempertahankan sapi yang baik; karena akibat kebutuhan ekonomi peternak harus mengeluarkan ternak peliharaannya walaupun ternak tersebut bermutu baik (THALIB dan SIREGAR, 1991). Keberhasilan program pengembangan ternak selain ditentukan aspek teknis, aspek sosial (individu peternak) sangat menentukan dalam proses sosialisasi program sebelum diimplementasikan (WAHYUNI dan HENDAYANA, 2001). 116

Tabel 6. Diskripsi kelembagaan dan aktivitas kelompok sapi Bali di lokasi pengamatan Uraian Struktur kelembagaan kelompok Ketua kelompok Pengurus kelompok Administrasi kelompok Kegiatan keuangan untuk modal kelompok Kegiatan kelompok Kesehatan dan vaksinasi Rekording dan penimbangan ternak Pertemuan kelompok Kelembagaan proses produksi Pola hubungan dengan pihak luar Jaringan pemasaran Aktifitas kegiatan Belum jelas Ada, umumnya pamong desa Belum jelas Belum lengkap Belum ada Ada, secara berkala Ada, secara berkala Ada, secara berkala Ada Terbatas. Terbatas pada blantik lokal Dengan metode recording dan seleksi secara sederhana serta diikuti dengan pembinaan kelompok, maka sapi induk terpilih (mempunyai performans produksi dan reproduksi baik) diupayakan dipertahankan dalam kelompok. Dalam hal ini kelompok berperan dalam menjaga ternak yang masuk kategori baik, tidak dikeluarkan dari kelompok dengan cara dibeli dan digaduhkan kembali kepada peternaknya. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemupukan modal kelompok melalui simpan pinjam yang diawali dengan kegiatan menabung bagi anggotanya serta menggalang kerjasama dengan lembaga keuangan atau KUD setempat. KESIMPULAN Performans bobot hidup induk sapi Bali terpilih pada kelompok A sebesar 295 424 kg, kelompok B sebesar 260 294 kg. Pemberdayaan kelompok peternak melalui pembinaan kelembagaan dan diikuti dengan rekording dan seleksi yang teratur akan mendorong peternak untuk mempertahankan induk dan turunannya yang bermutu guna peningkatan mutu genetik sapi Bali. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada staf Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali yaitu Ir. I Gede Bagus Mahabratha, I Ketut. Terima, I Ketut Suryana, Bambang Wijono dan petugas teknis di Instalasi Populasi Dasar unit Kecamatan Panebel (I Ketut Budharsa) dan unit Kecamatan Marga (I Nyoman. Wata) yang telah banyak membantu pelaksanaan kegiatan penelitian. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Dwi Supriyanto, Worosabana dan Bambang Suryanto teknisi litkayasa Loka Penelitian Sapi Potong yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 1983. Petunjuk Teknis Penentuan Urutan Nilai Mutu Genetik (Ranking). Proyek Pembibitan Sapi Bali. Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (Inpress). ANONIMUS. 2002a. Laporan Tahunan 2002. Dinas Peternakan Propinsi Bali. ANONIMUS. 2002b. Laporan Cacah Jiwa Ternak Propinsi Bali Tahun 2002. Dinas Peternakan Propinsi Bali. ANONIMUS. 2004. Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali. Kerjasama antara Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dengan Proyek Pembinaan Peningkatan Produksi Peternakan Tahun Anggaran 2004. GUNTORO, B. dan E. SULASTRI. 2000. Pengaruh Jarak Antara Lokasi Kelompok Tani Ternak Sapi Potong dan Pusat Kota Terhadap Dinamika Kelompoknya pada Sistem Perkampungan Ternak di Kabupaten Bantul. Bull. Peternakan 24(3): 35 141. 117

HUSODO, S.Y. 2000. Upaya HKTI dalam Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional dan Agribisnis Peternakan. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 19 September 2000 Puslitbang Peternakan. hlm. LINDSAY, D. and K. ENTWISTLE. 2003. Summary and Recommendations. Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia. Proc. of Workshop 4 7 February 2002, Bali, Indonesia. ENTWISTLE, K. and D.R. LINDSAY (Eds.). ACIAR. No. 110. Canberra. MARTOJO, H. 2003. A Simple Selection Program for Smallhorder Bali Cattle Farmers. Proc. of Workshop 4 7 February 2002, Bali, Indonesia. ENTWISTLE, K. and D.R. LINDSAY (Eds.). ACIAR. No. 110. Canberra. MUDIKJO, K dan MULADNO. 1999. Pengembangan Industri Sapi Potong pada Era Pasca Krisis. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1 2 Desember 1998 Puslitbang Peternakan, Bogor (Jilid I). RASYID, A., GUNAWAN, L. AFFANDHY, D.B. WOJONO dan A.R. SIREGAR. 2003 Pembentukan Bibit Unggul Sapi Potong: Analisis Potensi Biologis Berbagai Genotipe Sapi Potong. Laporan Akhir. Loka Penelitian Sapi Potong. Grati. SUWASONO, S. 1989. Upaya Mendinamiskan Kelompok Tani Nelayan di Jawa Timur. Pros. Seminar Penyuluhan Pertanian, APP Penanggungan Malang dan ISPI Jawa Timur. Malang, 23 Desember 1989. THALIB, C. 2001. Pengembangan Sistem Perbibitan Sapi Potong Nasional. Wartazoa 11(1): 10 19. THALIB, C. dan A.R. SIREGAR. 1991. Peranan Pemuliaan Ternak Potong di Indonesia. Wartazoa 2 (1 2) September 1991. WAHYUNI, S., R. HENDAYANA. 2001. Rekayasa Sosial Dalam Pengembangan Peternakan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 18 September 2001 Puslitbang Peternakan. 118