Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

TELAAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH: UPAYA MEMPERKUAT PERAN DPRD DALAM PEMBANGUNAN TEGUH KURNIAWAN, M.SC FISIP UI.

EVALUASI UU 25 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tepat melalui serangkaian pilihan pilihan, dan juga merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

MATERI PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN. Oleh: Galih Elham Setiawan KASUBDIT Penindakan BNN

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG

Perencanaan Sektoral: Tinjauan terhadap Pendekatan ROCIPPI

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN

BAB I P E N D A H U L U A N

UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SUMBER HUKUM UTAMA PERENCANAAN DI INDONESIA

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

No Presiden. Untuk pengalaman Indonesia, terlihat sekali bahwa perlu adanya integrasi dan sinergi perencanaan dan penganggaran. Banyak fakta m

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN EVALUASI PEMBANGUNAN. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. SIKLUS ABPN

SINERGI PENGELOLAAN APBN YANG LEBIH BERKUALITAS DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN

RAPAT KOORDINASI BIRO ANALISA ANGARAN DAN PELAKSANAAN APBN 19 MARET /19/2014 Biro Analisa APBN 1

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Alur dan Modus Korupsi APBN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH RKPD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 DAN INOVASI PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN RKPD

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Jangka Panjang dan Menengah) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2016

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan Disampaikan pada Focus Group Disscussion (FGD) Perspektif Stakeholder terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Jakarta, 5 Juni 2013 1

1 Analisis Situasional: Kondisi Perencanaan dan Penganggaran 2 Tantangan: Sinergitas Perencanaan dan Penganggaran 3 Inisiatif Sinergitas: Mengoptimalkan Hasil Pembangunan 4 Tindak Lanjut: Membangun Komitmen bersama K/L 2

1 Analisis Situasional: Kondisi Perencanaan dan Penganggaran

1.1 Fakta-Fakta Hasil kajian menemukan adanya keterlepas-kaitan antara proses perencanaan dan penganggaran, hal ini menyebabkan kurang optimalnya efektivitas hasil pembangunan nasional. Kondisi ini dapat ditengarai dengan adanya: Terputusnya rantai proses antara perencanaan (Bappenas: Januari-Mei) dan penganggaran (Kemen. Keuangan: Juni-Desember), sehingga terjadi inkonsistensi antara perencanaan dan penganggaran Ilustrasi inkonsistensi: terdapat 29,4% indikator kinerja prioritas RKP 2012 tidak terpetakan dalam RKA K/L tahun 2012; Ketidakselarasan antara siklus perencanaan pembangunan antara pusat dan daerah, hal ini menyulitkan tercapainya sinergi pembangunan lintas sektor, antarruang, antarwaktu, maupun antara pusat dan daerah Ketidakharmonisan peraturan perundang-undangan yang mengatur (terkait dengan) perencanaan dan penganggaran, antara lain: UU No 17/2003, UU No. 25/2004, UU 32, 33/2004, dan UU 27 Tahun 2009

1.2 Hasil Kajian Sinergitas Perencanaan dan Penganggaran TUJUAN SINERGITAS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Key element : Kepastian dukungan anggaran pembangunan bagi pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang bersifat wajib untuk dilaksanakan; Driver power : Pencapaian penggunaan anggaran (penyerapan) yang tinggi dengan tingkat efektivitas yang fokus pada tujuan pembangunan. KONDISI UNTUK MENCAPAI SINERGITAS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Key element : Adanya peraturan dan perundangan yang selaras dan atau mengintegrasikan proses perencanaan dan penganggaran dalam pembangunan; Driver power: Keselarasan yang integratif antara siklus perencanaan pusat dan daerah.

Januari 1.2 Deviasi Antara Perencanaan dan Penganggaran Penetapan arah kebijakan dan prioritas pembangunan GAP # 1: Adanya potensi ketidaksinkronan antara perencanaan (Bappenas) dan penganggaran Rancangan awal GAP # 1 Penelaahan kesesuaian RKP dengan Renja K/L Mei Musrenbang (Prov dan Nasional) Oktober Pembahasan dengan DPR RI (KemenKeu); GAP # 2 GAP # 2: Bappenas kehilangan jejak untuk menjaga konsistensi perancanaan dan dukungan anggaran; GAP # 3: GAP # 3 Potensi penyimpangan fokus alokasi sumber daya pembangunan (indikator tidak terpetakan) Penyampaian kapasitas fiskal dan pagu indikatif Penelaahan RKA K/L Pembahasan Nota Keuangan dan RAPBN Penetapan alokasi belanja dan pengesahan dokumen anggaran Penerbitan DIPA Februari Juli November

2 Tantangan: Sinergitas Perencanaan dan Penganggaran

2.1 SINERGITAS : Tantangan dan Harapan Tantangan Saat Ini 1. Kurangnya transparansi dalam proses formulasi anggaran; 2. Ketidakjelasan hubungan antara perencanaan kebijakan dan anggaran; 3. Proses politik dalam perencanaan pembangunan dan formulasi kebijakan anggaran; 4. Keterbatasan informasi berkaitan dengan : a. Kinerja pemerintah dalam kebijakan anggaran; b. Akuntabilitas pengeluaran pemerintah; c. Efisiensi dalam pelaksanaan anggaran; 5. Belanja K/L kurang berkualitas dan tidak terkontrol; Harapan Pencapaian 1. Perlunya perbaikan pada proses pengambilan Keputusan dalam alokasi sumber daya (optimum allocation): a. Menumbuhkan kompetisi dalam pendanaan kebijakan b. Transparansi dan Akuntabilitas yang lebih baik dalam alokasi pendanaan 2. Perlu adanya kebijakan anggaran yang kredibel dan berkelanjutan (sustainable & credible budget) yang akan menentukan kinerja optimal ekonomi nasional. 3. Perlu adanya informasi kinerja dalam kebijakan anggaran untuk mengontrol jalannya pembangunan Catatan: Faktor-faktor di atas selaras dengan riset dilakukan oleh Blondal, JR, Hawkeswothdan, and H-D Choi (2009) atas Sistem Penganggaran di Indonesia, serta dipertegas kajian Lembaga Transparansi Anggaran/FITRA (2012) terkait Disintegrasi antara sistem informasi rencana, anggaran dan realisasi. 8

2.2 Prasyarat Sinergitas Perencanaan dan Penganggaran Legitimasi dan Dukungan Politik Proses Politik SINERGITAS Perencanaan dan Penaganggaran Integrasi dan Keberlanjutan Pembangunan Penataan Birokrasi Partisipasi Publik Akseptasi dan Dukungan Publik

3 Inisiatif Sinergitas: Mengoptimalkan Hasil Pembangunan

3.1 Inisiatif Dalam Proses Politik Proses Politik Legitimasi dan Dukungan Politik Inisiatif yang Harus Dilaksanakan : 1. Harmonisasi peraturan perundang-undangan; 2. Penataan mekanisme dan lingkup bahasan perencanaan dan penganggaran; 3. Penyelarasan siklus perencanaan dan penganggaran antara pusat dan daerah; 4. High level round-table discussion

3.2 Inisiatif Dalam Partisipasi Publik Partisipasi Publik Akseptansi dan Dukungan Publik Inisiatif yang Harus Dilaksanakan : 1. Persepsi positif atas langkah strategis sinergitas perencanaan dan penganggaran; 2. Partisipasi publik dalam proses perencanaan dan penganggaran, serta 3. Pemantauan proses dan hasil pelaksanaan pembangunan; 4. Forum konsultasi publik (OMS, PT, Asosiasi);

3.3 Inisiatif Dalam Penataan Birokrasi Penataan Birokrasi Integrasi dan Keberlanjutan Pembangunan Inisiatif yang Harus Dilaksanakan : 1. Tingkat direktif: pembahasan kabinet, untuk menjaga fokus dan optimalisasi sumberdaya pembangunan melalui koordinasi program dan sinergi anggaran; 2. Tingkat strategik: a. Koordinasi Kemen. Keuangan, Kemen PPN/Bappenas, dalam perencanaan dan penganggaran; b. Koordinasi Kemen. PPN/Bappenas, Kemen Keu, dan Kemen Dalam Negeri, dalam sinkronisasi siklus perencanaan dan penganggaran; c. Koordinasi PPN/Bappenas, Kemen Keu, dan Kemen Kemen Koord., dalam skenario sinergi pembangunan oleh lintas K/L dan Daerah 3. Tingkat taktikal: a. Koordinasi lintas K/L/D dalam pelaksanaan prioritas pembangunan nasional; b. Restrukturisasi organisasi K/L strategik agar link & match dalam sinergitas perencanaan dan penganggaran 4. Tingkat operasional: a. Penguatan kapasitas fungsi/lembaga perencana K/L/D; b. Deployment JF Perencana pada K/L/D;

3.4. Sistem Manajemen Pembangunan yang Terintegrasi Dokumen Perencanaan Pembangunan (RPJPN, RPJMN, RKP) 2 Penganggaran 1 Perencanaan Integrasi Perencanaan dan Penganggaran 5 Pelaporan 3 Pelaksanaan 4 Pemantauan (Monev) Anggaran Terpadu Anggaran Berbasis Akrual Anggaran Berbasis Kinerja MTEF Diperlukan sinergi perencanaan dan anggaran APBN Non APBN Pembangunan Nasional Untuk Mencapai Tujuan Bernegara APBN sebagai instrumen penganggaran harus disusun berdasarkan perencanaan jangka panjang, menengah dan tahunan. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi APBN diperlukan sinergi antara perencanaan dan penganggaran. 14

Daerah Pusat 3.5. Sinergi Perencanaan dan Penganggaran (Pusat & Daerah) Penyusunan. kapasitas fiskal Penetapan arah kebijakan dan prioritas pembangunan Pengusulan inisiatif baru Penyampaian pagu indikatif *) dan rancangan awal RKP Pertemuan Trilateral (K/L dan Daerah) MUSRENBANG (Provinsi dan Nasional) Catatan: *) Pagu indikatif memuat Belanja K/L, Belanja Transfer Daerah dan Subsidi Garis penuh (solid line) menggambarkan urutan proses Garis putus-putus (dotted line) menggambarkan referensi (mengacu) Penyusunan Renja K/L Penyusunan dan Penetapan RKP Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L Pembahasan Nota Keuangan dan RAPBN Pembahasan RUU APBN dan Pemutakhiran RKP Penetapan Alokasi Belanja dan Pengesahan Dokumen Anggaran Kebijakan Prioritas Anggaran Daerah Musrenbang (Desa, Kecamatan & Kabupaten) Peny. Renja SKPD Penyusunan dan Penetapan RKPD Penyusunan dan Penelaahan RKA SKPD Pembahasan RAPBD Pembahasan Perda RAPBD dan Pemutakhiran RKPD Penetapan Alokasi Belanja dan Pengesahan Dokumen Anggaran Daerah

4 Tindak Lanjut: Membangun Komitmen bersama K/L

4.1 Lingkup Perencanaan dan Penganggaran Untuk Pembangunan PERENCANAAN MAKRO Prioritas Kementerian/ Lembaga * Regulasi * Pendanaan Mobilisasi Sumberdaya Lokal Prioritas Wilayah PERENCANAAN SEKTORAL (Keterkaitan antarwilayah) Spasial, lokasi dan tanah Efektivitas kebijakan Efisiensi sumberdaya Kapasitas Kelembagaan KESEJAHTERAAN, KEMANDIRIAN KEADILAN DAN KEMAKMURAN RAKYAT PERENCANAAN REGIONAL (Keterkaitan antarsektor)

4.2 Muatan Koordinasi Perencanaan dan Penganggaraan RPJP, RPJMN, RKP Target Nasional Perencanaan Sektoral: Lintas Daerah Perencanaan Sektoral: Lintas Daerah Pendidikan Industri Perikanan Perdagangan Kesehatan Pertanian Perumahan Infrastruktur Pendidikan Industri Perikanan Perdagangan Kesehatan Pertanian Perumahan Infrastruktur Perencanaan Wilayah: Lintas Sektor Perencanaan Wilayah: Lintas Sektor

4.3 Koordinasi Inter-Organisasi pada Tingkat Direktif dan Strategik Penguatan instrumen perencanaan pembangunan melalui koordinasi pada tingkat direktif (tingkat tinggi) antara Kemen PPN/Bappenas, Kemen Keu, dan Kemenko Perekonomian; Koordinasi tingkat strategik (lintas K/L/D untuk membangun integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fugsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah Pemerintah Propinsi Kementerian Dalam Negeri Kemen. Keuangan BAPPENAS Kemenko Perekonomian Kementerian Sektoral Pemerintah Kab/Kota

4.4 Masukan untuk Sinergi Perencanaan dan Penganggaran Kedepan Seperti apa? 1. Keinginan untuk membangun kesepahaman Kemen. Keu. dan Kemen. PPN/Bappenas untuk mengintegrasikan proses perencanaan dan penganggaran bentuknya seperti apa? Masukan K/L sangat diperlukan. 2. Koordinasi 3 Kementerian: Kemen. Keuangan Kemen. PPN/Bappenas, dan Kemen. Dalam Negeri, untuk mengintegrasikan siklus perencanaan pusat dan daerah Usulan perwujudannya? 3. Koordinasi Kementerian/ Lembaga dengan Kemen. Keuangan Kemen. PPN/Bappenas, dan Kemen. Dalam Negeri seperti apa? 4. Apakah perlu birokrasi ditata? Penataan birokrasi (struktur, postur dan budaya kerja) Kementerian/ Lembaga yang selaras dengan reformasi perencanaan dan penganggaran.