Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari PENDIDIKAN DI MILENIUM KE-3 Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi 12 Januari 2000

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

PEMASARAN INTERNASIONAL

DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA)

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan kepala. sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi 3 Januari MENUJU PERGURUAN TINGGI INDONESIA BERKELAS DUNIA Oleh : Ki Supriyoko

Corruption Perception Index 2014

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017

A. PERKEMBANGAN EKSPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. oleh Federal Open Market Committee (FOMC) terhadap return dan volatilitas

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016

KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Kerja sama ekonomi internasional


Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia

Teori-teori Ekonomi Bisnis Internasional

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA


SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. maupun sektor keuangan. Interaksi kegiatan ekonomi sektor rill bisa dilihat dari

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU


Corruption Perception Index Metode Berubah, Indonesia Masih Tetap di Bawah

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MEI 2017

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JANUARI 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA


EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

Transkripsi:

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni 1996 RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu ketika Bank Dunia mengucapkan salut pada Indonesia melalui publikasi ilmiahnya yang bertitel "The East Asian Miracle : Economic Growth and Public Policy" (1993). Secara langsung atau tak langsung Bank Dunia memuji keberhasilan Indonesia yang diang-gap berhasil memacu pertumbuhan ekonominya secara fantastis. Atas prestasinya ini Indonesia dimasukkan dalam kelompok "negara-negara ajaib" miracle countries". Dalam publikasinya tersebut Bank Dunia menyatakan adanya de-lapan negara yang dikategori ajaib dalam pertumbuhan ekonominya. Untuk selanjutnya kedelapan negara ini dibagi menjadi dua kelompok besar; yaitu kelompok High Performing Asian Economies (HPAEs) serta The Newly Industrializing Economies (NIEs). Pada kelompok pertama yang dituliskan nama-nama negara Jepang sebagai "The Best Economic Perfomer" serta negara-negara Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong dan Singapura yang selama ini tergabung dalam kelompok "The Four Little Dragons"; sedangkan dalam kelompok yang kedua dituliskan nama-nama negara Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Hasil studi Bank Dunia tersebut cukup memberikan harapan bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, baik ekonomi domestik maupun ekonomi internasional. Selanjutnya banyak pengamat memuji keberha-silan pemerintah RI yang telah membawa kemajuan nyata pada bidang ekonomi kita. Pujian ini memang tidak salah dan sangat beralasan. Tetapi..., ternyata kemajuan di bidang ekonomi tersebut belum mampu mengangkat daya saing Indonesia di pasar internasional, seti-dak-tidaknya di mata dua lembaga yang di pertengahan tahun 1996 ini baru saja mempublikasi laporan studinya.adapun kedua lembaga yang dimaksud adalah World Economic Forum (WEF) serta Institute for Management Development (IMD). Hasil Berbeda Seperti diketahui di pertengahan tahun 1996 ini kita dapat menik-mati sajian

2 ilmiah dari WEF dan IMD mengenai daya saing Indonesia (dan negara-negara lain) di pasar internasional. Bila WEF mengeluar-kan laporan studinya yang bertitel "Global Competitiveness Report 1996" maka IMD pun juga mengeluarkan suatu laporan penelitiannya yang senada dengan judul "World Competitiveness Report". Adapun daya saing itu sendiri (oleh WEF) didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan sebagaimana diukur dengan perubahan pertumbuh-an PDB per kapita. IMD memberi definisi yang senada. Baik WEF maupun IMD mengukur daya saing dengan indikator-indikator ekonomi maupun indikator-indikator lain yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara; misalnya saja indikator efektivitas pemerintahan yang meskipun bukan merupakan indikator ekonomi tetapi mempunyai pengaruh langsung pada pertum-buhan ekonomi suatu negara. Dalam hal ini efektivitas pemerintahan difokuskan pada kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pihak pemerintah dalam suatu negara. Ada delapan indikator yang diaplikasi IMD untuk mengukur daya saing suatu negara. Kedelapan faktor tersebut masing-masing adalah (1) kekuatan ekonomi domestik, (2) ekonomi internasional,(3) efektiv-itas pemerintahan, (4) struktur keuangan, (5) infrastruktur, (6) kinerja manajemen, (7) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta (8) kualitas sumber daya manusia (SDM). Secara lebih teknis kedelapan indikator ini selanjutnya dioperasionalisasi ke dalam berbagai sub-indikator yang dijadikan indikator daya saing. Konklusi studi tentang daya saing tersebut di atas baik oleh WEF maupun IMD kemudian disistematisasi di dalam suatu peringkat atau ranking kompetisi. Melalui ranking kompetisi inilah setiap negara bisa melihat pencapaian daya saingnya di pasar internasional dan sekaligus dapat pula membandingkannya dengan negara-negara lain baik dalam suatu kelompok tertentu (misalnya kelompok ASEAN, Pacific-Rim, dsb) maupun secara keseluruhan. Adapun yang menarik bagi kita adalah: meskipun WEF dan IMD sama-sama merupakan lembaga tidak resmi, sama-sama pernah saling bekerja sama, sama-sama berkedudukan di negara yang sama (Swiss), sama-sama didukung oleh para pakar yang berkredibilitas, sama-sama mempunyai reputasi internasional, serta sama-sama berkonsentrasi di bidang ekonomi, tetapi hasil penelitiannya mengenai daya saing untuk Indonesia ternyata berbeda. Apabila WEF menyimpulkan terjadinya kenaikan peringkat daya saing Indonesia di pasar internasional, yaitu dari peringkat 33 (1995) ke 30 (1996) maka IMD justru menyatakan terjadinya penurunan, dari peringkat 34 (1995) ke 41 (1996). Hasil studi yang berbeda dari kedua laporan mengenai daya saing tersebut memang menarik untuk dicermati; meskipun tak berarti harus kita telan mentahmentah konklusinya. Peringkat Bawah

3 Apabila kita cermati laporan WEF dan IMD ternyata daya saing Indonesia relatif lebih rendah daripada negara-negara Kawasan Asia-Pasifik pada umumnya. WEF menempatkan sepuluh negara sebagai "top ten" (sepuluh besar) di dalam hal daya saing. Dalam versi WEF kesepuluh negara ini mempunyai Indeks Kompetisi (IK) paling tinggi dengan peringkat yang paling tinggi pula. Adapun kesepuluh negara yang dimaksudkan masing-masing adalah sbb: Singapura dengan IK sebesar 2,10 (2,10), HongKong (1,89), New Zealand (1,57), Amerika Serikat (1,34), Luksemburg (1,29), Swiss (1,27), Norwegia (1,03), Kanada (1,01), Taiwan (0,98), dan Malaysia (0,91). Dari kelompok sepuluh besar versi WEF ternyata tujuh di antara-nya negaranegara di Kawasan Asia-Pasifik; hanya tiga negara yang berada di luar kawasan itu, yaitu Luksemburg, Swiss dan Norwegia. Bagaimana dengan negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik yang lainnya? Negara-negara seperti Australia (0,88), Jepang (0,65), serta Thailand (0,83) masingmasing menduduki peringkat 12, 13 dan 14. Sementara itu Korea Selatan (0,35) menduduki peringkat 20. Kesemua negara ini masih berada di atas Indonesia (-0,38) yang hanya menduduki peringkat 30. Dari versi WEF Hanya ada dua negara yang peringkatnya berada di bawah Indonesia; masing-masing ialah Filipina (-0,61) yang hanya menduduki peringkat 31 serta Cina Daratan (-0,68) yang menduduki peringkat 36. Jadi dari 49 negara yang telah distudi WEF, yang 14 di antaranya negara-negara Kawasan Asia-Pasifik, maka posisi Indonesia masih jauh di peringkat bawah. Secara keseluruhan laporan studi versi IMD sebenarnya bernada sama. Kelompok sepuluh besar versi IMD masing-masing adalah sbb: Amerika Serikat, Singapura, Hong Kong, Jepang, Denmark, Norwegia, Belanda, Luksemburg, Swis dan Jerman. Jadi empat dari sepuluh negara kelompok ini adalah negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik. Negara-negara lain seperti New Zealand, Kanada, Taiwan, dan Aus-tralia masing-masing ada di peringkat 11, 12, 18 dan 21. Sementara itu Malaysia, Cina Daratan, Korea Selatan, dan Thailand masing-ma-sing ada di peringkat 23, 26, 27 dan 30. Periksa Tabel! Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa peringkat daya saing Indonesia lebih rendah dibandingkan ketiga negara tetangga terdekat kita; masing-masing ialah Singapura, Malaysia dan Australia. Ranking kompetisi kita lebih rendah dari ketiga negara tersebut. Jadi, baik menurut versi WEF maupun IMD peringkat kompetisi Indonesia di pasar internasional adalah sangat rendah kalau dikompa-rasi dengan negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik pada umumnya. Berdasarkan versi WEF peringkat kompetisi Indonesia adalah paling bawah setelah Filipina dan Cina Daratan, sementara itu berdasarkan versi IMD kita benar-benar berada di urutan paling bawah. Apakah artinya semua itu? Pada dasarnya daya saing merupakan kemampuan

4 suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Daya saing itu mencerminkan kesiapan suatu negara untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi internasio-nal. Jadi apabila peringkat daya saing atau ranking kompetisi kita ada di urutan bawah dari negara-negara Kawasan Asia-Pasifik itu berarti bahwa kesiapan kita mengantisipasi perkembangan ekonomi internasi-onal masih lebih rendah (baca: lebih belum siap) dibandingkan dengan negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik pada umumnya. Mengkomparasi ranking kompetisi dengan negara-negara di Ka-wasan Asia- Pasifik sangatlah penting bila dikaitkan dengan munculnya prediksi mengenai bergesernya sentra ekonomi dan sentra peradaban dari Kawasan Atlantik ke Kawasan Pasifik pada tahun 2000-an nanti. Ketika pergeseran sentra ini berlangsung maka bagi negara-negara yang tidak siap berkompetisi tentu akan hancur; baik hancur ekonomi maupun peradabannya!!!***** -------------------------------- BIODATA SINGKAT; *: DR. Ki Supriyoko, M.Pd *: Ketua Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Tamansiswa; Direktur Lembaga Studi Pembangunan Indonesia (LSPI); serta Ketua Pusat Kerja Sama Ilmiah (PKSI) Yogyakarta *: Peneliti masalah-masalah sosek dan pendidikan

5