BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Bab III Pengolahan Data

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

IV. METODOLOGI PENELITIAN

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI. 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

BAB III METODE PENELITIAN

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Raden Ario Wicaksono/

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

GEOLOGI DAERAH KLABANG

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Tahanan Jenis (Ohm meter)

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB IV UNIT RESERVOIR

IDENTIFIKASI AIRTANAH DAERAH CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI BERDASARKAN CITRA SATELIT, GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

(a) Maximum Absolute Amplitude (b) Dominant Frequency

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

%! & ' "( )* + +, % -. /0 1 &1 /'

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas Kabupaten Serang, Banten Dalam penelitian ini dilakukan interpretasi kualitatif berdasarkan data intensitas magnetik hasil penelitian hingga diperoleh data anomali magnetik di daerah tersebut. Dari data tersebut dapat dibuat model peta kontur anomali magnetik residual daerah penelitian dengan menggunakan program Surfer 8.0. berdasarkan data IGRF tahun 2010. Southing (m) Easting (m) Gambar 4.1 Peta Anomali Magnetik Residual Hasil Survey Magnetik di Serang, Banten 47

48 Besar anomali magnetik residual di daerah penelitian menunjukkan kontras harga yang cukup besar yaitu bernilai antara -700 nt hingga 400 nt dengan interval kontur 100 nt. Harga anomali magnetik berdasarkan hasil interpretasi ini dapat dibedakan menjadi tiga kelompok anomali, yaitu anomali magnetik tinggi, anomali magnetik sedang dan anomali magnetik rendah. Anomali magnetik tinggi bernilai lebih dari 50 nt, anomali magnetik sedang mempunyai harga antara 50 nt hingga -300 nt dan anomali magnetik rendah memiliki nilai lebih kecil dari -300 nt. Kelompok anomali sedang tersebar di sebagian besar daerah penelitian, ditandai dengan indeks warna hijau yang mendominasi peta anomali residual daerah penelitian. Kelompok anomali magnet rendah mendominasi daerah bagian Utara hingga Timurlaut daerah penelitian, dimana di daerah ini terdapat titik semburan gas Astana Agung dan Pontang. Kelompok anomali rendah juga ditemukan di daerah bagian selatan hingga barat daya daerah penelitian yang merupakan lokasi titik semburan gas Pematang, Mongpok, Rancabala, Cikasap, Gusalih, Catih dan Bungkeureuk sedangkan kelompok anomali tinggi berada pada daerah bagian timur, tepatnya berada di sebelah timur Kawah Cibeutik. Berdasarkan peta anomali magnetik residual ini nampak bahwa titik-titik pusat semburan terletak pada kontak antara anomali magnetik rendah-sedang dan antara anomali magnetik rendah-tinggi.

49 Southing (m) Easting (m) Semburan gas : Lokasi dengan kontak anomali ekstrim Titik Ukur Gambar 4.2 Peta Anomali Magnetik Residual dengan Lokasi Kontak Anomali Ekstrim Garis-garis melingkar pada gambar di atas menunjukkan beberapa lokasi semburan yang berada pada kontak anomali yang cukup ekstrim antara anomali magnetik rendah-sedang dan anomali magnetik rendah-tinggi. Kontak antara anomali magnetik di daerah penelitian ini mengindikasikan adanya zona-zona sesar yang menjadi jalan keluarnya gas ke permukaan. Anomali magnetik yang diperoleh dalam penelitian ini menandakan adanya perbedaan distribusi suseptibilitas bawah permukaan. Hubungan antara anomali magnetik dan susptibilitas batuan dapat diperoleh dari persamaan (2.2).

50 Anomali magnetik tinggi mengindikasikan suseptibilitas batuan positif dan bernilai tinggi, serta memiliki kerentanan magnetik yang tinggi. Anomali magnetik sedang mengindikasikan suseptibilitas batuan positif yang bernilai sangat kecil dengan kerentanan magnetik yang sedang dan anomali magnetik rendah mengindikasikan suseptibilitas batuan negatif dengan nilai yang kecil dan kerentanan magnetiknya sangat rendah. Anomali rendah, tempat tersebarnya titik semburan, menunjukkan bahwa suseptibilitas daerah tersebut lebih kecil dibandingkan daerah sekitarnya. Bisa jadi anomali rendah ini menunjukkan suatu kondisi geologi bawah permukaan yang lemah (zona sesar) di daerah tersebut, jika kondisi geologi bawah permukaan yang lemah ini terganggu maka material yang ada di daerah tersebut seperti lumpur, gas dan fluida akan berpotensi keluar ke atas permukaan melalui suatu patahan. Perbedaan atau kontras harga suseptibilitas pada zona sesar ini bukan disebabkan oleh perbedaan jenis litologi akan tetapi lebih disebabkan oleh perubahan sifat fisika yang terjadi akibat adanya proses pensesaran. Pada saat pensesaran berlangsung, material-material penyusun daerah tersebut akan mengalami perubahan sifat fisika secara langsung atau tidak langsung akan menyebabkan perubahan harga kerentanan magnetik (k). Daerah sebaran sesar ditentukan dari dengan menerapkan metode Tilt Angle Derivative pada data anomali magnetik residual (Cooper, 2006). Dalam pengaplikasian metode ini, digunakan data anomali pada titik-titik yang tersebar secara spasial (x,y). Data diolah berdasarkan algoritma Tilt Angle Derivative dan diproses dengan bantuan Matlab. Hal yang diharapkan dari penggunaan metode ini diperoleh pola anomali yang terlihat lebih jelas dan telah disaring dari noise.

51 Berikut adalah hasil pengaplikasian metode Tilt Angle Derivative terhadap data penelitian: nt/m Gambar 4.3 Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Tilt Angle Derivaitve Gambar di atas merupakan hasil THDR dari data Tilt Angle (Tilt Angle Derivative). Filter ini memberikan pendekatan alternatif untuk meningkatkan anomali magnetik yang dangkal tanpa mengurangi informasi tentang sumbersumber bawah permukaan sehingga dapat dideteksi sumber yang dangkal maupun sumber yang lebih dalam. Peta anomali magnetik hasil pengolahan metode Tilt Angle Derivative menggunakan surfer 8.0 adalah sebagai berikut:

52 Gambar 4.4 Peta Tilt Angle Derivative hasil pengolahan surfer 8.0 Peta anomali magnetik di atas memperlihatkan gradien total intensitas magnetik permeter. Untuk mengidentifikasi sesar yang mungkin ada di daerah survey dapat ditentukan dari distribusi intensitas magnetik total permeternya dengan melihat kecenderungan pola dan arah anomali total permeter yang nampak pada peta. Dengan menarik garis kelurusan anomali secara manual berdasarkan pola yang nampak pada peta serta lokasi dari titik semburan yang sudah ada, maka akan diperoleh peta tilt angle derivative sebagai berikut:

53 Gambar 4.5 Peta anomali magnetik hasil Tilt Angle Derivative dan trend struktur Dari peta kontur di atas, terlihat adanya beberapa kecendrungan struktur geologi daerah penelitian. Peta Tilt Angle Derivative ini memperlihatkan adanya hubungan antara struktur geologi dengan semburan yang terjadi di daerah survey.

54 Titik Semburan Gas Trend Struktur Trend struktur dengan pola yang sama dan saling berhubungan Gambar 4.6 kecenderungan arah struktur geologi hasil penelitian Trend struktur yang ditemukan sebagian besar berarah TimurLaut- BaratDaya. Di sebelah Baratdaya diperlihatkan trend struktur berarah TimurLaut- Baratdaya. Titik semburan gas Catih, Gusalih dan Beungkeuruk dikontrol oleh struktur-struktur tersebut. Bagian Selatan daerah penelitian juga memperlihatkan trend struktur berarah Timurlaut-Baratdaya dan menjadi pengontrol terjadinya semburan Rancabala, Mangpok, Cikasap dan Pematang. Di bagian tengah daerah

55 penelitian diperoleh trend struktur yang juga berarah Timurlaut-Baratdaya dan menjadi pengontrol dari semburan Cibeutik. Daerah Timurlaut memperlihatkan semburan Astana Agung dipengaruhi oleh adanya perpotongan antara struktur berarah Utara-Selatan dan struktur berarah Timur-Barat. Semburan Pontang yang berada di bagian utara daerah penelitian juga dipengaruhi oleh adanya struktur patahan yang berarah Timurlaut-Baratdaya. Hasil penelitian ini dapat dikorelasikan dengan peta geologi yang ada. Peta geologi hasil foto udara yang disajikan oleh Hendrawan (2009), struktur geologi hanya nampak di sebelah Selatan daerah survey yang berarah hampir Utara Selatan sedangkan struktur yang dihasilkan dari penelitian ini dominan tersebar di sebelah Selatan, Baratdaya, dan beberapa struktur ditemukan di daerah Timurlaut dan Baratlaut daerah survey. Tidak nampaknya beberapa struktur ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi geologi daerah penelitian itu sendiri. Kondisi geologi daerah penelitian secara umum didominasi oleh batuan Ignimbrit yang kedap air dan gas. Kemungkinan besar struktur geologi yang diperoleh dari hasil penelitian ini tertimbun oleh endapan Ignimbrit Danau (Tufa Banten) tersebut sehingga tidak dapat diamati berdasarkan citra atau foto udara. Dengan sifatnya yang kedap air dan gas, batuan ini kemudian bertindak sebagai lapisan perangkap (cap rock) sehingga gas yang muncul dari bawah permukaan akan terperangkap di bawah lapisan tufa tersebut. Kemungkinan terjadinya sesar lokal di daerah semburan gas ini disebabkan oleh perubahan tekanan gas yang tertimbun di bawah batuan ignimbrit. Gas-gas tersebut kemudian melewati struktur sesar yang ada dan bergerak secara perlahan dan kontinyu menuju ke atas

56 dan akhirnya muncul di permukaan dalam bentuk semburan gas atau dalam bentuk semburan gas yang bercampur dengan air. 4.2 Prediksi Lokasi Terjadinya Semburan Gas Baru di Daerah Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan kondisi geologi daerah Serang, khusunya daerah survey dan sekitarnya, maka diperkirakan bahwa struktur yang diperoleh dari penelitian ini masih berhubungan dengan keberadaan struktur yang nampak pada peta geologi. Dengan adanya struktur sesar dan sebaran lapisan perangkap yang terdapat di daerah tersebut, menyebabkan kemungkinan munculnya titik-titik semburan gas baru sangat rentan terjadi. Beberapa struktur sesar yang ditemukan sebagian besar memiliki pola yang hampir sama yaitu saling berpotongan antara satu dengan yang lainnya. Pola-pola seperti ini memperlihatkan hubungan dengan titik-titik semburan gas yang telah muncul di Kabupaten Serang, Banten. Untuk memprediksikan lokasi titik semburan gas baru yang mungkin muncul di sepanjang daerah penelitian ini dapat dilihat dari pola dan arah struktur hasil penelitian. Lokasi-lokasi yang memungkinkan menjadi tempat munculnya semburan gas baru diperlihatkan pada gambar 4.7.

57 2 1 3 4 5 6 7 8 9 12 10 11 13 14 Gambar 4.7 Prediksi Lokasi Titik Semburan Gas Baru Simbol berbentuk segitiga pada peta Tilt Angle Derivative di atas menunjukkan lokasi dari titik-titik semburan baru yang diprediksikan akan muncul di sekitar daerah penelitian. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ada tidaknya struktur yang saling berpotongan satu dengan lainnya, seperti yang terjadi pada semburan gas lama. Sebagian besar titik-titik semburan gas baru ini ditemukan pada koordinat UTM sebagai berikut:

58 Semburan Easthing (m) Southing (m) Longitude Latitude 1 645701.319067 9331936.10321 106,32 0 6,04 0 2 643827.280334 9331936.10321 106,29 0 6,04 0 3 636383.178612 9330062.06448 106,23 0 6,05 0 4 643202.599341 9328344.19387 106,29 0 6,07 0 5 642890.258845 9325845.47414 106,29 0 6,09 0 6 646117.774478 9325741.35923 106,32 0 6,10 0 7 638309.274802 9322513.84784 106,25 0 6,13 0 8 641849.126687 9318453.42563 106,28 0 6,16 0 9 635237.93154 9316579.3869 106,22 0 6,18 0 10 640443.596575 9316058.82082 106,27 0 6,19 0 11 639818.915583 9315330.02491 106,26 0 6,19 0 12 635029.701713 9315382.08237 106,22 0 6,19 0 13 637528.421439 9313039.53502 106,24 0 6,21 0 14 640339.481662 9312987.47756 106,27 0 6,21 0 Berdasarkan gambar dan data di atas, dapat ditentukan bahwa prediksi lokasi semburan baru tersebar pada 106,22 0 BT 106,28 0 BT dan 6,12 0 LS - 6,21 0 LS bagian tengah hingga selatan daerah survey serta beberapa titik lainnya tersebar di bagian tengah hingga utara daerah survey dengan batas koordinat yaitu 106,23 0 BT 106,32 0 BT dan 6,04 0 LS - 6,09 0 LS.