PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

dokumen-dokumen yang mirip
USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USAHA PEMBUATAN BENANG SULAM DARI LUMUT SEBAGAI PRODUK ALTERNATIF DI DESA MAYANGAN KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN PLASMANUTFAH HANJELI (COIX LACRYMA-JOBI L.) SEBAGAI PANGAN POTENSIAL BERBASIS TEPUNG DI KAWASAN PUNCLUT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ANEKA RASA DAN VARIASI KUE MOCI DARI UBI JALAR SEBAGAI PELUANG USAHA BARU YANG MENJANJIKAN PROFIT TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

INOVASI PRODUK PANGAN DARURAT: SOLUSI PERMASALAHAN PANGAN BANGSA BIDANG KEGIATAN: PKM-GT. Diusulkan Oleh :

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LEMBAR PENGESAHAN. 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( ) PKM-GT

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI MADU SEBAGAI PEMANFAATAN ALAMI UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari. anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

Karakteristik dan Komposisi Kimia Jagung

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

TANAMAN PENGHASIL PATI

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

"PRO-FISHTA" UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA LELE DESA SETONO KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelatihan Pembuatan Trek Suit Mas (Tepung Senerek Untuk Susu, Biskuit Dan Mie Basah) Guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh ; Dian Mirawati Penyuluh pertanian Pertama

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN JANGKRIK SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF TULANG RAWAN IKAN HIU UNTUK PENGOBATAN REMATIK PKM GAGASAN TERTULIS

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

IbM PENGOLAHAN JAGUNG IBU-IBU PKK DESA TAMBAKMERANG GIRIMARTO WONOGIRI

IbM Kelompok Tani Buah Naga

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

Transkripsi:

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN JEPEN SEBAGAI BAHAN PANGAN ALTERNATIF DALAM UPAYA MENANGGULANGI KRISIS PANGAN MASYARAKAT BONDOWOSO JAWA TIMUR JENIS KEGIATAN PKM-AI Oleh: WIWIK FITRI SHOLIKHAH 105351481505/ 2005 LELY TRI YUSWANTO 105521481316/ 2005 ARI WIDIANTO 105521479736/ 2005 MUH. SHOFI 306342403682/ 2006 UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG 2010

HALAMAN PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA-ARTIKEL ILMIAH 1. Judul Kegiatan : Usaha Pembuatan Benang Sulam dari Lumut sebagai Produk Alternatif di Desa Mayangan Kabupaten Pasuruan 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( ) PKM-GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan/Penulis Utama a. Nama Lengkap : Wiwik Fitri Sholikhah b. NIM : 105351481505 c. Jurusan : Geografi d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri Malang e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Bendungan Sutami 3/20 Malang Telp (0341)587447/085234911198 f. Alamat email : - 5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis :3 orang 6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Nugrahaningsih, M.P b. NIP : 195412041984032001 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Majen Sungkono, DD 04. Arjowinangun, Malang Telp.0341-751076/081334300807 Menyetujui Ketua Jurusan Geografi Malang, 22 Februari 2010 Ketua Pelaksana Kegiatan Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Pd Windah Silfiyanah NIP. 195807071983031002 NIM. 107311409670 Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dosen Pendamping Drs. Kadim Masjkur, M.Pd Ir. Nugrahaningsih, M.P NIP. 195412161981021001 NIP. 195412041984032001 ii

PEMANFAATAN JEPEN SEBAGAI BAHAN PANGAN ALTERNATIF DALAM UPAYA MENANGGULANGI KRISIS PANGAN MASYARAKAT BONDOWOSO JAWA TIMUR Wiwik Fitri Sholikhah, dkk, 2010. Universitas Negeri Malang, Malang ABSTRAK Kelangkaan sumber pangan menjadi salah satu masalah utama dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Kasus ini terjadi hampir di seluruh Indonesia, seperti di Kabupaten Bondowoso. Kabupaten ini memiliki penderita penyakit kurang gizi akibat krisis pangan terbanyak di Jawa Timur. Sejak Januari-Juni 2005 sekitar 1.062 balita terindikasi penyakit tersebut. Ada banyak cara untuk menanggulangi kasus tersebut. Salah satunya dengan memanfaatkan jepen sebagai bahan pangan alternatif. Selama ini jepen hanya digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan pakan ternak. Masyarakat belum banyak yang mengkonsumsinya. Padahal, jepen bisa diolah menjadi mie, brownies, cake, dan kue kering yang bergizi. Oleh karena itu, perlu diadakan kegiatan sosialisasi pemanfaatan jepen sebagai bahan pangan alternatif. Tujuan dilaksanakan program ini yaitu (1) mendeskripsikan kondisi umum Kabupaten Bondowoso yang mengalami krisis pangan; (2)mendeskripsikan akibat yang ditimbulkan dari krisis pangan di Kabupaten Bondowoso; dan (3) mengatahui cara menanggulangi krisis pangan dengan memanfaatkan jepen sebagai salah satu sumber pangan alternatif di Kabupaten Bondowoso. Metode yang digunakan yaitu ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. Hasil program ini adalah 121 masyarakat Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso lebih memahami manfaat jepen, cara budidayanya, dan dapat mengolahnya menjadi pastel kering dan kue bawang. Masyarakat juga bersedia untuk membudidayakan jepen di sawah mereka. Kata Kunci: jepen, bahan pangan alternatif, Bondowoso ABSTRACT The rareness of food resource becomes one of main problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. This case occurred almost in whole of Indonesia, such as Bondowoso regency. This regency has the most malnutrition sufferer in East Java. There are approximately 1.062 babies and kids got malnutrition since January-June 2005 in this regency. There are so many ways to overcome this case. One of them is by using Jepen as alternative food material. So far, jepen is only used as handicraft material and livestock food. There are only few societies consume it. While, jepen

can be explored as noodle, brownies, and nutritive cakes. So, it needs a socialization about the using of Jepen as alternative food material. The purpose of this programme are: (1) gving the description of food crisis common condition in Bondowoso Regency, (2) Giving the description of the impact appeared by food crisis in Bondowoso Regency, and (3) Understanding the way to overcome food crisis by using Jepen as an alternative food resource in Bondowoso Regency. The method used are speech, discussion, and demonstration. The result of this programme is 121 societies of Klabang village, Tegalampel district, Bondowoso Regency are getting better in understanding the using of Jepen, the way to plant it, and they are able to explore it to be dried pastry and onion cake. They also wants to plant Jepen in their field. Key Words: Jepen, alternative food material, Bondowoso. PENDAHULUAN Kelangkaan sumber pangan menjadi salah satu masalah utama dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini terjadi karena kurangnya akses untuk mendapatkan bahan pangan dan meroketnya harga pangan. Kasus ini terjadi hampir di seluruh Indonesia, seperti di Kabupaten Bondowoso. Kabupaten ini memiliki penderita penyakit kurang gizi akibat krisis pangan terbanyak di Jawa Timur, Sejak Januari-Juni 2005 sekitar 1.062 balita terindikasi penyakit tersebut. Menurut berbagai sumber, kasus ini disebabkan oleh persoalan kesulitan ekonomi orang tua dan semakin menurunnya produksi padi yang menjadi penyumbang PDRB terbesar daerah ini ( Siswono, 2005, www.gizi.net). Berdasarkan fenomena di atas maka diperlukan alternatif baru untuk memecahkan masalah tersebut terutama yang melanda masyarakat Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso. Upaya yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan memberikan pemahaman tentang pemanfaatan tanaman yang dapat beradaptasi dengan lingkungan kering, misalnya dengan memanfaatkan tanaman serealia (Dwinanda, 2004). Salah satu jenis serealia yang dapat dimanfaatkan adalah tanaman jepen atau Coix lacryma-jobi L. Jepen berpotensi penting sebagai sumber bahan pangan alternatif yang cukup bergizi dan komoditas ekspor. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Indonesia karena mereka kurang memahami manfaat dan cara pembudidayaannya. Selama ini, masyarakat hanya memanfaatkannya sebagai bahan baku kalung, gelang, tasbih, dan pakan ternak. Padahal sebenarnya jepen sangat layak untuk dikonsumsi manusia. Jika dilihat dari cara hidupnya, jepen memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Keistimewaan tersebut antara lain

dapat diperbanyak melalui biji dan stek, dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya, tumbuh hampir disetiap jenis tanah sampai pada ketinggian 2000 m dpl, tidak membutuhkan banyak perawatan, tahan terhadap kekeringan, serangan hama, dan penyakit. Selain itu, jepen dapat dipanen 2-3 kali dalam sekali tanam. Oleh karena itu, tanaman ini sangat cocok dikembangkan untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan di Indonesia (Van Steenis, 1975). Sebagai bahan makanan, jepen dapat menggantikan beras. Kandungan kalori dan karbohidrat pada beras lebih banyak, akan tetapi protein, lemak, kalsium, besi, posfor dan vitamin B lebih banyak jepen. Selain itu, saat ini harga beras per kilonya sekitar 5.500-6.000 rupiah. Sedangkan harga jepen per kilonya sekitar 3.000-4.000 rupiah. Jika diperhitungkan, jepen relatif lebih murah daripada beras. Perbandingan antara beras, jagung, singkong, jepen dan terigu. Pada beras kandungan kalori 360 g, protein 6,8 g, lemak 0,7 g, karbohidrat 78,9 g, kalsium 6 mg, besi 0,8 mg, posfor 0,8 mg, dan Vit. B1 0,12 mg. Pada Jagung kandungan kalori 361 g, protein 8,7g, lemak 4,5g, karbohidrat 72,4 g, kalsium 9 mg, besi 4,6mg, posfor 380mg, dan Vit. B1 0,27 mg, dan Pada Jepen kandungan kalori 289 g, protein 11g, lemak 4g, karbohidrat 61,0 g, kalsium 213 mg, besi 11mg, posfor 176mg, dan Vit. B1 0,14mg Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992)(Anonim, 2008: www.proseanet.org). Di lain sisi, walaupun kandungan kalori dan karbohidrat pada terigu lebih banyak, akan tetapi kandungan protein, lemak, kalsium, besi, posfor dan vitamin B1 lebih banyak jepen. Selain itu, saat ini harga tepung terigu per kilonya 9.000 rupiah. Sedangkan harga jepen per kilonya 3.000-4.000 rupiah. Jika diperhitungkan, jepen relatif lebih murah daripada tepung terigu. Mengingat banyaknya kelebihan jepen, maka masyarakat Desa Klabang perlu mengetahui manfaat jepen sebagai bahan pangan pengganti. Untuk itulah kegiatan penyuluhan yang berjudul Pemanfaatan Jepen sebagai Bahan Pangan Alternatif dalam Upaya Menanggulangi Krisis Pangan Masyarakat Bondowoso Jawa Timur perlu dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut (1) bagaimanakah kondisi umum Kabupaten Bondowoso, yang mengalami bencana krisis pangan; (2) apakah akibat yang ditimbulkan dari permasalahan krisis pangan di daerah Kabupaten Bondowoso; dan (3) bagaimana cara menanggulangi bahaya krisis pangan dengan memanfaatkan jepen sebagai salah satu sumber pangan alternatif di Kabupaten Bondowoso. Adapun tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: (1) mendeskripsikan kondisi umum Kabupaten Bondowoso yang mengalami bencana krisis pangan; (2) mendeskripsikan akibat yang ditimbulkan dari permasalahan krisis pangan di Kabupaten Bondowoso; dan (3) memahami cara untuk menanggulangi bahaya krisis pangan dengan memanfaatkan jepen sebagai salah satu sumber pangan alternatif di Kabupaten Bondowoso. METODE Melakukan penyuluhan dengan materi sebagai berikut. (1) pemberian wawasan tentang manfaat jepen sebagai bahan pangan alternatif pengganti padi (beras), (2) praktik pengolahan jepen agar dapat dijadikan sebagai bahan pangan

alternatif pengganti padi (beras), (3) praktik cara penanaman jepen di sawah warga setempat yang telah disewa agar warga dapat langsung melihat hasilnya. Metode pelaksanaan program penyuluhan tentang manfaat jepen sebagai bahan pangan alternatif yaitu pemberian wawasan tentang tanaman jepen dengan berbagai macam kegunaannya dengan metode ceramah dan tanya jawab di mushala Bapak Achmad di Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso. Teknik penanaman jepen dengan metode ceramah dan tanya jawab di mushala Bapak Achmad di Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, praktik pengolahan jepen menjadi bahan makanan alternatif pengganti dengan metode ceramah dan tanya jawab di mushala Bapak Achmad di Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, dan praktik pengolahan jepen menjadi bahan makanan alternatif pengganti dengan metode ceramah dan tanya jawab di mushala Bapak Achmad di Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bondowoso secara geografis terletak antara 113 48 10-113 48 26 BT dan antara 7 50 10-7 56 41 LS yang memiliki topografi bervariasi. Berdasarkan tinjauan topografi, geologis, dan jenis tanah, kabupaten ini termasuk dalam wilayah rawan bencana alam, khususnya banjir dan longsor. Selain itu, kabupaten ini memiliki letak wilayah yang kurang strategis. Meskipun berada di tengah, namun wilayah ini tidak dilalui jalan raya antar propinsi. Jalan terbesar hanya dilalui oleh jalan kabupaten antara Bondowoso-Situbondo dan Bondowoso-Jember. Kondisi tersebut menyebabkan kabupaten ini sulit berkembang dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Timur. Sebagai salah satu kabupaten yang termasuk kategori daerah tertinggal, Bondowoso menghadapi masalah serius yang harus segera ditangani. Masalah tersebut antara lain: kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, rendahnya derajat kesehatan, tingginya angka pengangguran, rendahnya produktifitas dan kualitas produksi (Tawlinsani, 2009: www.wikipedia.org). Salah satu wilayah Kabupaten Bondowoso yang juga masih mengalami keterbelakangan adalah Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel. Jarak desa ini dengan kecamatan adalah 15km. Tidak ada sarana transportasi umum untuk menuju desa ini. Hal ini terjadi karena jaraknya cukup jauh dari tempat pemukiman, medan yang dilalui cukup curam dengan kondisi jalan sempit dan rusak, dan sering terjadi perampokan di sepanjang jalan menuju desa tersebut. Sulitnya aksesibilitas menuju Desa Klabang mengakibatkan desa ini termasuk ke dalam kategori desa terpencil dan lambat perkembangan pembangunannya. Sedangkan dampaknya bagi masyarakatadalah masih banyak

masyarakat yang tidak bisa menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Sangat rendahnya kualitas pendidikan masyarakat membuat desa ini menjadi salah satu desa yang tinggi tingkat buta aksaranya. Mayoritas masyarakat Desa Klabang bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani dengan pendapatan perkapita Rp. 15.000/ hari. Biasanya, mereka menanam padi, jagung dan tebu. Mayoritas masyarakat menanam padi jenis padi gogo yang hanya dapat ditanam dua kali selama satu tahun. Hasil panennya pun juga masih kurang optimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah kondisi tanah yang kurang cocok untuk ditanami padi dan masih menggunakan sistem pertanian yang sangat tradisional. Mereka masih menggunakan tenaga sapi untuk membajak sawah dan masih menggunakan alat manual untuk memanen padi. Desa Klabang termasuk salah satu desa di Kecamatan Tegalampel yang sering terkena bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Semakin luasnya lahan kritis yang ada mengakibatkan desa ini menjadi daerah langganan banjir dan tanah longsor tiap tahun. Hal tersebut mengakibatkan perekonomian warga semakin memburuk. Harta benda yang mereka miliki banyak yang raib. Banyak lahan pertanian yang gagal panen. Angka kemiskinan pun semakin meningkat. Hal ini membuat mereka semakin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sampai saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal jepen dan mengetahui manfaaatnya bagi kehidupan. Selama ini, jepen dikenal sebagai bahan baku untuk membuat kalung, gelang, dan tasbih serta sebagai bahan pakan ternak. Tidak banyak yang tahu bahwa jepen dapat dipergunakan sebagai bahan pangan. Oleh karena itu, diperlukan uji coba pengolahan bahan sebelum bahan tersebut dijadikan bahan penyuluhan. Selama kegiatan ini, tim terus aktif mencari cara pengolahan jepen agar bisa dimanfaatkan sebagai makanan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat tepung jepen. Cara pembuatannya ada dua, yaitu (1) menumbuk biji jepen dengan menggunalan lesung, dan (2) dihaluskan dengan menggunakan mesin penghalus tepung. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari cara pertama yaitu akan menghasilkan tepung jepen berserat tinggi yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu memperlancar proses metabolisme. Hasilnya sangat cocok dikonsumsi orang yang sedang diet. Sedangkan kekurangannya adalah warna tepung lebih gelap dan membutuhkan waktu lama karena tidak bisa langsung halus. Oleh karena itu, penumbukan harus dilakukan berulang-ulang. Sedangkan kelebihan cara kedua adalah warna tepung lebih cerah, dan waktu yang dibutuhkan relatif singkat karena dikerjakan oleh mesin sehingga antara kulit dan isinya bisa langsung terpisah. Setelah itu, barulah tepung tersebut bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan. Makanan yang pertama kali dibuat adalah mie jepen. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa mie merupakan salah satu makanan yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Kabupaten Bondowoso. Apalagi, mie merupakan salah satu jenis makanan yang mengenyangkan sehingga tepat jika digunakan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras. Percobaan ini bisa dikatakan cukup berhasil. Setelah membuatan mie, kegiatan selanjutnya adalah membuat pastel kering isi coklat. Pengolahan ini ternyata sangat berhasil. Bahkan rasanya pun tidak kalah enaknya jika dibandingkan dengan pastel kering dari tepung terigu.

Tak hanya itu, makanan lain yang coba dibuat adalah stik/ kue bawang. Kue bawang ini juga bisa dikatakan cukup berhasil meskipun hasil yang diperoleh masih belum sempurna. Ini dikarenakan teksturnya masih kasar bila dibandingkan dengan kue bawang dari tepung terigu. Selain itu, warna kuenya sangat pucat. Akan tetapi, masalah tersebut dapat teratasi dengan menyaring terlebih dulu tepung jepen dan menambahkan sedikit air kunyit yang berfungsi membuat warna kue lebih cerah. Tak puas dengan dua resep baru tersebut, tim akhirnya mencoba membuat bakso dari tepung jepen. Ternyata hasil yang didapatkan sungguh mengejutkan. Bakso jepen terasa lebih kenyal meskipun tidak diberi obat pengenyal seperti kebanyakan bakso yang dijual dipasaran. Pengolahan yang terakhir dilakukan oleh tim adalah mengolah tepung jepen menjadi brownies dan cake. Ternyata hasilnya pun cukup menggembirakan. Brownies dan cake yang dibuat rasanya tidak kalah enaknya dengan brownies dan cake dari tepung terigu. Berdasarkan hasil pengolahan tersebut dapat disimpulkan bahwa jepen memang bisa dimanfaatkan menjadi berbagai jenis makanan. Dengan kata lain, jepen bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Sebelum penyuluhan dilaksanakan, tim sepakat melakukan survey ke daerah sasaran. Hal ini bertujuan agar tim dapat mengenal lebih jauh daerah tempat penyuluhan. Survey ini dilakukan pada tanggal 7-9 Maret 2009. Survey ini diawali dengan mengurus perijinan pelaksanaan kegiatan. Sesuai dengan hasil koordinasi tim dengan pihak aparatur desa dan Kepala Dusun setempat, telah disepakati bahwa penyuluhan akan dilaksanakan pada tanggal 11 April 2009 yang bertempat di mushala Bapak Achmad di Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso. Selanjutnya, tim dengan ditemani dua orang tokoh masyarakat melakukan perjalanan untuk mencari warga yang menanam jepen. Berdasarkan hasil survey dan permintaan dari aparatur desa setempat, tim sepakat untuk menambah materi penyuluhan dengan materi cara membuat pupuk organik. Meskipun kegiatan baru akan dilaksanakan pada tanggal 11 April 2009, namun tim sudah tiba di lokasi penyuluhan pada tanggal 10 April 2009. Hal ini dimaksudkan agar tim bisa melakukan persiapan. Apalagi, tempat kegiatan penyuluhan sangat jauh dari pusat kota dan tidak ada sarana transportasi umum menuju tempat tersebut. Selain itu,jumlah anggota tim sangat terbatas sehingga tim meminta bantuan teman lain untuk ikut membantu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 18.30-21.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan pada malam hari karena mulai pukul 05.00-14.00 WIB mayoritas masyarakat bekerja di sawah untuk mengurus lahan pertaniannya. Setelah itu, kaum pria sibuk mencari rumput untuk makan ternak mereka dan kaum perempuan memasak di rumah. Kegiatan ini sudah menjadi rutinitas, sehingga mereka baru ada waktu luang setelah waktu sholat maghrib tiba. Meskipun kegiatan dilaksanakan pada malam hari, akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi semangat masyarakat untuk datang ke acara. Hal ini terbukti dari jumlah peserta yang membludak diluar perkiraan tim. Awalnya tim hanya mengundang 75 orang, mengingat jarak rumah antara warga lumayan jauh, akan tetapi peserta yang datang mencapai 121 orang. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai dari perangkat desa, tokoh masyarakat, ibuibu PKK, anggota kelompok tani sampai anggota karang taruna.

Kegiatan penyuluhan ini dibagi menjadi 3 sesi yaitu sesi pemberian materi, tanya jawab dan demonstrasi. Pada sesi pemberian materi, materi pertama adalah penjelasan mengenai deskripsi jepen, yang meliputi bentuk, manfaat, dan habitat jepen. Materi ini disampaikan oleh Wiwik Fitri S. Materi kedua, materi tentang budidaya jepen, disampaikan oleh Lely Tri Y. Materi terakhir, tentang pengolahan jepen dan pembuatan pupuk organik, disampaikan oleh Muh. Sofi. Dalam kegiatan tersebut, pemberian materi berjalan cukup lancar. Bahkan, setelah pemberian materi, peserta cukup antusias bertanya pada sesi tanya jawab. Sesi ini diikuti oleh peserta pria karena lebih berkaitan dengan cara membudidayakan jepen dan membuat pupuk organik. Sementara itu peserta wanita langsung diarahkan untuk mengikuti sesi demonstrasi pengolahan jepen. Pada sesi demonstrasi, Ari Widianto dan dibantu seorang teman tim yang bernama Nila Kafiana mendampingi para peserta wanita untuk melakukan demo masak mengolah tepung jepen menjadi makanan. Hal ini bertujuan agar peserta dapat langsung berkreasi mengolah tepung jepen, sehingga dapat mereka praktikkan di rumah masing-masing. Hasil olahannya yaitu stik/ kue bawang dan pastel kering isi abon. Sebelum acara dimulai, tim telah mempersiapkan berbagai macam olahan tepung jepen, seperti: mie, kue bawang, pastel kering rasa srowberry, brownies dan cake. Setelah sesi demonstrasi berakhir, acara selanjutnya adalah pemberian bantuan kepada desa berupa EM4 dan biji jepen. Pemberian bantuan ini bertujuan agar bisa dimanfaatkan oleh warga desa untuk membuat pupuk organik sendiri sehingga bisa mengurangi biaya perawatan tanaman pertanian mereka. Acara terakhir yang dilakukan adalah ramah tamah. Dalam acara ini, beberapa peserta menyampaikan pesan dan kesannya terkait acara yang diadakan. Mereka merasa sangat beruntung bisa mengikuti acara ini mengingat selama ini jarang ada penyuluhan di desa mereka. Mereka juga berterima kasih kepada tim karena menambah pengetahuan mereka tentang cara budidaya dan pengolahan bahan pangan yang hampir punah. Peserta juga menyatakan kesediaannya untuk membudidayakan jepen setelah selesai panen padi. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pelasanaan program penyuluhan tentang pemanfaatan jepen sedagai bahan pangan alternatif cukup berhasil dengan nilai tingkat keberhasilan 80. Nilai ini diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang sebelumnya telah disusun oleh tim. Berdasarkan penjelasan dari berbagai sumber, jepen dapat bertahan hidup di berbagai jenis tanah, dari mulai tanah yang subur sampai kering. Hal ini cukup cocok dengan kondisi Desa Klabang yang tanahnya kurang subur. Untuk penanaman, jepen tidak membutuhkan cara khusus dan rumit. Jepen dapat ditanam dengan berbagai macam cara, mulai dari langsung menaburkannya di tanah, menanamnya dalam lubang ataupun dengan stek. Jepen dapat ditanam di sawah ataupun di pematangnya, bahkan bisa juga ditumpangsarikan dengan tanaman pertanian lainnya. Jepen biasanya ditanam pada musim penghujan dan akan dipanen pada musim kemarau. Jika jepen ditanam tanpa perawatan, maka membutuhkan waktu 7-8 bulan sampai panen. Akan tetapi, jika jepen mendapatkan perawatan maka dalam waktu 5-6 bulan jepen sudah dapat dipanen. Dalan masa hidupnya, jepen sangat tahan terhadap hama dan penyakit. Sehingga petani tidak perlu banyak memberikan insektisida.

Pada saat pemanenan, jepen ternyata juga memberikan hasil yang cukup memuaskan karena dapat dipanen 2-3 kali. Hal ini sangat berbeda dengan padi yang membutuhkan perawatan intensif, biaya banyak dan hanya sekali panen.. Berikut ini adalah perbandingan biaya penanaman antara padi dan jepen. Berdasarkan pembahasan pada subbab-subbab sebelumnya, dapat ditemukan kelebihan jepen jika dibandingkan dengan padi dan terigu. Adapun kelebihan tersebut yaitu sebagai berikut, (1) dapat membuang kelebihan lemak di perut, (2) dapat melancarkan buang air besar, (3) dapat bertahan hidup di berbagai jenis tanah, (4) tahan terhadap hama dan penyakit, (5) dapat menggantikan tepung terigu sebanyak 80% jika dipergunakan sebagai komposisi dalam satu resep masakan. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada di atas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Bondowoso (termasuk Desa Klabang) merupakan daerah rawan bencana dan memiliki kondisi tanah yang kurang cocok ditanami padi, Masyarakat Bondowoso, terutama masyarakat Desa Klabang, mengalami krisis pangan sehingga banya masyarakat yang terkena busung lapar, Jepen dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif pengganti untuk,menanggulangi krisis pangan dan dapat ditanam sebagai tanaman alternatif saat musim kemarau, jepen dapat tumbuh subur di Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso dengan kondisi tanah yang kering, tepung jepen dapat diolah menjadi berbagai macam olahan makanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti: mie, bakso, cake, brownies, pastel kering dan kue bawang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Tanaman Obat-Jali Coix lachrymal-jobi L. http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=221. [ 20 Februari 2008]. Dwinanda, Reiny. 2004. Jalan Panjang Menuju Ketahanan Pangan. http://www.psda.jawatengah.go.id/artikel/ketahanan.htm.[13 Februari 2008]. Siswono. 2005. 1.062 Balita di Bondowoso Jatim Terindikasi Gizi Buruk. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1119585307,86727 [20 Februari 2008]. Tawlinsani, Gifanda Manandi. 2009. Kabupaten Bondowoso. http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_bondowoso. [5 April 2009]. Van Steenis,.C.G.G.J.. 1975. Flora Voor de Scholen in Indonesie, diterjemahkan oleh Sorjowinoto, M., edisi ke-6. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.