TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DEKLARASI PEDAGANG KAKI LIMA DALAM BAHASA MANDAILING DI PUSAT PASAR UJUNG GADING KECAMATAN LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

STRATEGI BERTUTUR DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF BAHASA INDONESIA PADA KEGIATAN DISKUSI

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM BUKU HUMOR MEMBONGKAR GURITA CIKESA KARYA JAIM WONG GENDENG DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII SMP NEGERI 2 PAINAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL BURUNG TERBANG DI KELAM MALAM KARYA ARAFAT NUR (KAJIAN PRAGMATIK) ARTIKEL ILMIAH ELSI OKTAVIANTI NPM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI BERTUTUR DALAM BAHASA MINANGKABAU OLEH REMAJA ANTARKAWAN SEBAYA PADA KOMUNIKASI TIDAK RESMI DI KOTA PADANG

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TINDAK TUTUR ILOKUSI PARA DAI DI MESJID NURUSH SHIDDIQ KELURAHAN GUNUNG PANGILUN KECAMATAN PADANG UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

REPRESENTASI TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 PADANG

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

KESANTUNAN TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA DI KABUPATEN DHARMASRAYA

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB III METODE PENELITIAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

TINDAK TUTUR DIREKTIF ANAK KEPADA ORANG TUA DALAM BAHASA MANDAILING DI KANAGARIAN PANTI KECAMATAN PANTI KABUPATEN PASAMAN PROVINSI SUMATRA BARAT

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

KESANTUNAN BERBAHASA PRAMUNIAGA DALAM MELAYANI KONSUMEN DI TOKO BUKU SARI ANGGREK PADANG

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

TINDAK TUTUR DEKLARASI BAHASA MINANGKABAU PEDAGANG KAKILIMA DI PASAR RAYA PADANG

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

TINDAK TUTUR PEDAGANG MAKANAN KAKI LIMA DI PASAR RAYA KOTA PADANG (STUDI KASUS PEDAGANG MAKANAN IBU ERI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

Transkripsi:

TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT Leli Hermita 1, Agustina 2, M.Ismail Nst. Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: leli.hermita@gmail.com Abstract This research is aimed to describe the types of directive speech act, the function of directive speech act, speaking strategy, and the context of directive speech act in Mandailing used by the clothes seller at a traditional market in Ujung Gading, West Pasaman. The type of this research is qualitative with descriptive method. The technique used in data collecting is by recording and making a note about speech phenomenon in Mandailing used by the clothes seller at a traditional market in Ujung Gading, West Pasaman. Based on the research result and the study, can be concluded that as following. First, there are five types of directive speech act used by the clothes seller: (a) advising speech act, (b) permitting speech act, (c) preventing speech act, (d) begging speech act, and (e) commanding speech act. Second, there are five functions of directive speech act used by the clothes seller: (a) competitive, the locution purpose competes with the social purpose, (b) convivial, the locution purpose equals to the social purpose, (c) collaborative, the locution purpose ignores the social purpose, and (d) conflictive, the locution purpose opposites to the social purpose. Third, there are four speech strategies: (a) speech frankly without any conventionality, (b) speech by conventionality with a positive politeness, (c) speech by conventionality with a negative politeness, and (d) speech obscurely. Kata kunci; tindak tutur, direktif, bahasa mandailing. A. Pendahuluan Bahasa adalah objek kajian linguistik atau ilmu bahasa. Ilmu bahasa terdiri dari beberapa cabang ilmu. Cabang ilmu bahasa yang mengkaji kebahasaan berdasarkan konteks adalah pragmatik. Pragmatik adalah kajian 1 Mahasiswa Penulis Skripsi Prodi Sastra Indonesia untuk wisuda periode Maret 2014 2

ilmu bahasa mengenai kemampuan penggunaan bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks, sehingga kalimat itu patut diujarkan. Dengan kata lain, pragmatik merupakan telaah mengenai makna ujaran sesuai dengan konteks dan situasi ujaran. Dalam situasi-situasi ujar tersebut terdapat suatu peristiwa tutur. Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melihatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu tujuan. Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang diorganisasikan untuk mencapai satu tujuan. Dalam peristiwa tutur ini lebih dilihat makna atau arti tindakan dalam tuturan. Dalam peristiwa tutur terdapat tindak tutur yang digunakan oleh penutur dan petutur. Tindak tutur adalah sesuatu yang dikatakan sambil bertindak dan adanya reaksi yang diharapkan dari katakata tersebut. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada suatu proses komunikasi atau tindak yang dilakukan dalam menyampaikan atau menyebutkan suatu maksud oleh penuturnya. Bentuk tuturan yang ditemui sesuai dengan konteks, yaitu tindak tutur yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli pada saat terjadi interaksi di pasar, yaitu interaksi yang terjadi dalam proses jual beli antara Pedagang Kaki Lima di Pasar Rao. Seorang pedagang berkomunikasi dengan pembeli, yaitu dengan cara melakukan tindak tutur untuk menjual dagangannya. Pedagang berusaha menarik perhatian pembeli dengan cara membujuk pembeli dengan berbagai gaya bahasa, sehingga pembeli tertarik untuk melihat barang dagangannya. Pragmatik adalah salah satu satu cabang ilmu bahasa. Menurut Yule (2006:3-4), pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, kontekstual, jarak hubungan. Levinson (dalam Nababan, 1987:2) memberikan dua pengertian tentang ilmu pragmatik, yaitu (1) Pragmatik adalah kajian dari hubungan antarbahasa dan konteks yang mendasari penjelasan mengenai makna bahasa. Berdasarkan pengertian atau pemahaman bahasa ini mengacu kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan atau ujaran

bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yaitu hubungan dengan konteks pemakainya. (2) Pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimatkalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat itu. Batasan tentang pragmatik juga diberikan oleh Gunarwan (1994:83), bahwa bidang kajian pragmatik adalah bidang dalam linguistik yang mengkaji maksud ujaran, bukan semata-mata makna kalimat yang diujarkan. Selanjutnya, bentuk tindak tutur menurut Searle (dalam Atmazaki, 2002:62) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif dan deklarasi. Berikut dijabarkan pengertian jenis-jenis tindak tutur: a. Representatif (kadang-kadang disebut asertif) adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (misalnya mengatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, dan sebagainya). b. Direktif (kadang-kadang disebut impositif) adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tuturnya melakukan tindakan yang disebut dalam ujaran itu (misalnya menyuruh, memohon, menuntut, mengundang, mengharapkan, menyarankan, menentang dan sebagainya). Tuturan perbaikilah mobil itu, dimaksudkan agar lawan tutur memperbaiki mobil. Kalau penutur tidak mengharapkan agar mobilnya diperbaiki tetapi ia mengucapkan kalimat itu maka tindak tutur itu tidak bermakna apa-apa. c. Ekspresif adalah tindak tutur yang dilakuakan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam ujaran itu (misalnya memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh dan sebagainya). Tindak tutur ekspresif merupakan pengungkapan perasaan jiwa. Misalnya tuturan dari lubuk hati yang paling dalam, saya mengucapkan terima kasih atas kebaikan anda, adalah ekspresif karena ada penilaian di dalamnya, yaitu bahwa lawan

tutur itu baik sehingga perlu diucapkan terima kasih. d. Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan didalam ujarannya(misalnya berjanji, bersumpah, mengancam, dan sebagainya). Tuturan, saya berjanji, bahwa saya akan mengubah perilaku saya, adalah komisif kalau penutur memang mengubah perilakunya. Kalau kelakuan penutur tidak berubah, maka tuturan tadi tidak berarti apa-apa, paling-paling diartikan dia berbohong. e. Deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan sipenutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru (misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf, memberi nama, melantik dan sebagainya). Misalnya tuturan dengan ini saya lantik saudara menjadi kepala nagari Sungai Limau, mengandung pendeklarasian bahwa situasi baru telah terjadi, yaitu adanya seorang kepala nagari baru, yang sebelumnya tidak ada (masih kepala nagari yang lama). Leech (1993:162) mengklasifikasikan fungsi tindak tutur ilokusi menjadi empat jenis, yaitu kompetitif, konvivial, kolaboratif dan konfliktif. Pengertian keempat fungsi tindak tutur tersebut adalah sebagai berikut: a. Kompetitif Kompetitif (bersaing) adalah tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial. Maksudnya antara apa yang diinginkan masyarakat dengan tujuan yang ada, namun tidak ada pertentangan antara yang diinginkan masyarakat dengan ilokusi yang ada, seperti meminta, memerintah, dan mengemis. b. Konvivial Konvivial (menyenangkan) adalah tujuan ilokusi bersamaan atau bertepatan dengan tujuan sosial. Maksudnya antara ilokusi yang ada memang diinginkan oleh masyarakat dan tidak ada pertentangan, seperti menawarkan, mengundang, menyambut, menyapa, mengucap terima kasih, dan mengucap selamat.

c. Kolaboratif Kolaboratif (bekerjasama) adalah tujuan ilokusinya tidak menghiraukan tujuan sosial atau biasa-biasa saja terhadap tujuan sosial. Maksudnya antara ilokusi yanga ada memang memperhatikan keinginan sosial, namun tidak ada pertentangan antara ilokusi dan keinginan masyarakat, seperti menuntut, memaksakan, melaporkan, mengumumkan, mengintruksikan, dan memerintahkan. d. Konfliktif Konfliktif (bertentangan) adalah tujuan ilokusi bertabrakan atau bertentangan dengan tujuan sosial. Maksudnya adalah ilokusi yang ada tidak diinginkan oleh masyarakat dan terjadi pertentangan antara ilokusi dengan yang diinginkan masyarakat, seperti mengancam, menuduh, mengutuk, menyumpahi, menegur, mencerca, dan mengomeli. Strategi bertutur adalah bagaimana cara kita bertutur agar menghasilkan suatu ujaran yang menarik dan dapat di mengerti oleh lawan tutur, (Yule, 2006:114). Strategi ini bisa saja diterapkan dalam suatu kelompok maupun secara keseluruhan penutur mungkin sebagai suatu pilihan yang dipakai oleh seorang penutur secara individual pada kajian tertentu. Menurut Brown dan Levinson (dalam Syahrul, 2008:18) membedakan sejumlah strategi kesantunan dalam suatu masyarakat yang berkisar antar penghidaran terhadap tindakan mengancam muka sampai dengan berbagai macam bentuk penyamaran dalam bertutur. Strategi itu adalah (a) bertutur terus terang tanpa basa-basi, (b) bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, (c) Bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif, (d) Bertutur tidak secara terang-terangan atau samar-samar, dan (e) Bertutur dalam hati. Leech (1993:20) menyatakan bahwa konteks adalah sebagai aspek gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks berhubungan dengan latar belakang yang dimilki oleh penutur dan petutur

sehingga dapat membantu petutur dalam memahami tuturan. Yule (2006:35) menjelaskan bahwa ada dua macam konteks yaitu konteks linguistik adalah berupa kata-kata yang digunakan dalam berbahasa seperti kalimat atau frase. Sedangkan, konteks fisik adalah konteks yang membentuk makna yang berada di luar bahasa. Menurut Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:48-49), peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut adalah. Sebagai berikut. (a) S (setting and scene), setting berkaitan dengan waktu dan tempat tuturan berlangsung, sedangkan scene mengacu kepada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. (b) P (participant) adalah pihakpihak yang terlibat dalam tuturan, yaitu pembicaraan dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan) yang dapat saling bertukar pesan. (c) E (Ends purpose and goal) merujuk pada maksud dan tujuan petuturan. (d) A (Act sequence) mengacu pada bentuk dan isi ujaran yaitu kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. (e) K (key) mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan. (f) I (intrumentalies) mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis melalui telegraf atau telefon. (g) N (Norm of interaction and interpretation) mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi dan norma penafsiran terhadap ujaran lawan bicara. (h) G (Genre) mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah,doa, dan sebagainya. B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3). Mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. Sejalan penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam peristilahannya. Alasan menggunakan penelitian kualitatif adalah untuk memberikan gambaran objektif tentang jenis tindak tutur, fungsi tindak tutur, dan strategi tuturan. pemakaian tindak tutur pedagang pakaian Bahasa Mandailing di Pasar Ujung Gading kabupaten Pasaman Barat. C. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan temuan penelitian, dilakukan pembahasan sebagai berikut. (1) Jenis tindak tutur direktif dalam bahasa Mandailing pedagang pakaian di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat; (2) fungsi tindak tutur direktif dalam bahasa Mandailing pedagang pakaian di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat; (3) strategi tindak tutur direktif dalam bahasa Mandailing pedagang pakaian di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman BaraT. 1. Jenis Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Mandailing Pedagang Pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Berikut ini akan ditampilkan temuan penelitian dalam bentuk rekapitulasi dengan tabel. Tabel 4 Jenis Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Mandailing Pedagang Pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Kode Jumlah Bentuk Tuturan Direktif Penutu Tutura Memberitahuka Membolehka Melaran Memoho Memerintahka r n n n g n n P1 18 6 2 1 2 0 P 2 9 4 0 1 1 0 P 3 1 2 0 0 0 0 P 4 17 7 1 1 0 2 P5 19 9 2 1 1 0 Jumlah 73 28 5 4 4 2

Keterangan: P 1 P 2 P 3 P 4 P5 : pedagang satu : pedagang dua : pedagang tiga : pedagang empat : pedagang lima Dalam penelitian ini, ditemukan lima jenis tindak tutur direktif. Kelima jenis tindak tutur direktif tersebut adalah memberitahukan, membolehkan, melarang, memohon dan memerintahkan. Dari hasil pengolahan data dalam penelitian ini diperoleh 73 tuturan. Jenis tindak tutur direktif memberitahukan terdapat 28 tuturan, membolehkan terdapat 4 tuturan, melarang terdapat 4 tuturan, memohon terdapat 5 tuturan dan memerintahkan terdapat 3 tuturan. Dari lima jenis tindak tutur direktif tersebut, yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif memberitahukan dan yang paling sedikit ditemukan adalah tindak tutur direktif memerintahkan. Jenis tindak tutur direktif memberitahukan di dalam penelitian ditemukan 28 tuturan. Contoh data tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini. P1:3 Adong, on mia modelna bo. ada ini Cuma modelnya ha Ada, hanya ini modelnya. Tindak tutur direktif memberitahukan pada contoh tuturan (1) di ungkapkan oleh pedagang berjualan kain kepada calon pembeli bahwa pakaian yang dijualnya hanya satu modelnya. 1. Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Mandailing Pedagang Pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Berikut ini temuan penelitian dari fungsi tindak tutur direktif pedagang pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat sebagai berikut ini.

Tabel 5 Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Mandailing Pedagang Pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Kode Jumlah Fungsi Tuturan Penutur Penutur Kompetitif Konvivial Kolaboratif Konfliktif P 1 18 3 2 7 2 P 2 9 2 1 2 0 P 3 1 0 1 1 0 P 4 17 2 5 6 0 P5 19 1 4 11 0 Jumlah 64 8 12 27 2 Keterangan: P1 P2 P3 P4 P5 : pedagang satu : pedagang dua : pedagang tiga : pedagang empat : pedagang lima Fungsi bertutur dalam bahasa Mandailing pedagang pakaian di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat adalah Fungsi tindak tutur kompetitif, konvivial, kolaboratif dan konfliktif. fungsi bertutur tersebut dirincikan sebagai beriku. (1) fungsi tuturan yang kompetitif ditemukan sebanyak 7 tuturan, (2) fungsi tuturan konvivial detemukan sebanyak 12 tuturan, (3) fungsi tuturan kolaboratif ditemukan sebanyak 26 tuturan, dan (4) fungsi tuturan konfliktif ditemukan sebanyak 2 tuturan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Salah satu contoh fungsi kompetitif membolehkan adalah tuturan pedagang sebagai berikut. P1:44 Wi tamba ma Ni sotik nai. wi Tambah lah kak sedikit lagi. Tambahlah sedikit kak. Fungsi tindak tutur direktif yang kompetitif pada contoh diungkapkan pedagang berjualan pakaian kepada calon pembeli barang dagangannya. Fungsi tuturan kompetitif ini pada tuturan tersebut dapat dilihat pada tuturan tamba ma Ni tambahlah kak. Dengan tuturan pedagang tersebut

yang menginginkan calon pembelinya tidak menawar harga barang dagangannya karena harga tersebut sudah harga pas. 2. Strategi Bertutur dalam Bahasa Mandailing Pedagang Pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Berikut ini ditemukan penelitian strategi bertutur pedagang pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat sebagai berikut. Tabel 6 Strategi Bertutur dalam Bahasa Mandailing Pedagang Pakaian di Pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Kode Jumlah Strategi Bertutur Penutur Penutur Terus Terang Kesantunan Positif Kesantunan Negatif Samarsamar P1 18 1 6 3 2 P2 9 2 1 2 0 P3 1 1 1 0 0 P4 17 1 2 12 0 P5 19 2 4 4 0 Jumlah 64 7 14 21 0 Keterangan: P1 P2 P3 P4 P5 : pedagang satu : pedagang dua : pedagang tiga : pedagang empat : pedagang lima Strategi bertutur yang digunakan pedagang dalam bahasa Mandailing pedagang pakaian di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat adalah strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, bertutur dengan basa-basi kesantunan positif, bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif, bertutur samae-samar dan bertutur tidak sempurna/ dalam hati. Strategi bertutur tersebut, yakni (1) strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi ditemukan sebanyak 7 tuturan, (2) strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan positif ditemukan sebanyak 14 tuturan, (3) strategi bertutur dengan basabasi kesantunan negatif ditemukan sebanyak 21 tuturan,(4) strategi bertutur

samar-samar ditemukan sebanyak 2 tuturan, dan (5) strategi bertutur di dalam hati tidak ditemukan dalam penelitian ini. Strategi bertutur terus terang ini akan dijelaskan bagaimana bentuknya, dapat dilihat pada contoh di bawah ini. P3:28 Abit nai dabo sonon juo mia i. kain yang itu seperti ini juga cuma Kainnya hanya ini. Strategi bertutur (1) adalah strategi bertutur terus terang tanpa basabasi. Strategi yang digunakan adalah memberitahukan yang sebenarnya.tuturan pedagang tersebut, pedagang bertutur terus terang kepada calon pembeli memang itu kainnya. D. Simpulan dan Saran Hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan penelitian mengenai jenis tindak tutur direktif yang digunakan oleh pedagang pakaian dalam bahasa Mandailing di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat adalah tindak tutur direktif (1)memberitahukan, (2) membolehkan, (3) melarang, (4) memohon dan (5) memerintahkan Berdasarkan fungsi tindak tutur direktif yang di gunakan oleh pedagang pakaian dalam bahasa Mandailing di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat dijelaskan sesuai dengan fungsi tindak tutur direktif tersebut yaitu, (1) berfungsi kompetitif, bersaing dengan tujuan sosial, (2) berfungsi konvivial (menyenangkan) sejalan dengan tujuan sosial, (3) berfungsi biasa-biasa saja dengan tujuan sosial dan kolaboratif, (4) berfungsi konfliktif (bertentangan) dengan tujuan sosial. Strategi bertutur yang digunakan oleh pedagang pakaian dalam bahasa Mandailing di pasar Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat untuk merealisasikan keempat jenis tindak tutur direktif tersebut ada empat, yaitu (1) strategi bertutur terus terang tanpa basa basi, (2) strategi bertutur terus terang dengan basa basi kesantunan positif dan (3) strategi bertutur terus

terang dengan basa basi kesantunan negatif (4) strategi bertutur tidak secara terang-terangan atau samar-samar. Berdasarkan simpulan di atas dirumuskan saran-saran penelitian berupa masukan bagi pihak-pihak terkait dalam upaya perbaikan dan pengembangan. Melalui penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada pihak-pihak berikut ini. Kepada para penjual jasa, disarankan untuk menggunakan tindak tutur yang sesuai dengan konteks pembicaraan pada saat transaksi jual beli tersebut, serta menggunakan dialek daerah yang tepat. Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti tindak tutur, disarankan untuk melakukan penelitian di pasar-pasar lainnya atau pada jenis pedagang yang lain. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I Prof. Dr. Agustina, M. Hum. dan Pembimbing II M. Ismail Nst, S.S., M.A. Daftar Rujukan Atmazaki. 2002. Pragmatik Bahasa, Pengantar Teori dan Pengajaran. Padang: UNP Press. Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguisti Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Gunarwan, Asim. 1994. Perspektif Pandangan Mata Burung dalam Mengiring Sejati: Buat Pak Ton. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-PRESS. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nababan. P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Perkembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. R. Syahrul. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa Menyimak Fenomena Berbahasa Indonesia Guru dan Siswa. Padang: UNP Press. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.