BAB I PENGANTAR. I. 1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG

Prarancangan Pabrik Akrilonitril dari Asetilen dan Asam Sianida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. memberikan manfaat dalam perkembangan industri di Indonesia. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN PRARENCANA PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL ALKOHOL

Prarancangan Pabrik Tritolyl Phosphate dari Cresol dan POCl3 Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

II. DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai bahan baku maupun bahan penunjang. Benzil alkohol banyak. solvent, dan sebagai bahan untuk industri kimia yang lain.

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Adipat dari Sikloheksanol dan Asam Nitrat dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Tetrafluoroethylene dari Chlorodifluoromethane dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Diamil Phthalat dari Amil Alkohol dan Phtalic Anhidrid dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 2012

BAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A.

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Herbisida Glifosat dari NPMIDA dan Hidrogen Peroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER 2009

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat ini sedang

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIKLOROBUTANA DARI TETRAHIDROFURAN KAPASITAS TON PER TAHUN

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI JULI 2009

pembersih sepcrti pembersih Iantai, dan Iain-lain. (Kirk and Othmer, 1977;

Gambar 1. Permintaan Asam Metakrilat di Dunia

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan suatu negara dapat diindikasikan dengan pesatnya. kemudahan dalam pemanfaatan dan pemasokan bahan baku.

BAB I. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia sedang menggalakkan

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2011

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Cyclohexane Proses Hidrogenasi Benzene Kapasitas Ton / Tahun

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE DARI BENZENE DAN OLEFIN KAPASITAS TON/TAHUN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II. DISKRIPSI PROSES. bahan baku yang bervariasi. Berdasarkan bahan baku ada 2 proses komersial

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya kebutuhan manusia, perkembangan industri-industri di Indonesia juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2017

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan adiponitril sebagai bahan baku di dalam

<Pra (Rancangan (pabri^ metil'klorida dari <MetanoCdan asam Florida ton/tafiun PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Asam Suksinat Dari Maleat Anhydride Dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Peningkatan pembangunan pada sektor ini diharapkan dapat. memberikan devisa bagi negara, menambah lapangan pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong berdirinya suatu industri adalah adanya kesempatan pasar

BABI PENDAHULUAN. Bab 1 - Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk intermediate atau produk jadi, sehingga mengurangi

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

Prarancangan Pabrik Phthalic Anhydride dari o-xylene dan Udara dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

Sulfur dan Asam Sulfat

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Pabrik Tetrachlorosilane dari Purified Rice Husk Ash Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Ethyl Chloride dari Ethylene dan Hydrogen Chloride Kapasitas Ton/Tahun

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

No Indikator Soal Valid

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2011

EKSPOR Perkembangan Ekspor Ekspor Migas dan Non Migas

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR I. 1. Latar Belakang Penanganan terhadap hama tanaman merupakan salah satu bentuk usaha peningkatan produksi pangan. Program peningkatan produksi pangan dan perbaikan sistem produksi wajib menjadi prioritas utama strategi kebijakan pangan pemerintah Indonesia. Hal ini memberi dampak positif perkembangan industri pestisida, termasuk fosfor triklorida yang merupakan intermediate product untuk bahan baku pestisida. Fosfor triklorida merupakan senyawa berupa cairan tidak berwarna, volatil, larut dalam benzene, carbon disulphide & carbon tetra chloride. Nama lain phosphorus trichloride adalah phosphorus (III) chloride. Fosfor triklorida memiliki rumus kimia PCl 3 yang merupakan prekursor senyawa fosfor lain seperti PCl 5, POCL 3 dan PSCl 3. Fosfor triklorida digunakan sebagai perantara berbagai bahan kimia seperti: - Pestisida (70 %) - Phosphorus oxychloride (12 %) - Surfaktan dan sequestrants, termasuk phosphoric acid, digunakan terutama untuk bahan kimia pengolahan air (11%) - Aditif plastik, termasuk flame retardants, plasticizers, antioksidants, dan stabilizers (5%) - dan sebagainya, termasuk minyak pelumas dan aditif cat (2%) Kebutuhan PCl 3 baik di Indonesia maupun luar negeri akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri-industri tersebut, terutama industri pestisida yang sudah ada di Indonesia cukup banyak dan berkembang. Selain itu, produk PCl 3 yang dihasilkan dapat diekspor ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri di negara lain seperti Jepang, Singapura, Malaysia, dan sebagainya. 1

Bahan baku pembuatan fosfor triklorida berupa fosfor dengan jenis white phosphorus dan gas klorin. Produsen bahan fosfor dalam negeri belum diketahui sehingga bahan ini diimpor dari negara lain. Data impor bahan fosfor di Indonesia pada tahun 2010 sebagai berikut. Tabel I.1. Data Impor Bahan Fosfor Tahun 2010 No Negara net weight (kg) cif value (US$) 1 Jepang 22.902 1.829.220 2 Taiwan 877 4.340 3 Cina 50.415 586.017 4 Singapura 175.202 5.296.049 5 India 18.000 95.450 6 Amerika Serikat 156 2.137 7 Belanda 8.793 241.604 8 Jerman 85.069 912.386 9 Italia 8.000 72.400 Total 369.414 9.039.603 Sumber: Badan Pusat Statistik: Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor 2010 Dari data tersebut, sumber fosfor yang kami pilih diperoleh dari negara Cina karena relatif murah dan dapat memenuhi kebutuhan produksi. Beberapa industri white phosphorus di China antara lain Hubei Yaozhihe Chemical Co., Ltd. dan Tianjin Dingshengxin Chemical Industry Co., Ltd. Sedangkan gas klorin dapat diperoleh dari : - PT. Asahimas Chemical, Cilegon dengan kapasitas produksi liquid clorine 22.000 ton/tahun. - PT. DongJin Indonesia, Jakarta dengan kapasitas produksi gas klorin 6,000 ton/tahun. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan pabrik ini adalah menentukan kapasitas pabrik dengan meninjau ketersediaan bahan baku, studi mengenai potensi pasar dan banyaknya kebutuhan PCl 3 baik di dalam maupun di luar negeri, serta perlu diperhatikan juga peluang terhadap pasar dengan adanya perusahaan kompetitor. 2

Proyeksi Kebutuhan Pasar Fosfor triklorida merupakan bahan intermediate utama untuk pembuatan pestisida. Industri pestisida mendapatkan bahan bakunya secara impor atau mengolah langsung dari raw material seperti fosfor, gas klorin, nitrogen dan bahan-bahan lain. Dari informasi yang diperoleh, belum ada pabrik yang memproduksi bahan intermediate PCl 3 di Indonesia. Data impor PCl 3 di Indonesia tidak ditemukan, akan tetapi jika PCl 3 digolongkan dalam kelompok other chloride of iron, cobalt, and of other material maka kebutuhan bahan tersebut pada tahun 2010 dapat dilihat sebagai berikut. Tabel I.2. Data Impor Bahan Fosfor ke Luar Negeri No Negara Asal Januari-Desember 2010 net weight (kg) cif value (US$) 1 Jepang 37.222 175.863 2 Hongkong 1.960 32.045 3 Cina 179.700 150.740 4 Singapura 546.071 178.690 5 Malaysia 327.040 68.376 6 India 381.018 2.076.154 7 United Emirat Arab 1.641 2.732 8 Australia 78 1.155 9 Amerika Serikat 13.014 131.399 10 Chili 2 72 11 Jerman 581.947 755.811 12 Belgia 1 81 13 Spanyol 245 1.620 14 Republik Ceko 20.000 32.389 Total 2.089.939 3.607.127 Sumber: Badan Pusat Statistik: Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor 2010 Dari data pendekatan kebutuhan PCl 3 di Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan bahan ini cukup banyak di dalam negeri sehingga dapat menjadi peluang pasar yang baik untuk industri ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, industri pestisida di Indonesia terbilang cukup banyak, sehingga kemungkinan kebutuhan akan bahan PCl 3 di Indonesia cukup banyak pula. Akan tetapi, karena tidak ada data kebutuhan PCl 3 di Indonesia, kemungkinan sebagian dari industri pestisida yang sudah ada 3

memenuhi kebutuhan PCl 3 dengan memproduksi PCl 3 dari raw material yaitu fosfor dan gas klorin sehingga kurang membutuhkan bahan intermediate PCl 3. Selain itu, industri PCl 3 di Indonesia ini termasuk industri yang masih baru. Meskipun demikian, jika melihat data produksi PCl 3 di atas, terdapat peluang pasar PCl 3 di perdagangan international yang sangat besar. Dari pertimbanganpertimbangan tersebut, maka kami memutuskan membuat pabrik fosfor triklorida dengan kapasitas 20.000 ton/tahun. Industri ini rencananya akan didirikan di Cilegon, Banten. Pemilihan lokasi pabrik PCl 3 ini ditentukan berdasarkan raw material oriented yaitu berdekatan dengan supplier klorin yaitu PT. Asahimas Chemical di Cilegon, Banten dan PT DongJin Indonesia yang berlokasi di Jakarta sehingga dapat menghemat biaya transportasi dan alat. Selain itu, Cilegon merupakan kawasan industri baik nasional maupun internasional, sehingga sarana fasilitas dan sarana untuk ekspor dan impor sangat memadai. Pada tahun 2005, sebanyak 24,68% penduduk kota Cilegon bekerja di bidang industri. Dengan adanya sektor perindustrian yang terdapat di kota ini membuat laju pertumbuhan ekonominya meningkat mencapai 3,8 triliyun pada tahun 2006 dan melebihi angka rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan pertimbangan positif bahwa dengan adanya industri yang berada di kota ini akan semakin meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat kota ini. I. 2. Tinjauan Pustaka Fosfor triklorida dapat dibuat melalui tiga macam reaksi, yaitu reaksi dissosiasi, reaksi antar molekul, dan reaksi elementer. a. Reaksi dissosiasi Pembuatan fosfor triklorida dengan reaksi dissosiasi merupakan reaksi penguraian fosfor pentaklorida menjadi fosfor triklorida. Reaksinya adalah sebagai berikut: PCl 5 PCl 3 + Cl 2 (1) Reaksi tersebut bersifat reversible, beroperasi pada suhu 300 o C dan tekanan atmosferis. Karena reaksi bersifat reversible, maka untuk memperoleh produk PCl 3 yang lebih banyak keseimbangan harus digeser ke 4

arah produk. Salah satu cara untuk memperbanyak produk adalah dengan memisahkan produk Cl 2 dalam campuran reaksi dan memperbanyak reaktan PCl 5. Kelebihan dari proses ini adalah tidak berisiko tinggi karena beroperasi pada tekanan atmosferis dan suhu maksimum 300 o C, menghasilkan hasil samping gas klorin yang dapat dijual sebagai produk samping. Sedangkan kekurangannya adalah reaksinya reversible, konversinya sedikit, berlangsung lambat, membutuhkan reaktan yang lebih banyak, serta membutuhkan pemisahan gas Cl 2 secara cepat. b. Reaksi antar molekul Pembuatan fosfor triklorida dengan reaksi antar molekul adalah reaksi dengan pemanasan antara fosfor pentaklorida dengan logam (zinc, cadmium, platina, atau emas). Reaksinya adalah: PCl 5 + Zn PCl 3 + ZnCl 2 (2) (Partington, 1957) Kelebihan dari reaksi ini adalah reaksi berlangsung cepat karena pada PCl 5 terdapat 2 buah atom klorin yang sangat reaktif dan bahan baku metal dapat digunakan yaitu zinc yang cukup murah dan mudah didapatkan. Sedangkan kekurangannya adalah reaksi tersebut bersifat reversible, konversi yang dihasilkan sedikit karena ada sebagian produk yang terdissosiasi, membutuhkan reaktan yang lebih banyak untuk menggeser reaksi ke arah produk, dan menghasilkan ZnCl 2 yang bersifat korosif dan berbahaya bagi lingkungan. c. Reaksi elementer Reaksi elementer pembuatan PCl 3 adalah reaksi fosfor dengan gas klorin, reaksinya adalah: P 4 + 6Cl 2 4PCl 3 (3) Reaksi tersebut bersifat irreversible dan menghasilkan panas (eksotermis). Kelebihan reaksi ini adalah sifat reaksi yang searah, konversi yang dihasilkan mencapai 95%, pengambilan produk lebih mudah, selain itu kondisi proses berlangsung pada suhu dan tekanan yang tidak terlalu tinggi 5

yaitu pada suhu 90 o C dan tekanan atmosferis sehingga dalam pengoperasian menjadi lebih mudah dan lebih aman. Dari pembahasan beberapa proses pembuatan PCl 3 di atas, maka dapat disimpulkan untuk perancangan pabrik PCl 3 dipilih metode proses pembuatan menggunakan reaksi elementer dengan meninjau beberapa aspek, yaitu aspek teknologi proses, peralatan, dan ekonomi. Teknologi proses Reaksi tidak berlangsung bolak-balik, sehingga konversi yang dihasilkan lebih tinggi dan pengambilan produk yang dihasilkan akan menjadi lebih mudah karena PCl 3 yang dihasilkan tidak terurai kembali. Hal ini berbeda dibandingkan dengan kedua reaksi yang lainnya yang merupakan reaksi bolak-balik. Selain itu, metode ini sangat aplikatif dan sudah banyak dipakai di industri. Proses ini juga menghasilkan konversi yang lebih tinggi. Peralatan Karena kondisi proses berlangsung pada suhu dan tekanan yang tidak terlalu tinggi, maka operasinya lebih mudah. Selain itu proses ini tidak menghasilkan produk yang bersifat korosif, sehingga peralatan yang digunakan tidak cepat rusak. Namun, produk ini bersifat sangat beracun dan berbahaya sehingga dalam perancangan peralatan sangat perlu diperhatikan aspek safety-nya. Ekonomi Konversi yang dihasilkan tinggi, yaitu sekitar 95%, sehingga lebih menghemat biaya pemurnian produk. Dari sisi peralatan, untuk kondisi operasi pada tekanan atmosferis dan suhu 90 o C maka peralatan yang digunakan tidak terlalu tebal sehingga lebih ekonomis dan lebih aman. 6