Ekonomi 2009: Perlu langkah-langkah Baru

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

Disampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

Diskusi Terbuka INFID

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

Kondisi Perekonomian Indonesia

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

Catatan Mengenai Kebijakan Stimulus Fiskal 2009 No. 04/REF/B.AN/II/2009. Handriyanto Setiadi BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Problema dan Upaya Mengatasi Dampak Krisis Keuangan Global Pada Perekonomian Nasional

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Issu-Issu Global Menyikapi Krisis Ekonomi Tahun 2009

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASEAN ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 2,2% pada 2012 dan 1,5% pada 2013 atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

Perekonomian Indonesia

SURVEI PERSEPSI PASAR

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Pemulihan Ekonomi Global, Seberapa Solid?

Konferensi Pers Presiden RI Mengenai Penurunan Nilai Tukar Rupiah, Tgl. 21 Agt 2013, di Jakarta Rabu, 21 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

VII. SIMPULAN DAN SARAN

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global

BAB I PENDAHULUAN. menggemparkan dunia. Krisis keuangan ini telah berkembang menjadi masalah

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997, kinerja pasar modal atau pun pasar saham mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

Transkripsi:

Ekonomi 2009: Perlu langkah-langkah Baru Yoke Muelgini** Senin, 19 Januari 2009 SELAIN bagaimana menyiapkan kado agenda pemilu dalam pesta demokrasi 2009, tantangan besar yang mengancam sepanjang 2009 adalah bagaimana menghadapi dampak krisis ekonomi global (KEG) yang sedang merembet ke semua sektor perekonomian sejak September 2008. Karena skala dan sifatnya yang global, penanganan dampak krisis ekonomi kali ini menuntut semua pemangku kepentingan dapat merespons dan menanganinya bukan saja secara antisipatif, melainkan juga proaktif, cepat, cerdas, dan fokus. Cara-cara penanganan krisis yang tidak antisipatif, reaktif, lamban, dan tidak fokus seperti pengalaman krisis 1998 jangan sampai terulang; karena kita tidak ingin masuk lubang yang sama untu kedua kalinya: Menjadi bangsa yang paling lamban pulih dari krisis ekonomi. Krisis Ekonomi Global Perkembangan mutakhir ekonomi global yang dilaporkan IMF dan Bank Dunia pada akhir Desember 2008, menunjukkan kondisi krisis ekonomi yang kita hadapi ke depan sudah sangat serius. Krisis yang sedang dihadapi AS dan negara-negara maju lain dapat dikatakan sudah sistemik karena yang diserang sektor keuangan, yang notabene merupakan jantung perekonomian yang berfungsi mentransmisikan darah ke seluruh tubuh perekonomian dunia. Akibatnya, sebagian terbesar sistem keuangan berbasis pasar keuangan mengalami malfunction (lumpuh).

2 Untunglah, struktur keuangan kita masih berbasis perbankan tradisional atau masih berada pada tahapan good ild banking system dalam arti sektor keuangan kita masih didominasi perbankan (80%) dan pasar modal masih dalam tahap berkembang. Struktur dan sistem keuangan yang masih berkembang dan karena itu masih originate and retain membuat perekonomian kita tidak terlalu terkait dengan perekonomian AS dan sektor keuangan AS, Kanada, Eropa (Jerman, Inggris, Prancis, Italia), Jepang, dan Australia yang pada umumnya berbasiskan pasar keuangan. Dengan demikian, sejauh ini gelombang pertama krisis keuangan global baru sempat berdampak sangat buruk terhadap pasar-pasar keuangan dan bursa efek kita yang memang memiliki exposure terhadap struktur keuangan AS. Dewasa ini, perekonomian negara-negara maju di AS dan Kanada, Eropa, Australia, dan Jepang sedang melambat dan sudah resmi memasuki resesi karena selama satu semester terakhir berbagai indikator ekonomi menunjukkan pertumbuhan ekonomi di negaranegara tersebut sudah melambat. Hasil prediksi mutakhir berbagai lembaga kajian ekonomi internasional tentang perdagangan global menunjukkan untuk pertama kali sejak tahun 1982, perdagangan global selama tahun 2009 diperkirakan mengalami kontraksi sehingga berpotensi mengganggu kinerja ekspor dan impor semua negara. Investasi asing dan arus likuiditas jangka pendek mengering, dan pasar saham dan nilai tukar mata uang banyak negara kolaps, inflasi di sejumlah negara melonjak. Rencana-rencana tanggap darurat yang lebih credible (dibanding dengan pendekatan piecemeal yang telah dilakukan setiap negara) dan telah dikoordinasikan secara internasional oleh para pemimpin ekonomi dunia sepanjang Oktober 2008 sampai kini terbukti gagal mencegah penyebaran krisis. Kini secara bersama-sama, semua negara sedang memberikan berbagai respons dan langkah antisipatif untuk mengatasi dampak krisis ekonomi dan memulihkan kepercayaan pada pasar-pasar keuangan dan menjaganya dari keruntuhan lebih lanjut.

3 Langkah-langkah tersebut dimulai dari perbaikan atas lanskap keuangan dunia, penyediaan dana dalam jumlah yang sangat besar untuk merekapitalisasi bank-bank, penyediaan blanket guarantee terhadap simpanan bank dan berbagai aset keuangan lainnya, dan mem-bailout sektor perekonomian, mulai perbankan, keuangan, manufaktur, jasa, produsen, hingga konsumen. Secara sendirisendiri, setiap pemerintah di negara-negara maju dan berkembang telah berkoordinasi mengenai fiskal dan moneter untuk mengimplementasikan berbagai paket stimulus untuk mencegah agar krisis ekonomi global tidak menjerumuskan ekonomi negara ke dalam resesi besar. Ibarat virus, krisis ini dengan cepat menyebar ke seluruh sektor sehingga ekonomi AS dan negara-negara maju lain diperkirakan baru akan mulai bangkit kembali secara gradual pada 2010. Perlu Langkah Baru Ada beberapa hal yang perlu dicatat tentang ekonomi yang kita hadapi pada 2009. Pertama, krisis membuat perekonomian dunia sedang terdorong bergerak menuju suatu keseimbangan baru. Dengan demikian, sejak krisis keuangan AS berubah menjadi krisis ekonomi global sejak September 2008, kita mulai dihadapkan pada suatu realitas baru. Realitas pertama adalah pertumbuhan ekonomi dunia sejak kuartal IV 2008 turun tajam dan penurunan tersebut terus berlangsung sampai paling tidak kuartal IV 2009. Perekonomian emerging markets di Asia diperkirakan IMF (Oktober 2008) turun dan data lebih mutakhir menunjukkan selama kuartal IV 2008 ternyata pertumbuhan lebih lamban daripada yang diperkirakan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi dunia menurun tajam dan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 dan 2010 kemungkinan tidak mencapai 6% seperti yang diprediksi pemerintah, tetapi hanya 4%--4,5%. Dengan pertumbuhan sebesar itu, jelas sulit mengurangi peningkatan jumlah pemutusan hubungan kerja yang sedang terjadi. Demikian pula, kecil kemungkinan kurs rupiah akan menguat kembali ke level di bawah Rp10 ribu per dolar AS selama tahun 2009.

4 Munculnya realitas baru ini tentu saja menuntut adanya perubahan pada cara berpikir (mindset) yang juga baru di berbagai kalangan pemangku kepentingan. Kalangan pengambil kebijakan dituntut memiliki cara berpikir yang lebih adaptif terkait pilihan kebijakan dan urgensi langkah-langkah strategis yang akan diambil. Kalangan pemerintah daerah tampaknya masih mengalami kambuhnya penyakit lama seperti ketika sedang menghadapi krisis 1998, yaitu masih bingung mengakui apakah ekonomi benar-benar sedang dalam kondisi krisis sehingga belum semua pihak di tataran pemerintahan melihat krisis global ini sebagai sesuatu yang sangat serius. Akibatnya koordinasi tindakan antara pemerintah pusat yang relatif jauh lebih responsif dengan pemerintah daerah dalam merespons ancaman krisis masih belum terlihat. Padahal, selama tahun ini akan banyak proyek pembangunan, terutama megaproyek infrastruktur yang bakal terhambat sehingga dalam perekonomian kita akan terjadi berbagai backlog dan bottleneck yang makin parah, termasuk pada proyek listrik 10 ribu megawatt, pelabuhan, jalan raya, jembatan, dan jalan tol. Kedua, selain menuntut perubahan cara berpikir, krisis juga menuntut dilakukannya berbagai tindakan cepat melalui berbagai langkah-langkah yang lebih prorakyat dan probisnis, terutama UKM dalam menggerakkan ekonomi. Beberapa langkah yang perlu diusulkan untuk ditempuh adalah pertama, segera menurunkan suku bunga. Langkah BI menurunkan BI rate dan upaya pemerintah melonggarkan defisit dapat dianggap sebagai kebijakan yang wajar karena pada kondisi ekonomi seperti dewasa ini perekonomian domestik memerlukan pelonggaran kebijakan moneter dan stimulus fiskal. Penurunan BI rate ini akan diharapkan segera diikuti penurunan suku bunga kredit. Sayangnya, meski BI sudah menempuh beberapa langkah untuk memperlonggar dan memperbaiki likuiditas perbankan, likuiditas masih cenderung terkonsentrasi di segelintir bank besar. Konservatisme berlebihan di kalangan perbankan dalam menghadapi krisis likuiditas membuat semua bank berusaha mengamankan basis deposito dengan menaikkan suku bunga deposito.

5 Untuk mengatasi ini, diusulkan beberapa terobosan, antara lain agar bank BUMN menjadi market leader untuk menurunkan suku bunga deposito agar suku bunga kredit juga bisa ikut turun sehingga sektor riil bisa bergerak. Tujuh Agenda Pemerintah Pemerintah sejak malam tahun baru 31 Desember 2008 telah mengumumkan tujuh agenda yang akan diambil untuk mengantisipasi atau mengatasi persoalan ekonomi yang bakal muncul tahun ini. Tujuh agenda tersebut adalah mengatasi risiko pengangguran baru akibat imbas krisis, mengelola inflasi pada batas tertentu, menjaga pergerakan sektor riil, mempertahankan daya beli masyarakat, melindungi kelompok yang berada di garis kemiskinan, memelihara kecukupan pangan dan energi, serta memelihara angka pertumbuhan ekonomi yang pantas, setidaknya mencapai 4,5% (Kompas, 2-1). Keputusan pemerintah untuk memberikan stimulus fiskal berupa pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) dan bea masuk ditanggung pemerintah (BM DTP) untuk menekan PHK dan menahan penurunan produksi (Lampost, 5-1) merupakan suatu langkah maju yang perlu diapresiasi. Dalam konteks regional, selain meningkatkan koordinasi seerat mungkin dengan pemerintah pusat, setiap daerah perlu mengantisipasi dampak krisis dengan diversifikasi produk ekspor dan negara tujuan ekspor, meningkatkan ekspor DN, melindungi pasar domestik dan mempercepat realisasi APBD untuk membantu likuiditas. Persoalannya, kita dihadapkan pada dua kendala: Lemahnya efektivitas belanja negara dan birokrasi pemerintahan serta problem sustainabilitas fiskal, terutama membengkaknya utang pemerintah dan turunnya penerimaan negara (khususnya dari pajak) akibat krisis. Lemahnya efektivitas bujet dan birokrasi dalam pelaksanaannya ini membuat stimulasi fiskal berisiko tak mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Yang menjadi persoalan, mampukah pemerintah mengelola dan menjaga momentum kepercayaan ekonomi dalam negeri itu dengan menggunakan cara-cara, langkah-langkah, dan aksi-aksi baru