BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Royan Rizalul Fiqri, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Melalui aktivitas jasmani memberi kesempatan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

, 2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X SMAN 1 SOREANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aris Risyad Ardi, 2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian pendidikan secara

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giri Lisyono R, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Enjang Risan Solehudin, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. luar jam sekolah melalui kegiatan ektsrakurikuler. keolahragaan butir C (diklusppra, 1999:2), sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deni Pazriansyah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. maanfaat yang diperoleh langsung dari aktivitas olahraga tersebut baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang melalui proses komunikasi, dalam komunikasi harus ada timbal

Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aline Noor Fajrina,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERADAP KEMAMPUAN BERMAIN HOKI DAN PEMBENTUKAN KERJASAMA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama manusia ada di dunia ini manusia tidak akan pernah lepas dalam hal belajar, karena proses belajar berlangsung seumur hidup sampat akhir hayatnya. Dalam hal proses belajar tersebut, kita mengenal istilah pendidikan yang terdiri dari tiga jalur pendidikan, yaitu jalur formal, nonformal dan informal. Akan tetapi pada hakekatnya belajar tidak hanya diperoleh dari ketiga jalur pendidikan tersebut, dari siapapun bahkan dari hewan sekalipun kita dapat belajar sesuatu hal. Ketika memasuki dunia pendidikan, kita mengenal beberapa materi pelajaran dan salah satunya adalah tentang materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Oleh sebagian kalangan materi tersebut sering dikatakan hanya dengan kata olahraga. Padahal olahraga secara umum berbeda dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Seperti yang tertera di Undang-Undang Republik Indonenesia No. 3 tentang Sistem Keolahragaan Nasional bab 1 Pasal 1 {http://www.scribd.com/doc/49688741/12/olahraga-pendidikan-dimulai-padausia-dini (27 November 2012}ada ruang lingkup olahraga itu sendiri, yaitu: 1. Olahraga Pendidikan, pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. 2. Olahraga Rekreasi, olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondidi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan. 3. Olahraga Prestasi, olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. 4. Olahraga Amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga. Perbandingan Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut

2 5. Olahraga Profesioanal adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga. Oleh sebab itu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan nasional itu sendiri. Hal ini semakin menguatkan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan itu sangatlah penting, meskipun pada kenyataannya ada beberapa pihak yang menilai sebelah mata pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan itu. Padahal pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat merangkul semua kebutuhan yang diperlukan oleh semua siswa. Dalam dunia pendidikan sendiri, olahraga dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak hanya mengasah kemampuan psikomotor saja, melainkan aspek afektif dan kognitif pula terdapat dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal tersebut dapat terlihat dan dirasakan ketika siswa sedang belajar pendidikan jasmani kesehatan olahraga dan kesehatan, selain aktifitas pengembangan gerak, para siswa juga diasah untuk membuat keputusan secepat mungkin dengan tepat dan benar, berpikir kritis, mengelola emosional. Bahkan para siswa dapat bersosialisasi secara langsung dengan cara bekerjasama dengan temannya maupun saling menghargai kemampuan teman-temannya. Menurut Gabbar (1975:5) yang diakses melalui jejaring sosial http://primasamudra.blogspot.com/2010/11/peraturan-dan-sejarah-tenis.html (12 September 2012), ada tiga tujuan pokok yang hendak ingin dicapai oleh penjas, yaitu: 1. Psikomotor, meliputi pertumbuhan biologis, kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan, efisiensi di dalam gerakan, dan sekumpulan darike terampilan gerak. 2. Kognitif, meliputi kemampuan untuk berpikir (penelitian, kreativitas, dan hubungan) kemampuan perseptual, kesadaran gerak, dan dukungan atau dorongan akademik. 3. Afektif, meliputi kegembiraan, konsep diri, sosialisasi (hubungan kelompok), sikap dan apresiasi untuk aktivitas fisik. Perbandingan Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut

3 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dipandang sebagai alat pendidikan yang mempunyai peran penting terhadap pencapain tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan baik di Sekolah Dasar (SD),Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Husdarta (2009:3) {http://rajaqu.blogspot.com/2010/06/peranan-pendidikan-jasmani-dalamupaya.html (14 September 2012)}menyatakan "Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional." Sedangkan Suherman, (2000:23) yang dikutip dari jejaring sosial {http://aiida1234.blogspot.com/p/pendidikan-jasmani.html (14 September 2012)} menyatakan bahwa "Tujuan umum dari pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial. Melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diharapkan siswa mampu memahami semua apa yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya keterampilan geraknya saja, melainkan dari sikap maupun pengetahuannya dapat terasah sekaligus pengontrolan emosi dan sikap sosialnya pula. Apabila itu semua dapat tercapai, maka pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak akan dilihat sebelah mata lagi. Beberapa materi yang ada ditingkat SMA sesuai kurikulum yang ada di antaranya adalah permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar sekolah dan kesehatan. Akan tetapi materi tersebut tidak semua harus disampaikan karena tidak setiap SMA memiliki fasilitas yang memadai, yang terpenting adalah tujuan pendidikan tercapai. Ketika akan memberikan materi, guru menggunakan beberapa pendekatan mengajar terhadap siswa. Umumnya pendekatan yang digunakan adalah pendekatan taktis dan pendekatan teknis. Dari kedua pendekatan tersebut ada

4 kelebihan maupun kekurangan masing-masing. Kedua pendekatan itu digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan berdasarkan karakter masingmasing materi. Pendekatan taktis merupakan suatu pendekatan yang mengedepankan aktivitas bermain yang menyerupai aktivitas olahraga yang sesungguhnya. Pendekatan ini sangat memungkinkan dalam materi olahraga permainan. Guru tidak harus memberikan pemanasan yang klasik saat menggunakan pendekatan ini karena pada saat pemanasan guru bisa memberikan aktivitas pemanasan melalui bermain. Ada tujuan mengajar dangan pendekatan taktis menurut Ma mun & Subroto (2001:5) yaitu : 1. Penguasaan kemampuan bermain melalui keterkaitan antara taktik dengan perkembangan permainan. 2. Memberikan kesenangan melalui aneka ragam aktivitas. 3. Memecahkan masalah-masalah dan membuat keputusan cepat dan tepat dalam bermaian. Salah satu keunggulan dalam penerapan pendekatan taktis adalah siswa dapat langsung menerapkan kemampuan tekniknya kedalam aktivitas olahraga yang menyerupai olahraga sesungguhnya. Selain itu siswa juga tidak akan merasa bosan dan jenuh dengan pemanasan yang klasik. Pendekatan ini menekankan siswa untuk lebih mudah memahami materi yang akan disampaikan. Sementara itu, pendekatan teknis adalah pendekatan yang mengedepankan kemampuan teknis dasar setiap olahraga. Pendekatan ini mengharuskan setiap siswa mampu menguasai teknik-teknis dasar seperti melakukan passing yang baik dan benar pada olahraga permainan, melempar bola ataupun pada materi ketangkasan seperti pada senam. Seperti yang disampaikan oleh Toto (2001:6): "Pendekatan tradisional untuk mengajarkan permainan menekankan pada penguasaan keterampilan teknik dasar, penguasaan unsur-unsur dasar secara terpisah baru permainan sesungguhnya." Pendekatan teknis lebih cocok digunakan saat akan menyampaikan materi yang terhitung lebih besar resikonya seperti senam, renang dan juga untuk penguasaan teknis dasar olahraga permainan. Akan Perbandingan Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut

5 tetapi dalam penggunaan pendekatan ini akan banyak waktu yang tersita karena pendekatan ini mengharuskan semua siswa menguasai teknik dasarnya. Umumnya pendekatan teknis bisa membuat siswa jenuh dan bosan karena adanya pengulangan materi inti secara terus menerus. Dari apa yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing, karena kedua pendekatan ini bisa saling menutupi satu sama lainnya. Tinggal bagaimana seorang pendidik bisa menggunakan kedua pendekatan tersebut ketika memberikan materi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Ketika penulis melakukan observasi ke SMAN 1 Garut, kedua pendekatan tersebut digunakan oleh guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah itu. Penulis melihat perbedaan partisipasi siswa ketika kedua pendekatan itu digunakan. Tujuan pendidikan bisa dikatakan berhasil apabila pendidik berhasil membuat siswa berubah kearah yang lebih baik. Tentunya perubahan tersebut bisa terjadi apabila ada partisipasi dari semua pihak, salah satunya adalah partisipasi dari siswa. Menurut Firmansyah (2008) menyatakan "Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi sosial dalam situasi tertentu." Sementara menurut Davis yang dikutip oleh Sastroputro (1989:35) menyatakan bahwa "Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan." Sedangkan "Partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah keterlibatn siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran." (Mulyasa, 2004:156). Tersedia online: http://www.scribd.com/doc/36250559/4/indikator-partisipasi- Siswa-Dalam-Pembelajaran (25 September 2012). Dalam pembelajaran, keterlibatan peserta didik merupakan hal yang mendasar dalam segala kegiatan proses belajar mengajar. Keterlibatan tersebut haruslah bisa membuat siswa untuk merespon maupun berkreasi dalam segala

6 kegiatan pembelajaran, yang akan menimbulkan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Hasil observasi sementara terkait pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMAN 1 garut menggambarkan partisipasi siswa terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan masih belum optimal apabila dibandingkan partisipasi mereka terhadap mata pelajaran lain. Walaupun secara fisik mereka mengikuti pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan akan tetapi konsentrasi, pikiran, keinginan atau perasaan tidak siap untuk menerima pembelajaran pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Sering pula ditemukan ketika pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa ikut berpartisipasi aktif. Contohnya adalah masih ada siswa yang mencari tempat yang sedikit teduh untuk menghindari panasnya sengatan matahari. Kejadian ini sering kali dijumpai pada siswa putri karena mereka takut kulitnya hitam hitam, rambutnya lepek dan kukunya patah. Selain itu ada pula siswa yang hanya asal mengikuti materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dikarenakan adanya ketidaksukaan para siswa terhadaap pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Lain pula dengan siswa lainnya, ketika pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sedang berlangsung, pikiran mereka masih terbagi kepada mata pelajaran lain yang imbasnya konsentrasi mereka terpecah belah. Padahal pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sama pentingnya dengan mata pelajaran yang lainnya. Selain itu apabila dilihat dari total jumlah jam pelajaran yang ada, penghargaan dan pengakuan terhadap pendidikan jasmani olahraga dan rekreasi sebagai mata pelajaran penting bagi pertumbuhan siswa dan juga pendidikan siswa masih kurang bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Hal tersebut yang menyebabkan siswa jadi kurang akan gerak, apalagi bila para siswa tidak punya inisiatif sendiri untuk mengikuti ektrakulikuler ataupun kegiatan lainnya yang mengedepankan pada aktivitas fisik. Permasalahan ini yang menggiring asumsi bahwa penjas tidak memberikan kontribusi bagi pendidikan siswa. Karakteristik siswa yang paling utama adalah adanya sebagian besar siswa tidak Perbandingan Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut

7 menggemari kegiatan fisik yang terdapat dalam penjas. Hanya persekian kecil siswa yang menggemarinya, itupun karena siswa atlet atau benar-benar menyukai aktivitas fisik dalam olahraga. Masih belum optimalnya partisipasi siswa terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bisa juga datang dari pendidik sendiri dalam penggunaan pendekatan pembelajaran. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Ketika pendidik menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbeda maka tampak pula perbedaan partisipasi siswa terhadap materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Diawal pembelajaran semua siswa masih segar mengikuti instruksi dari pendidik. Akan tetapi ketika memasuki inti pembelajaran ada perbedaan partisipasi siswa dengan menggunakan kedua pendekatan yang berbeda. Hal ini dapat dimaklumi karena adanya perbedaan karakter dari kedua pendekatan tersebut yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Salah satu keuntungan dari pendekatan taktis adalah memberikan pemahaman kepada siswa bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memberikan kesempatan untuk mendapatkan kegembiraan, tantangan dan ekpresi diri ketika pembelajaran berlangsung. Sementara itu keuntungan dari pendekatan teknis adalah siswa mampu menguasai teknis dasar olahraga yang diberikan. Selain ada keuntungan, kekurangan dari kedua pendekatan tersebut juga ditemui ketika pembelajaran. Salah satu kekurangan dari pendekatan taktis adalah siswa kurang menguasai teknis dasar cabang olahraga yang diberikan ketika pembelajaran. Kekurangan dalam pendekatan teknis adalah program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kurang berhasil karena mengutamakan pencapaian prestasi. Atas dasar latar belakang tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Pendekatan Taktis dan Pendekatan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut.

8 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan di atas terdapat permasalah utama yaitu penggunaan dua pendekatan yang berbeda antara pendekatan taktis dan teknis. Pendekatan taktis menurut Yudiana yang dikutip oleh Yudiningsih (2012:34): "Dalam pendekatan taktis permainan diorganisir ke arah aktivitas yang menggembirakan, masalah taktis dan strategi disampaikan dalam bentuk modifikasi permainan untuk merangsang siswa kepada membuat keputusan." Sedangkan pendekatan teknis berdasarkan American Sport Education Program, 2008 diterjemahkan oleh Lestari (Ucup, 2012:19) :...yakni pertamatama dengan memperkenalkan setiap keterampilan dasar olahraga dan diikuti dengan memperkenalkan taktik pertandingan." Dari penjelasan diatas didapatkan ciri-ciri utama pada pendekatan taktis yaitu mengemukakan pemahaman siswa, lebih menekankan pada penggunaan nalar dan menjalin kerjasama antar teman. Sementara ciri utama pendekatan teknis adalah adanya pengulangan ketarampilan (drill). Pada kenyataannya pada saat ini banyak pendidik yang masih mengesampingkan tujuan pendidikan itu sendiri dan mencampur adukan olahraga prestasi dengan olahraga pendidikan. Karena olahraga di sekolah digunakan sebagai alatnya, maka semua pihak termasuk siswa harus berpartisipasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Kita harus dapat membedakan mana olahraga prestasi dan mana olahraga pendidikan. Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Sedangkan olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan (Undang-Undang Republik Indonenesia No. 3 tentang Sistem Keolahragaan Nasional). Perbandingan yang nyata dari pendekatan taktis dan teknis di antaranya adalah aspek pengajaran yang dilakukan oleh guru. Pendekatan taktis lebih Perbandingan Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut

9 mengedeapankan kepada pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sementara itu pendekatan teknis lebih mengarah kepada menjadikan siswa mampu menguasai keterampilan teknik dasar suatu cabang olahraga. Untuk lebih lanjutnya, penulis memasukan perbandingan tersebut ke dalam tabel 1.1. Tabel 1.1. PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKTIS DAN TEKNIS Indikator Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendekatan Teknis Pendekatan Taktis Perilaku Guru Miskin pengetahuan administrasi penjas, terutama kompetensinya sebagai guru penjas Perilaku Siswa - Teknik yang dikuasai baku -Pengambilan keputusan Kurang Interaksi Guru Siswa Aspek Kontekstual Pengajaran Sifat ketergantungan siswa kepada guru sangat tinggi Olahraga Kaya pengetahuan administrasi penjas - Pengembangan kreativitas dan penalaran siswa - Pemahaman untuk memecahkan masalah Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi berbagai pengalaman dan kerjasama Pemahaman Selain adanya perbedaan di atas, terdapat pula perbedaan pada saat proses pembelajaran. Pendekatan teknis tampak seperti latihan-latihan di klub yang mengarahkan siswa untuk bisa lebih berprestasi dalam dunia olahraga, sementara pendekatan taktis dalam pengajarannya dikemas ke dalam sebuah permainan yang menuntut siswa untuk lebih paham atau memaknai setiap gerakan yang dilakukannya.

10 Tabel 1.2. PROSES PEMBELAJARAN Proses Pembelajaran Pendekatan Taktis Pendekatan Teknis - Pemanasan dan latihan yang mirip - Pemanasan dengan permainan sesungguhnya - Latihan - Permainan : *Tahap satu, keterampilan tunggal *Leveling System *Tahap dua, penggabungan *Modifikasi (peraturan, ketarampilan yang berbeda lapangan, jumlah pemain) *Tahap tiga, Strategi/ taktik *Sebenarnya - Permainan : - Evaluasi : GPAI (Game *Modifikasi (peraturan, Performance Assesment Instrument lapangan, jumlah pemain) *Sebenarnya - Evaluasi : Tes skill Dalam hal ini peneliti ingin melihat dampak yang diberikan oleh kedua pendekatan tersebut terhadap partisipasi belajar gerak siswa SMAN 1 Garut. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pendekatan taktis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMAN 1 Garut? 2. Bagaimana pelaksanaan pendekatan teknis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMAN 1 Garut? 3. Bagaimana dampak pendekatan taktis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap partisispasi belajar gerak siswa di SMAN 1 Garut? 4. Bagaimana dampak pendekatan teknis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap partisispasi belajar gerak siswa di SMAN 1 Garut? 5. Bagaiman kedua pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tersebut mampu mencapai tujuan pendidikan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan taktis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMAN 1 Garut. Perbandingan Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut

11 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan teknis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMAN 1 Garut. 3. Untuk mengetahui dampak pendekatan taktis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap partisispasi belajar gerak siswa di SMAN 1 Garut. 4. Untuk mengetahui dampak pendekatan teknis dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap partisispasi belajar gerak siswa di SMAN 1 Garut. 5. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tersebut mampu mencapai tujuan pendidikan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah : 1. Guru Untuk dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran guna meningkatkan kualitas mengajarnya. 2. Siswa Dengan mengenal bentuk pendekatan pembelajaran, sehingga tidak jenuh saat pembelajaran berlangsung. 3. Sekolah Sebagai bahan masukan untuk peningkatan kualitas pendidik dan peningkatan kualitas gerak siswa. E. Batasan Masalah Untuk menghidari penafsiran lain dan tidak menyimpang dari permasalahan dan tujuan penelitian, maka masalah yang telah diuraikan oleh penulis perlu dibatasi sebagai berikut : 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan taktis dan teknis

12 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah partisipasi belajar gerak 3. Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Garut. F. Penjelasan Istilah Adapun penjelasan istilah dalam penelitian yang berjudul Perbandingan Pendekatan Taktis dan Pendekatan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut sebagai berikut : 1. Olahraga pendidikan, pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. (Undang-Undang Republik Indonenesia No. 3 tentang Sistem Keolahragaan Nasional) 2. Olahraga prestasi, olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. (Undang-Undang Republik Indonenesia No. 3 tentang Sistem Keolahragaan Nasional) 3. Pendekatan taktis, pendekatan taktis merupakan suatu pendekatan yang mengedepankan aktivitas bermain yang menyerupai aktivitas olahraga yang sesungguhnya. 4. Pendekatan teknis, pendekatan yang mengedepankan kemampuan teknis dasar setiap olahraga 5. Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi sosial dalam situasi tertentu (Firmansyah, 2008) 6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran, keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004:156). Perbandingan Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Partisipasi Belajar Gerak Siswa SMAN 1 Garut