TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO 1 1 1 0 0 0 4 2 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA 2015
ABSTRAK Tinjauan Yuridis Terhadap Wanprestasi Yang Dilakukan Debitor Dalam Perjanjian Pembiayaan Sepeda Motor. Penelitian ini berkaitan dengan semakin berkembangnya lembaga pembiayaan konsumen di Sragen. Pada pelaksanaan perjanjian pembiayaan kredit sepeda motor terdapat banyak resiko yang bisa menjadi penghambat. Bentukbentuk yang mengindikasikan debitor melakukan wanprestasi antara lain karena tidak patuhnya debitor dalam melakukan pembayaran angsuran yang telah ditetapkan besaran dan waktunya, karena debitor memodifikasi, mengganti suku cadang dan mengurangi nilai sepeda motor, memindah tangankan, menjual, menyewakan, menjaminkan dan mengasingan barang jaminan kepada pihak lainnya tanpa sepengetahuan pihak kreditor. Debitor dinyatakan berada dibawah pengampuan atau meninggal dunia juga termasuk dalam indikasi wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan. Perlindungan hukum terhadap kreditor apabila debitor melakukan wanprestasi, secara umum debitur dibebani untuk membayar ganti rugi. Ini memberikan perlindungan kepada kreditur yang dirugikan akibat wanprestasi dari debitur. Kata kunci : perjanjian pembiayaan, perlindungan kreditor ABSTRACT Judicial Review of Default by Debitor in Motorcycle Financing Agreement. This study relates to the development of finacing institutions in Sragen. On the implementation of credit motorcycle financing agreement there are many risks that could be a barrier. The kinds of indicate the debitor in default partly because disobedience debtor in paying installments predetermined magnitude and time, because the debitor to modify, replace parts, reducing the value of the motorcycle, further because the debitor transfer, sell, lease, pledge and and set apart collateral to another company unbeknown by creditors. Debitor declared under guardianship or dies are also included in the default indication in the financing agreement. Legal protection of the creditor if the debitor in default, in general, the debitor has to pay compensation. It provides protection to creditors who are disadvantaged as a result of default of the debitor. Key word : financing agreement, creditor protection 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan pembiayaan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bahwa pembiayaan konsumen adalah salah satu teknik pembiayaan yang digunakan secara luas di seluruh negara, salah satunya adalah Indonesia. Sampai sekarang belum ada ketentuan yang khusus untuk perjanjian pembiayaan konsumen ini, sehingga dirasakan belum adanya kepastian hukum dalam industri pembiayaan konsumen, terutama terkait dengan adanya perlindungan hukum terhadap perusahaan pembiayaan konsumen selaku kreditor. Perusahaan pembiayaan membuat suatu perjanjian didasarkan pada asas kebebasan berkontrak sebagaimana termuat dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selama perjanjian tersebut memenuhi persyaratan-persyaratan mengenai sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Mengingat bahwa pembiayaan konsumen adalah kegiatan yang timbul dalam praktek dimasyarakat yang dari segi hukum merupakan peristiwa hukum perikatan, dimana dasar hukum yang pokok adalah asas kebebasan berkontrak seperti yang ada dalam Pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. 2
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Kapan debitor dinyatakan mulai melakukan wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan sepeda motor? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditor dalam perjanjian pembiayaan sepeda motor apabila debitor melakukan wanprestasi? C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian Hukum Normatif. Pemelihan metode ini, sebagaimana bahwa penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum yang kemudian disusun secara sistematis, dikaji, dan akhirnya ditarik kesimpulan guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Sifat penelitian yang digunakan kali ini adalah penelitian Deskriptif Preskriptif. Karena sifat penelitian Deskriptif mempunyai tujuan utama menjelaskan proses dan preskriptif dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berdasarkan definisi deskriptif preskriptif tersebut, penulis mengkaji tentang kapan debitor dinyatakan mulai melakukan wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan sepeda motor, dan 3
bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditor dalam perjanjian pembiayaan sepeda motor. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah : 1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009, tentang Lembaga Pembiayaan 3) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006, tentang Perusahaan Pembiayaan 4) Klausula Perjanjian Pembiayaan Bahan hukum sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber data primer dalam penulisan penelitian ini diperoleh melalui menganalisis data-data berupa klausula perjanjian yang ada pada perusahaan pembiayaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer yang diperoleh melalui bahan hukum primer yaitu Peraturan Perundangundangan dan bahan hukum sekunder lainnya yaitu antara lainnya. Selanjutnya Metode analisis adalah suatu uraian tentang cara-cara analisis, yaitu data-data yang diperoleh tersebut, kemudian diteliti, dipelajari dan disusun dalam pengaturan yang logis dan sistematis yang sifatnya kualitatif. 4
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Faktor-Faktor yang Mengindikasikan Debitor Mulai Dinyatakan Melakukan Wanprestasi dalam Perjanjian Pembiayaan Sepeda Motor Setiap pelaksanaan perjanjian selalu ada kemungkinan timbul wanprestasi. Wanprestasi yang terjadi dalam usaha pembiayaan konsumen dapat menjadi penghambat bagi kegiatan perusahaaan, atau bahkan seringkali menimbulkan kerugian bagi perusahaan selaku kreditor. Ada beberapa faktor yang bisa mengindikasikan bahwa debitor mulai dinyatakan melakukan wanprestasi. Dalam hal debitor melakukan perbuatan yang disebutkan dalam klausula perjanjian pembiayaan, maka berdasarkan ketentuan pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata kreditor dapat menyampaikan suatu pernyataan lalai kepada debitor yang telah melakukan wanprestasi tersebut. Adapun bunyi dari pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah : Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Memahami bunyi pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata diatas, dapat ditemukan akibat hukum dari dilakukannya 5
wanprestasi oleh debitor, yaitu wanprestasi harus dapat dinyatakan terlebih dahulu dengan diberikannya suatu pernyataan lalai yang disampaikan oleh kreditor secara formal dalam bentuk peringatan atau teguran kepada debitor untuk melakukan pembayaran atas hutang yang telah dapat ditagih (jatuh tempo). Peringatan atau teguran oleh kreditor kepada debitor tersebut dikenal dengan istilah somasi. Namun demikian, seperti yang terdapat pada poin selanjutnya dalam klausula perjanjian pembiayaan, mencermati pada ketentuan pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dapat ditemukan ketentuan yang menjelaskan bahwa suatu pernyataan lalai atau peringatan dapat ditiadakan apabila dalam perjanjian atau kontrak yang dibuat telah ditentukan sebelumnya bahwa wanprestasi yang dilakukan oleh debitor dapat dibuktikan dengan cukup melihat pada lewatnya waktu pembayaran angsuran, atau sejak saat dilakukannya tindakan-tindakan yang dilarang dalam perjanjian tersebut. Pada kenyataannya untuk melindungi baik kepentingan debitor maupun kepentingan kreditor, maka debitor masih mempunyai tanggung jawab lain yang harus dipenuhi terhadap obyek perjanjian pembiayaan. Terkait dengan pemeliharaan objek pembiayaan, debitor diwajibkan untuk memelihara dan memperbaiki objek pembiayaan 6
serta mengganti semua bagian yang hilang atau rusak dengan suku cadang yang diperlukan. Debitor juga diwajibkan untuk membayar tepat pada waktunya biaya pendaftaran, lisensi, pajak, punggutan, dan penggeluaran lain sehubungan dengan penggunaan dan pemeliharaan objek pembiayaan, serta menjamin supaya bebas dari tuntutan hukum atau yang berwenang. Sehingga nilai dari objek pembiayaan tersebut tidak berkurang. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa wanprestasi dalam pembiayaan sepeda motor tidak hanya karena terlambat atau tidak membayar angsuran saja, melainkan juga meliputi hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan objek pembiayaan tersebut. 2. Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Apabila Debitor Melakukan Wanprestasi Perlindungan hukum terhadap kreditor dalam perjanjian pembiayaan dapat mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai kewajiban untuk memberikan sesuatu dalam Pasal 1235 sampai dengan Pasal 1239. Kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap kreditor dalam perjanjian pembiayaan terdapat dalam Pasal 1236 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan sebagai berikut: Debitor wajib memberi ganti biaya, kerugian dan bunga kepada kreditor bila ia menjadikan dirinya tidak mampu untuk menyerahkan barang itu atau tidak merawatnya dengan sebaik-baiknya untuk menyelamatkannya. 7
Wanprestasi yang dilakukan oleh debitor dalam hal tidak diperbolehkan melakukan sesuatu karena bertentangan dengan perjanjian pembiayaan berlaku pula Pasal 1240 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata berbunyi: Walaupun demikian, kreditor berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang dilakukan secara bertentangan dengan perikatan dan ia dapat minta kuasa dari Hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuat itu atas tanggungan debitor; hal ini tidak mengurangi hak untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu. Selanjutnya terhadap tindakan debitor yang melakukan wanprestasi dengan melibatkan pihak ketiga berlaku Pasal 1341 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi: Meskipun demikian, kreditor boleh mengajukan tidak berlakunya segala tindakan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitor, dengan nama apa pun juga yang merugikan kreditor; asal dibuktikan bahwa ketika tindakan tersebut dilakukan, debitor dan orang yang dengannya atau untuknya debitor itu bertindak, mengetahui bahwa tindakan itu mengakibatkan kerugian bagi para kreditor. Akibat lain dari adanya wanprestasi dari pihak debitor adalah pihak kreditor berhak untuk mengambil kembali objek perjanjian pembiayaan yang berada dalam kekuasaan debitor. Pengambilan kembali objek perjanjian pembiayaan itulah yang dinamakan sebagai pemutusan atau pembatalan perjanjian pembiayaan secara sepihak oleh pihak kreditor. 8
E. KESIMPULAN Bentuk-bentuk yang mengindikasikan debitur melakukan wanprestasi antara lain karena tidak patuhnya debitur dalam melakukan pembayaran angsuran yang telah ditetapkan besaran dan waktunya. Karena debitur memodifikasi, mengganti suku cadang, mengurangi nilai sepeda motor, memindah tangankan, menjual, menyewakan, menjaminkan dan mengasingan barang jaminan kepada pihak lainnya tanpa sepengetahuan pihak kreditur. Sebab lainnya adalah karena harta kekayaan debitur yang sudah tidak ada atau karena disita oleh pihak lain sehingga memungkinkan debitur tidak mampu melakukan pembayaran angsuran tersebut. Debitur dinyatakan berada dibawah pengampuan atau meninggal dunia juga termasuk dalam indikasi wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan. Perlindungan hukum terhadap kereditor apabila debitor melakukan wanprestasi, secara umum diselesaikan dengan ganti rugi. Bahwa kreditur berhak untuk menuntut ganti rugi berupa biaya, rugi dan bunga. Upaya hukum yang digunakan oleh perusahaan penyelengara pembiayaan untuk menangkal resiko apabila debitur melakukan wanprestasi adalah dengan cara penetapan jaminan yang harus diberikan oleh debitur dalam perjanjian pembiayaan, ini merupakan cara perdamaian berdasarkan kesepakatan kreditur dan debitur terhadap pelaksanaan perjanjian sebagai akibat dari adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur. 9
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku : Ali, H. Zainudin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika Badrulzaman, Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : Citra Aditya Bakti Fuady, Munir, 2002, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Bandung : Citra Aditya Bakti J, Satrio, 1999, Hukum Perikatan, Bandung : Alumni Mahmud Marzuki, Peter, 2009, Penelitian Hukum, Jakarta : Erlangga Miru, Ahmadi dan Sakka Pati, 2009, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, 2004, Perikatan Yang Lahir Dari perjanjian, Jakarta : Raja Grafindo Persada Umam Khotibul, 2010, Hukum Lembaga Pembiayaan, Yogyakarta : Pustaka Yustisia B. Peraturan Perundang-undangan : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009, tentang Lembaga Pembiayaan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006, tentang Perusahaan Pembiayaan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991, tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha 10