STUDI LONGSORAN YANG TERDAPAT DI JALAN TOL SEMARANG SOLO SEGMEN SUSUKAN-PENGGARON

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE GEOLISTRIK-2D UNTUK IDENTIFIKASI AMBLASAN TANAH DAN LONGSORAN DI JALAN TOL SEMARANG SOLO Km Km

PENERAPAN METODE GEOLISTRIK-2DUNTUK IDENTIFIKASI AMBLASAN TANAH DAN LONGSORAN DI JALAN TOL SEMARANG SOLO KM KM

MEKANISME LONGSORNYA KEMBALI (RE-SLIDING) BREKSI VOLKANIK DI ATAS BATULEMPUNG STUDI KASUS LONGSORAN DI DAERAH GOMBEL KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH*)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB IV STUDI LONGSORAN

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

GEOLOGI DAERAH KLABANG

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

GEOLOGI DAN STUDI LONGSORAN DESA SIRNAJAYA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN GUNUNGHALU, KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

GEOLOGI DAERAH RENDEH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BANDUNG BARAT-JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

STUDI LONGSORAN YANG TERDAPAT DI JALAN TOL SEMARANG SOLO SEGMEN SUSUKAN-PENGGARON Fahrudin 1, Imam A. Sadisun 2, Agus H 2 1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang 2 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi dan Ilmu Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Bandung ABSTRAK Pembangunan jalan tol Semarang-Solo tahap I sedang dalam proses penyelesaian. Jalan tol ini akan menjadi infrastruktur yang fital bagi perkembangan perekonomian dua kota yaitu Semarang dan Solo serta pertumbuhan untuk kota-kota yang dilewati jalan tol. Jalan tol segemen Susukan-Penggaron melewati zona longsoran. Daerah ini perlu diwaspadai untuk konstruksi jalan tol sehingga jalan tol tetap aman. Penelitian ini membahas tentang faktor penyebab longsoran, mekanisme longsoran, dan bidang gelincir. Kata kunci : longsoran, jalan tol, dan bidang gelincir. PENDAHULUAN Lokasi longsoran berada di kilometer 5.5 tepatnya di sebelah barat dari dusun Karangpucung. Pada tahun 1974 daerah ini pernah terjadi longsoran (Anonim, 2010) dan sekarang masih terjadi longsoran. Pada saat ini sedang dilakukan proses pembangunan jalan tol Semarang-Solo. Penelitian ini bertujuan mengetahui mekanisme longsoran dan faktor-faktor yang menyebabkan longsoran. KONDISI GEOLOGI Batuan yang dijumpai di Susukan-Penggaron ada tiga satuan yaitu koluvial, breksi dan batupasir Formasi Kaligetas, dan batulempung Formasi Kerek (Gambar 1). Satuan koluvial terdiri atas endapan erosi berukuran pasir sampai kerakal dan beberapa tempat terdapat bongkah batuan andesit. Satuan koluvial berumur paling muda yang diendapan secara tidak selaras dengan satuan breksi dan batupasir Formasi Kaligetas. Satuan breksi dan batupasir Formasi Kaligetas diendapakan secara tidak selaras di atas satuan batulempung Formasi Kerek. Satuan batulempung diendapkan pada Miosen sebagai endapan rawa laut dangkal. Sedangkan satuan breksi dan batupasir Formasi Kaligetas diendapakan pada Plistosen sebagai endapan darat hasil produk vulkanik atau dikenal sebagai endapan unggaran tua. METODOLOGI Analisis ini diawali dengan membuat peta DEM (dimention elevation model) dari peta kontur topografi. Peta DEM menunjukkan morfologi yang khas longsoran. Peneliti juga membuat peta geologi untuk mengetahui pola penyebaran longsoran dan struktur geologi serta retakanretakan yang terdapat di daerah longsoran. Selain itu, untuk mengetahui pola penyebaran geologi bawah permukaan maka dibuat korelasi data log pemboran dan penampang geologi serta data geolistrik di BH-1. Korelasi data pemboran untuk memisahkan kelompok batuan Formasi Kaligetas dan Formasi Kerek. Pada pemboran BH-1 dijumpai lapisan tipis berupa batulempung. Pada lapisan terdapat rekahan dengan spasi 0,5 3,0 cm yang sangat rapat. Zona ini diinterpretasikan sebagai bidang gelincir pada kedalaman 35 m. Kekar-kekar yang terdapat pada peta geologi dianalisis untuk mengetahui arah frekuensi dominan dan jenis kekarnya dengan menggunakan diagram rose.

ORIENTASI STRUKTUR GEOLOGI PERMUKAAN Kenampakan 3 dimensi daerah Susukan- Penggaron memperlihatkan morfologi hummocky terrain, yaitu bentuk morfologi bergelombang yang ditandai oleh gawir-gawir bekas longsoran memanjang dan oleh gawir longsoran di bagian bawah relatif lebih besar daripada di bagian atas. Gawir bagian bawah terlihat lebih besar diikuti dua gawir yang lebih kecil di bagian atas. Di bagian utara gawir terlihat adanya kelurusan yang berarah barat-timur yang diinterpretasikan sebagai sesar naik dengan arah N90 E (Gambar 2). Struktur geologi yang dijumpai meliputi perlapisan, kekar, dan sesar. Bidang perlapisan pada satuan breksi dan batupasir Formasi Kaligetas adalah N50 E/14 dan N145 E/5, sedangkan satuan batulempung Formasi Kerek adalah N110 E/45 dan N110 E/68. Sesar berupa sesar naik dan sesar turun. Sesar naik dengan bidang sesar N68 E/71 yang memotong batulempung dalam breksi pada Formasi Kaligetas berumur Kuarter. Interpretasi citra juga memperlihatkan sesar naik dengan bidang N90 E/65. Sesar turun dengan bidang sesar N245 E/42 yang memotong perlapisan batuan tuff dan tanah pada Formasi Kaligetas berumur Kuarter. Bidang sesar turun yang lain N10 E/78. Kekar yang dijumpai meliputi shear, tension dan release. Pengukuran kekar di sekitar Jalan tol pada breksi Formasi Kaligetas dan batulempung Formasi Kerek. Kekar-kekar ini memberikan kontribusi ketidakstabilan lereng, berdasarkan analisis kekar pada Gambar 3,4,5 dan 6 memperlihatkan arah kekar dari release, tension dan shear yang relatif ke timur. Arah ini searah dengan arah longsoran. Selain kekar, terdapat retakan yang merupakan bagian dari longsoran. Ada retakan longitudinal dan tranversal. Retakan longitudinal membentuk alur sungai kering di mana pada dinding sebelah kiri dan kanan mengalami longsoran. Retakan ini mempunyai arah relatif barat-timur. Retakan tranversal yang dijumpai di daerah longsoran sebanyak 4 yaitu dengan arah N355 E, N0 E, N10 E, dan N40 E. LOG PEMBORAN, DATA GEOLISTRIK DAN PENAMPANG GEOLOGI Log pemboran geoteknik diinterpretasikan menjadi satuan geologi. Log tersebut terdiri atas BG27, BH1, BG29, BG30, BG31, dan BG32. Log tersebut dikorelasikan yaitu satuan batulempung Formasi Kerek berada di bawah satuan breksi dan batupasir Formasi Kaligetas. Pada penampang B- B terlihat struktur sesar naik dan sesar turun, serta secara stratigrafi hubungan tidak selaras antara Formasi Kaligetas dan Formasi Kerek (Gambar 7). Kondisi geologi bawah permukaan diperoleh dari log pemboran dan data geolistrik. Log pemboran BH-1 mempunyai kedalaman 45 meter (Tabel 1), dan diinterpretasikan ada dua satuan yaitu satuan hasil pelapukan yang mempunyai ketebalan 8,2 m dan satuan batulempung dengan ketebalan 36,8 m. Satuan hasil pelapukan terdiri atas lempung, pasir lempungan, dan pasir kerakalan. Di dalam log pemboran dijumpai zona rekahan pada kedalaman 35 m. Kekar yang terdapat dalam zona rekahan mempunyai spasi 0,5-3,0 cm dan juga terdapat slickenslide. Dari log tersebut dapat diinterpretasikan ada dua bidang gelincir yaitu batas antara satuan hasil pelapukan dan batulempung pada kedalaman 8,2 m dan zona rekahan pada kedalaman 35 m. Model geolistrik berdasarkan pengukuran pada GL-1 dan kesebandingan dengan log pemboran, dapat diinterpretasikan ada tiga jenis batuan (Tabel 1) yaitu pasir lempungan mempunyai tahanan jenis 5,47 10,72 Ωm, batulanau lempungan mempunyai tahanan jenis 8,33-10,08 Ωm, dan batulempung mempunyai tahanan jenis 1,58 4,24 Ωm. Bidang gelincir pada log geolistrik terletak pada kedalaman 8,2 m pada batulempung dan kedalaman 35 m terletak pada batulanau lempungan. Pengukuran geolistrik sampai kedalaman 110 m masih memperlihatkan adanya batulanau lempungan dari Formasi Kerek. Rekonstruksi lereng dilakukan dengan membuat penampang pada peta geologi dan sebaran longsoran. Penampang yang dibuat yaitu penampang A-A dengan arah barat-timur. Penampang A-A melewati BH-1. Dari penampang tersebut terlihat bahwa breksi dan

batupasir Formasi Kaligetas terletak di atas batulempung Formasi Kerek. Dalam penampang A-A terdapat tiga bidang gelincir yaitu bidang gelincir pertama (BG1) dan kedua (BG2) terletak pada sumur BH-1 dengan kedalaman 8,2 dan 35 m dan bidang gelincir ketiga (BG3) terletak di sebelah barat BH-1 (Gambar 8). Penampang A-A menunjukkan longsoran yang terjadi lebih dari satu sehingga bisa disebut sebagai tipe gelinciran rotasi berganda (multiple slides) dan tidak menutup kemungkinan perkembangan lebih lanjut akan membentuk longsoran suksesif (successive slide) (Clawes dan Comfort, 1982). FAKTOR PENYEBAB DAN MEKANISME LONGSORAN Longsoran yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor di antaranya kondisi geologi breksi menumpang di atas batulempung, ketika batulempung tersingkap akan rentan terjadinya longsoran. Faktor lain adalah kontrol struktur geologi berupa sesar naik, sesar turun, dan kekar. Sesar naik mempunyai bidang N90 E/65 dan arah sesar naik N90 E dari kenampakan 3 dimensi serta bidang sesar turun N10 E/78. Berdasarkan analisis frekuensi kekar yang terdapat di Kelurahan Susukan didapatkan arah dominan kekar N76 E N256 E. Hasil pengukuran sesar dan analisis kekar menunjukkan bahwa arah struktur tersebut relatif searah dengan arah longsoran yaitu ke arah timur. Sesar dan kekar merupakan bidang diskontinuitas atau bidang lemah, sehingga mempermudah lereng untuk bergerak. Kontrol struktur ini juga ditandai dengan adanya mataair yang berada di gawir utama. Sesar dan kekar merupakan bentuk kerusakan permukaan (surface failure) yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan (Cotecchia 2006, dalam Koukis, 2009). Sesar turun yang melewati daerah terganggu (disturbed strata) menyebabkan zona retakan semakin meluas (Cotecchia 2006, dalam Koukis, 2009). Berdasarkan bentuk morfologi longsoran yang berupa hummocky terrain, mekanisme dan faktor longsoran, mengacu kepada klasifikasi yang dikemukakan oleh Hutchinson (1988), maka jenis longsoran yang berkembang di daerah penelitian adalah membentuk tipe gelinciran dengan pergerakan rayapan (creeping). Tipe gelinciran rotasi berganda (multiple slides) dan tidak menutup kemungkinan perkembangan lebih lanjut akan membentuk longsoran suksesif (successive slide) (Clawes dan Comfort, 1982). Interpretasi dari morfologi dan penampang A-A dapat diketahui bahwa di daerah ini telah terjadi evolusi longsoran. Hal ini menunjukan adanya suatu evolusi longsoran. Longsoran pertama membentuk gawir utama 1 dengan bidang gelincir 2 (BG2) dan longsoran kedua membentuk gawir utama 2 dengan bidang gelincir 3 (BG3). Akan tetapi bidang gelincir pada gawir utama 2 sudah tidak aktif lagi, hal ini ditandai adanya mataair pada kaki gawir utama 2 atau disebut dengan kondisi dormant. KESIMPULAN Mekanisme longsoran dikontrol oleh faktor stratigrafi dan struktur geologi dengan pergerakan rayapan yang mempunyai bidang gelincir. Bidang gelincir yang terdapat di zona ini ada tiga yaitu BG1, BG2, dan BG3. Kenampakan morfologi, catatan sejarah longsoran, dan ada tiga bidang gelincir menyebabkan terjadi evolusi longsoran dalam dimensi longsoran yang besar sekali. Maka dari itu, investigasi dan pemelihara jalan tol segmen Susukan-Penggaron perlu diperhatikan aspek geologi dan keberlanjutannya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Koran suara merdeka Jawa Tengah tanggal 23 Desember 2010. Clawes, A and Comfort, P. 1982. Process and Landform Conceptual Frameworks in Geography in Slide (rotational). Hutchinson, J.N. 1988. Morphological and Geotechnical Parameters of Landslide in Relation to Geology and Hydrogeology, In Landslides Proc. 5 th int. symp on Landslide, vol.i, pp. 3-35. Koukis, G. dkk. 2009. Landslide Phenomena Related to Major Fault Tectonics: Rift Zone of Corinth Gulf, Greece. Bull Eng Geo Environ 68: 215-229. Iskandar, Anan, 2006. Studi Mekanisme Longsoran Kembali (Re-Sliding) Breksi Vulkanik di atas Batulempung; Studi Kasus Longsoran Di Daerah Gombel Kota Semarang, Jawa Tengah. Tesis S2 FITB, Unpublished. Bandung.

Thanden R.E, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa. Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Varnes, D.J. 1978. Slope Movement Type and Processes in Landslide Analysis and Control. Transportation Research Board, National Academy of Science, Wasington, pp. 11-13.

Tabel 1. Perbandingan log batuan BH-1 dengan nilai tahanan jenis batuan GL-1. 9216500 9216000 B 9215500 BG 27 9215000 A 9214500 9214000 9213500 45 BG 32 14 BG 34 5 BH 1 GL-1 BG 29 BG 30 BG 31 68 B' 435000 435500 436000 436500 437000 437500 438000 438500 439000 500 m 68 Satuan koluvial Satuan breksi dan batupasir Satuan batulempung Kekar Lapisan Sesar Naik Skala 0 500 m Pemukiman Jalan tol A 120 Mata air U Garis kontur Sesar Turun Retakan Longsoran Titik bor Titik geolistrik A' Penampang Gambar 1. Peta geologi dan sebaran longsoran daerah Susukan-Penggaron. A'

500 0 500 m U Gambar 2. Kenampakan 3 dimensi daerah Susukan-Penggaron yang merupakan hasil pengolahan dari kontur skala 1:25.000 (tanda setengah lingkaran adalah gawir longsoran, garis lurus bergerigi adalah sesar naik). Kontur topografi ini dikeluarkan oleh Bakosurtanal. No Shear Shear Tension Release 1 175/65 135/65 155/75 235/90 2 312/90 355/80 335/75 235/80 Tanda panah menunjukkan release Gambar 3. Kekar yang berada di Jalan Tol Kelurahan Susukan dengan koordinat (435891,9214048)

No Shear Shear Tension Release 1 125/55 165/65 150/60 240/90 2 120/55 170/65 150/65 235/80 3 140/62 220/75 4 145/60 Tanda panah menunjukkan release Gambar 4. Kekar yang berada di Jalan Tol Kelurahan Susukan dengan koordinat (435891,9214048) No Shear Shear Tension Release 1 125/55 165/65 150/60 240/90 2 120/55 170/65 150/65 235/80 3 140/62 220/75 4 145/60 Tanda panah menunjukkan tension Gambar 5. Kekar yang berada di Jalan Tol Kelurahan Susukan dengan koordinat (435872,9213922) No Shear Shear Tension Release 1 125/55 165/65 150/60 240/90 2 120/55 170/65 150/65 235/80 3 140/62 220/75 4 145/60 Tanda panah menunjukkan shear Gambar 6. Kekar yang berada di anak sungai Panggang dengan koordinat (436215, 9214596)

Gambar 7. Log pemboran dan korelasi penampang log Gambar 8. Penampang geologi sayatan A-A