BAB I PENDAHULUAN. Memasuki sekolah bukanlah suatu hal yang selalu membahagiakan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. interaksi anak dan kemampuan untuk menguasai keterampilan motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :...

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah dunia anak. Jean Piaget (dalam Moeslichatoen R.,1996)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PEMALU PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Suriaty Nursin Guru SDN Pembina Luwuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi adanya kemajuan dalam tehnologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hana Haniefah Latiefah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. TK Kusuma 1 merupakan TK PKK yang beralamat di Jalan Kapulogo, dusun

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki sekolah bukanlah suatu hal yang selalu membahagiakan bagi anak. Walaupun dari segi usia relatif sama, tetapi dari sifat-sifat umum lainnya terdapat perbedaan yang menonjol antara satu dengan yang lain. Sebagian anak sudah siap memasuki sekolah dan sebagian lagi belum siap bersosialisasi dengan teman maupun lingkungan baru. Perbedaan sifat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat menimbulkan berbagai kesulitan. Kesulitan dapat berupa keterlambatan dalam belajar, gangguan emosional, maupun salah suai. Salah satu bentuk gangguan emosional yaitu kecemasan. Kecemasan seringkali dialami oleh anak usia Taman Kanak-Kanak. Kecemasan dapat terjadi di hari-hari pertama masuk sekolah, pada saat anak dibawa pada suasana baru dan asing, atau ketika anak merasa tidak aman dan nyaman berada pada suatu lingkungan. Kecemasan ditampilkan dalam bentuk perilaku sering diam, bersembunyi dibalik tubuh orangtua atau bahkan sering minta pulang untuk meninggalkan suasana yang menurut anak tidak menyenangkan. Semua orang pasti pernah mengalami kecemasan, baik orang dewasa maupun anak dan perasaan cemas yang dialami oleh anak maupun orang dewasa adalah sesuatu yang wajar, bahkan diperlukan karena pengalaman menghadapi 1

2 kecemasan merupakan persiapan menghadapi situasi yang tidak terduga dan menantang di kehidupan mendatang. Kadangkala kecemasan membantu anak untuk melakukan hal-hal yang aman. Misalnya anak yang cemas dengan kebakaran akan menghindari bermain korek api. Namun jika kecemasan terlalu tinggi akan mengganggu perilaku dan perkembangan. Misalnya anak sering mengalami ketegangan akibatnya anak seringkali gelisah, peka, mudah terpengaruh keadaan, keras kepala, dan sangat tergantung pada orang lain. Widodo, S. http://www.blogger.com/profile/12118905744169675129 Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar di Taman Kanak- Kanak, kecemasan sering terjadi pada anak di hari-hari pertama masuk sekolah, anak cemas karena kecemasan tidak mampu melaksanakan tugas dari guru atau ketika teman-teman di sekolah tidak menerima dirinya dalam kelompok. Perilaku yang muncul pada anak yang mengalami kecemasan di sekolah adalah anak tidak mau ditinggal oleh orangtua atau pengasuh, tidak mau mengikuti pembelajaran secara penuh di kelas, impulsif, menangis, menyendiri, bahkan sampai ngompol di kelas. Sunardi (1995: 50) mengungkapkan bentukbentuk perilaku cemas (anxiety withdrawl) antara lain: terlalu pemalu, terlalu penakut, tidak ada kesungguhan dan kemampuan serta depresi. Situasi baru, asing dan berbeda dari lingkungan yang dirasakan anak merupakan salah satu penyebab kecemasan. Situasi yang dirasakan tidak menyenangkan harus segera diintervensi oleh guru, karena guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan belajar mengajar bertanggung jawab menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan di sekolah.

3 Suasana akrab dalam pembelajaran yang diciptakan guru di sekolah pada umumnya dapat menghilangkan kecemasan pada diri anak. Poedjiadi, (Wachu, 2005:2) mengemukakan suasana akrab dan kekeluargaan merupakan salah satu kunci sukses seorang guru dalam mengajar. Suasana akrab dapat merangsang minat belajar anak. Sebaliknya, ketika guru tidak memberikan kenyamanan pada anak didiknya, maka sulit bagi anak untuk memiliki minat belajar. Demikian pula proses take and give di antara sesame anak akan berjalan lebih lancar dan satu dengan lainnya seperti tidak ada sekat (barier) Guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik karena memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku anak ketika pembelajaran berlangsung. Perilaku guru dapat meningkatkan minat belajar anak dan sebaliknya dapat menurunkan minat belajar anak. Guru diharapkan menjadi sumber inspirator, keteladanan, dan menjadi tempat naungan bagi anak di sekolah. Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan khususnya di Taman Kanak-Kanak adalah setiap anak memiliki minat belajar yang berbeda-beda. Minat belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai ujung tombak dalam pembelajaran seyogyanya dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak. Menurut Budiningsih, (2004:3) upaya apapun yang dipilih dan dilakukan oleh guru Taman Kanak-Kanak atau perancang pembelajaran harus bertumpu pada karakteristik anak sebagai subjek belajar serta budaya di mana anak tinggal. Artinya dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus melihat kondisi anak agar memiliki minat belajar,

4 sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, karena anak yang memiliki minat belajar akan lebih cepat menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Membangkitkan minat belajar pada anak bukanlah sesuatu hal yang mudah, karena seorang guru harus bersikap hati-hati dalam membangkitkan minat belajar pada anak terutama anak yang mengalami kecemasan. Guru dituntut mempunyai kompetensi untuk memahami perkembangan dan mengetahui minat belajar anak. Artinya guru tidak menjadikan anak sebagai objek di kels. Dhanang http://www.sumardiono.com/index.php?option=com_content&task=view&id=735 &Itemid=79 mengungkapkan guru perlu memahami anak adalah subjek. Secara psikologi, guru-guru juga harus memahami keanekaragaman minat belajar anak. Guru juga harus mengenali dan memahami anak lebih baik lagi. Guru harus sering berkomunikasi dengan orangtua atau keluarga anak mengenai sikap dan perilaku anak di rumah sehingga membantu guru mengenal karakter anak dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru TK Plus Al-Azhar kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat pada tanggal 17 Januari 2008, Pada awal tahun ajaran 2007/2008 terdapat enam anak yang mengalami kecemasan di sekolah. Anak tidak mau ditinggalkan oleh orangtua/pengantar, anak tidak berani tampil di depan kelas, dan tidak menjawab pertanyaan guru maupun sapaan teman. Salah satu penyebab kecemasan anak adalah anak belum dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun, kurang dari satu bulan tiga anak sudah tidak menampilkan perilaku cemas. Sedangkan tiga anak berinisial C, Z, dan A masih menunjukkan perilaku cemas. Meskipun tidak setiap hari C, Z, dan A

5 menunjukkan perilaku cemas, namun pada kondisi tertentu ketiga anak tersebut menunjukkan perilaku cemas. Hal ini memberikan pengaruh terhadap diri anak sendiri, pembelajaran secara umum, dan situasi kelas yang tidak terkondisikan. Dilatarbelakangi oleh uraian sebelumnya, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dan mendapatkan gambaran yang jelas berkaitan dengan perilaku anak yang mengalami kecemasan terhadap minat belajar, sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan mengambil judul GAMBARAN KECEMASAN TERHADAP MINAT BELAJAR PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK (Studi kasus di TK Plus Al-Azhar Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat) B. Rumusan Masalah Anak akan belajar dengan baik/optimal jika seluruh kebutuhnnya terpenuhi, baik kebutuhan fisik maupun mental. Jika salah satu kebutuhan anak tidak terpenuhi, maka anak tidak akan belajar secara optimal. Salah satu kebutuhan anak yang harus terpenuhi adalah anak merasa aman, nyaman di sekolah. Anak terhindar dari situasi dan kondisi yang membuat anak merasa tertekan dan depresi. Secara umum penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu: Bagaimana gambaran kecemasan terhadap minat belajar pada anak Taman Kanak-Kanak?

6 Secara rinci rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman guru tentang konsep kecemasan meliputi, a) bentukbentuk perilaku kecemasan, b) faktor-faktor penyebab kecemasan, c) pengaruh kecemasan anak, d) langkah-langkah dalam menghadapi kecemasan pada anak? 2. Bagaimana karakteristik kecemasan yang dialami anak TK Plus Al-Azhar Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2007/2008? 3. Bagaimana minat belajar anak yang mengalami kecemasan? a) apakah anak mau menyelesaikan pekerjaannya?, b) apakah anak menyukai pekerjaannya?, c) apakah anak bersemangat mengerjakan pekerjaannya?, d) apakah anak mengikuti pembelajaran di sekolah sampai selesai? 4. Adakah kesulitan yang dialami guru dalam menghadapi anak yang mengalami kecemasan terhadap minat belajar? Apabila ada, a) apa bentuk kesulitan yang dihadapi?, b) apa faktor penyebab kesulitan?, c) bagaimana upaya guru menghadapi kesulitan tersebut? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan mengetahui gambaran kecemasan terhadap minat belajar pada anak Taman Kanak-kanak. Secara khusus penelitian bertujuan untuk: 1. Memperoleh gambaran pemahaman guru tentang konsep kecemasan meliputi, a) bentuk-bentuk perilaku kecemasan, b) faktor-faktor penyebab kecemasan,

7 c) pengaruh kecemasan anak, d) langkah-langkah dalam menghadapi kecemasan pada anak. 2. Memperoleh gambaran kecemasan yang dialami anak TK Plus Al-Azhar Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 3. Memperoleh gambaran tentang minat belajar anak yang mengalami kecemasan meliputi, a) keinginan menyelesaikan pekerjaan, b) menyukai pekerjaan, c) bersemangat mengerjakan pekerjaan, d) mengikuti pembelajaran di sekolah sampai selesai 4. Memperoleh gambaran kesulitan yang dialami guru dalam menghadapi anak yang mengalami kecemasan terhadap minat belajar. Secara khusus berkenaan dengan a) bentuk kesulitan yang dihadapi, b) faktor penyebab kesulitan, c) upaya guru mengahadapi kesulitan tersebut. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan wawasan mengenai gambaran kecemasan terhadap minat belajar pada anak Taman Kanak- Kanak. Secara rinci manfaat tersebut adalah: 1. Bagi sekolah, memberikan masukan dan sumbangan informasi untuk lebih mengenal dan memahami anak yang mengalami kecemasan agar dapat menetapkan kebijakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat belajar anak

8 2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan kajian dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai pengembangan penelitian terhadap anak yang mengalami kecemasan terhadap minat belajar. E. Penjelasan Istilah Untuk menetapkan lingkup permasalahan yang diteliti serta tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan dijelaskan istilahistilah dalam penelitian sebagai berikut. 1. Kecemasan Kecemasan adalah perilaku yang ditampilkan anak TK Plus Al-Azhar Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2007/2008 saat pembelajaran di sekolah meliputi: a. Kondisi Motorik, yaitu gerakan dan atau tindakan yang tidak beraturan/tidak terarah/serba salah, meliputi: mencari/memegang benda-benda untuk dimainkan, menggigit jari saat ditanya guru, berpegangan pada ibu/pengasuh/pengantar selama pembelajaran berlangsung, bila ditanya guru tengok kanan-kiri. b. Kondisi sosial, yaitu perasaan takut pada orang lain, meliputi: tidak berani tampil ke depan kelas, menyalahkan orang lain ketika melakukan kesalahan, tidak berani bertanya pada guru. c. Kondisi intelektual, yaitu kemampuan berfikir anak, meliputi: tidak mengerjakan tugas bila terus diawasi guru, tidak menyelesaikan pekerjaan

9 ketika teman-teman sudah selesai mengerjakan tugas, tidak menyelesaikan tugas ketika tugas dianggap sulit. d. Kondisi emosional, yaitu perasaan sementara yang dialami anak, meliputi: mudah bersedih ketika dijauhi teman, murung/menangis jika tidak dijemput orangtua/pengasuh, mudah menangis jika mendapat ancaman dari teman, tidak mau ditinggal oleh orangtua/pengantar, mudah marah jika tidak diajak main oleh teman. e. Kondisi somatik, yaitu respon tubuh yang tidak wajar / dalam keadaan tegang, meliputi: gemetaran ketika ditanya guru, gemetaran saat menunggu giliran tampil ke depan kelas, gagap saat ditanya guru. 2. Minat Belajar Dalam penelitian ini diartikan sebagai keinginan, kesungguhan, dan keikutsertan anak TK Plus Al-Azhar dalam kegiatan pembelajaran tanpa ada paksaan dari guru maupun teman. 3. Anak Anak adalah anak usia 4-5 tahun berad di kelompok A TK Plus Al-Azhar Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2007/2008 yang mengalami kecemasan diri.