Pemilihan Jalur Evakuasi Dalam Keadaan Darurat Menggunakan Algoritma Quantum Ant-Colony

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK...

BAB IV ANALISIS MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

Penjadwalan Mata Kuliah Menggunakan Metode Hybrid Algoritma Genetika Dan Algoritma Koloni Semut

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony

Optimasi pada Rute Truk Peti Kemas dengan Algoritma Optimasi Koloni Semut

Penyelesaian Masalah Travelling Salesman Problem Menggunakan Ant Colony Optimization (ACO)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS)

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

ALGORITMA GENETIC ANT COLONY SYSTEM UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM

DOSEN PEMBIMBING Chastine Fatichah, S.Kom, M.Kom MAHASISWA Yudis Anggara P. ( )

ANT COLONY OPTIMIZATION

Analisis dan Implementasi Ant Colony Algorithm untuk Clustering


SWARM GENETIC ALGORITHM, SUATU HIBRIDA DARI ALGORITMA GENETIKA DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION. Taufan Mahardhika 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian dalam pekerjaan. Dalam melakukan pemasangan kabel perlu

PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK

BAB I PENDAHULUAN. dinaikkkan tegangannya untuk meminimalisir rugi-rugi daya, kemudian energi listrik

PEMBUATAN SKEMA JALUR ANGKUTAN KOTA PALU BERDASARKAN PENCARIAN LINTASAN DENGAN BOBOT MAKSIMUM MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM (ACS)

Penerapan Algoritma Ant System dalam Menemukan Jalur Optimal pada Traveling Salesman Problem (TSP) dengan Kekangan Kondisi Jalan

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR)

Yanuarta et al., Rekonfigurasi Jaringan... 6

ALGORITMA SEMUT UNTUK MENCARI JALUR TERPENDEK YAAYU

PENENTUAN RUTE OPTIMAL PADA KEGIATAN PENJEMPUTAN PENUMPANG TRAVEL MENGGUNAKAN ANT COLONY SYSTEM

OPTIMASI PENCAPAIAN TARGET PADA SIMULASI PERENCANAAN JALUR ROBOT BERGERAK DI LINGKUNGAN DINAMIS

Navigasi Mobile Robot Nonholonomic menggunakan Fuzzy-Ant Colony System

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut

Analisa Pencarian Jarak Terpendek Lokasi Wisata di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization (ACO)

Pemanfaatan Algoritma Hybrid Ant Colony Optimization dalam Menyelesaikan Permasalahan Capacitated Minimum Spanning Tree. Tamam Asrori ( )

PENEMUAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA ANT COLONY. Budi Triandi

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Matematika dan Statistika

Simulasi Animasi Tiga Dimensi Gerombolan Ikan dalam Akuarium Virtual Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony dan Bounding Box Collision Detection

APLIKASI TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY

PERBANDINGAN ALGORITME ANT COLONY OPTIMIZATION DENGAN ALGORITME GREEDY DALAM TRAVELING SALESMAN PROBLEM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

APLIKASI ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR) UNTUK PENYELESAIAN MASALAH PENYEBARAN RUTE LALU LINTAS SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGURANGI KEMACETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu bertambah disetiap tahunnya. Hal ini dapat menimbulkan semakin. memperoleh keuntungan yang maksimal, maka diperlukan

REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PENYULANG PAKUSARI UNTUK MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

IMPLEMENTASI MOBILE TRACKING MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION DAN GOOGLE MAPS API SKRIPSI DONNY SANJAYA

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS (VRPTW) MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC)

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penjadwalan Definisi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit

ABSTRAK. Kata kunci: Jadwal pelajaran, algoritma Artificial Bee Colony, fitness. ii Universitas Kristen Maranatha

PENERAPAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION PADA METODE K-HARMONIC MEANS UNTUK KLASTERISASI DATA HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Dynamic Economic Dispatch Mempertimbangkan Prohibited Operating Zones Menggunakan Algoritma Improved Artificial Bee Colony

Bab II Konsep Algoritma Genetik

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

PERBAIKAN ALGORITMA Q-LEARNING DENGAN ANT COLONY DAN PREDIKSI JALUR PADA SIMULASI PERENCANAAN JALUR ROBOT BERGERAK DI LINGKUNGAN DINAMIS

PENYUSUNAN PENJADWALAN UJIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RANK BASED ANT SYSTEM INTISARI

Pemanfaatan Algoritma Semut untuk Penyelesaian Masalah Pewarnaan Graf

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY

PERENCANAAN SUMBER DAYA PADA PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDUKUNG SISTEM PEMASARAN DENGAN ALGORITMA ANT COLONY ABSTRAK

ALGORITMA OPTIMASI UNTUK PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (Optimization Algorithm for Solving Travelling Salesman Problem)

STMIK GI MDP. Program StudiTeknikInformatika SkripsiSarjanaKomputer Semester GanjilTahun 2010/2011

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri

OPTIMASI KAPASITAS DG PADA SISTEM DISTRIBUSI UNTUK MENGURANGI RUGI DAYA MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION

ANALISIS DAN SIMULASI METODE PEMILIHAN JALUR EVAKUASI DENGAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL DAN BELLMAN-FORD DI POLTEK TELKOM

OPTIMASI RUTE ARMADA KEBERSIHAN KOTA GORONTALO MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION. Zulfikar Hasan, Novianita Achmad, Nurwan

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

MODIFIKASI ALGORITMA SEMUT UNTUK OPTIMASI PROBABILITAS PEMILIHAN NODE DALAM PENENTUAN JALUR TERPENDEK

MENEMUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

PERBANDINGAN ALGORITMA ANT COLONY DAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN JARAK TERPENDEK DALAM PENGANGKUTAN HASIL TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Pemilihan Jalur Evakuasi Dalam Keadaan Darurat Menggunakan Algoritma Quantum Ant-Colony Path Selection In Emergency Evacuation Using Quantum Ant- Colony Algorithm Fransisca Arvevia I A 1, Jondri 2, Anditya Arifianto 3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom 1 fransiscaaia@gmail.com, 2 jondri@telkomuniversity.ac.id, 3 anditya.arifianto@gmail.com 3 Abstrak Evakuasi dalam keadaan darurat pada sebuah gedung sangatlah penting untuk menyelamatkan nyawa manusia. Pemilihan jalur evakuasi ketika terjadi suatu bencana sangatlah penting, pemilihan jalur evakuasi yang tepat dapat menekan jumlah korban jiwa yang berjatuhan. Berbagai metode dan algoritma simulasi penyeleksian jalur evakuasi telah banyak dikembangkan. Di antaranya algoritma ant-colony optimization ( ACO) dan artifisial beecolony (ABC). Kedua algoritma tersebut mengadopsi perilaku individu terhadap lingkungan disekitarnya, sehingga cocok digunakan untuk seleksi jalur evakuasi. Pada penelitian ini digunakan algoritma quantum ant-colony (QACA) yang merupakan pengembangan dari algoritma ACO yang dikombinasikan dengan algoritma quantum-inspired evolutionary (QEA). Pada algoritma ini, algoritma QEA digunakan untuk memperbaharui feromon pada algoritma ACO untuk menghasilkan simulasi dengan solusi yang lebih optimal karena memiliki laju konvergensi yang cepat. Kata kunci: Jalur evakuasi, algoritma ant-colony optimization (ACO), algoritma quantuminspired evolution (QEA), algoritma quantum ant-colony (QACA), feromon, simulasi. Abstract Evacuation in emergency situation at the building is very important to save human lives. Selection of evacuation path when there is a disasteris very important, the right evacuation path selection can reduce the number of fatalities are falling. Various method and algortihms of selecting evacuation path simulation has been developed. Including ant-colony optimization algorithm (ACO) and artificial bee-colony (ABC). Bot of these algorithms adopt individual behavior towards the surrounding environment, so it suitable for evacuation path selection. In this study used quantum ant-colony algorithm (QACA) which is a development of the ACO algorithm combine with quantum-inspired evolutionary (QEA). In these algorithm, QEA algorithm is use to update the pheromone at ACO algorithm to generate a simulation with a more optimal solution because it has fast convergence rate. Keywords: Selection path, ant-colony algorithm (ACO), quantum-inspired evolutionary algorithm (QEA), quantum ant-colony (QACA), pheromone, simulation.

1. Pendahuluan Evakuasi dalam keadaan darurat pada sebuah gedung sangatlah penting untuk menyelamatkan nyawa manusia. Keadaan darurat bisa disebabkan oleh bencana alam seperti banjir atau gempa bumi, kecelakaan atau kebakaran. Setiap gedung pasti memiliki banyak jalur evakuasi khusus untuk penanganan situasi darurat. Pemilihan jalur evakuasi yang salah bisa menyebabkan korban jiwa berjatuhan karena waktu evakuasi yang lama sehingga memungkinkan terjadinya aksi saling dorong, bertabrakan dan mungkin juga mereka bisa jatuh lalu terinjak-injak saat berebut keluar dari gedung. Maka, diperlukan pemilihan jalur evakuasi yang tepat dan dalam waktu yang singkat untuk menyelamatkan korban ke dalam zona aman atau keluar dari gedung. Dengan adanya jalur evakuasi yang telah terpilih, diharapkan mampu mengurangi angka korban jiwa yang berjatuhan. Telah banyak metode dan algoritma yang telah tercipta untuk mensimulasikan seleksi jalur evakuasi. Diantaranya algoritma ant-colony dan artifisial beecolony. Algoritma ACO memiliki simulasi yang baik dalam memecahkan masalah optimasi yang terinspirasi dari perilaku koloni semut dalam mencari makan, sedangkan algoritma ABC mengadopsi perilaku lebah mencari madu. Perbedaan dari kedua algoritma ini adalah pada tahapan-tahapannya. Namun, keduanya sama-sama mencerminkan interaksi individu terhadap lingkungannya, sehingga cocok untuk menyelesaikan seleksi jalur evakuasi. Dalam tugas akhir ini, digunakan algoritma Quantum Ant-Colony (QACA) untuk pemilihan jalur evakuasi darurat. QACA merupakan kombinasi algoritma ACO dengan algoritma quantum-inspired evolutionary(qea). Algoritma QEA digunakan untuk memperbaharui feromon[1]. Berdasarkan penelitian sebelumnya, simulasi dari algoritma QACA memiliki laju konvergensi yang cepat dan dapat menghindari konvergensi prematur sehingga QACA merupakan solusi baru untuk aplikasi ACO dalam pemilihan jalur evakuasi. Secara umum alur proses dari simulasi dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Diagram Alur Sistem 2. Algoritma Quantum Ant-Colony (QACA) QACA merupakan kombinasi dari algoritma ACO dan QEA. Dengan kombinasi tersebut, didapat Q-bit dan Q- gate yang digunakan untuk memperbaharui feromon. Penerapan QEA dalam algoritma ACO untuk mengoptimalkan jalur pilihan berdasarkan jalan yang dilalui oleh semut. Dalam QACA, Q-bit digunakan untuk merepresentasikan feromon, sedangkan untuk memperbaharui feromon menggunakan Q-gate. Probablitis amplitudo Q-bit digunakan untuk merepresentasikan informasi dari posisi semut. Q-gate digunakan untuk memperbaharui Q-bit semut. Berikut alur algoritma QACA :

(2.4) Sedangkan fungsi digunakan untuk mengontrol arah sudut rotasi dari Q- gate, yang dihitung dengan rumus : Gambar 0: Diagram alur algoritma QACA Dalam algoritma QACA, inisialisasi populasi semut yang mempunyai jumlah m semut, dengan dimana t merupakan iterasi, dan (1,2,..,m) dilambangkan dengan j. (2.1) Jumlah dari Q-bit adalah n, dengan inisialisasi dari α dan β sebesar 1/. Inisialisasi t = 0 dan jumlah iterasi dibatasi sebesar t maks. Kemudian untuk melakukan update feromon serta pemilihan node selanjutnya pada iterasi ke i menggunakan penggabungan Q-bit dengan Q-gate dengan rumus : (2.2) dimana merupakan sudut rotasi, dihitung dengan rumus : (2.3) merupakan variable yang terkait dengan jumlah iterasi, nilai sudut rotasi dan tingkat konvergensi yang didapat dari rumus : (2.5) merupakan solusi optimal dari Q-bit yang dicari dari keseluruhan solusi yang di dapat ketika mencapai iterasi ke-i. Adapun rumus untuk mengitungnya ialah : (2.6) Sedangkan merupakan solusi dari Q- bit yang didapat saat iterasi ke-i. Rumusnya : (2.7) Kemudian, merupakan bentuk optimal dari Q-bit ke-i, dihitung dengan rumus : (2.8) Dan merupakan bentuk pada Q-bit ke-i, rumusnya : (2.9) 3. Proses Simulasi Proses penelitian ini menggunakan algoritma quantum ant-colony (QACA). Algoritma tersebut digunakan untuk menjalankan simulasi dengan tujuan membentuk jalur evakuasi terdekat berdasarkan feromon yang ada pada semut. Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa sistem mulai dijalan dengan membuat denah ruangan sebuah gedung, kemudian dilanjutkan dengan meng-input-kan titiktitik koordinat dari sarang semut. Pada titiktitik koordinat tersebut akan muncul semutsemut yang digunakan untuk proses simulasi pembentukan jalur evakuasi. Langkah selanjutnya ialah menentukan titik-titik aman yang merupakan tujuan para semut, titik aman harus berada diluar gedung. Setelah semua titik ditentukan, proses simulasi bisa dijalankan. Proses simulasi akan menghasilkan jalur evakuasi

dari setiap titik sarang semut menuju titik aman yang berada diluar gedung. Populasi semut akan dibangkitkan pada setiap titik koordinat sarang semut. Proses pembangkitan populasi semut menggunakan Q-bit, dan prosesnya telah dijelaskan pada rumus 2.1 Setelah populasi dijalankan, sistem akan melakukan proses update feromon yang digunakan untuk menentukan langkah semut menuju titik aman. Proses peng-update-an feromon menggunakan Q-gate, sesuai yang ditulis pada rumus 2.2. Semut akan kembali ke sarangnya setelah menemukan titik aman, semutsemut akan berjalan mundur menggunakan jalur terakhir yang dilewati untuk menuju ke sarangnya. Hal tersebut dilakukan untuk meninggalkan feromon pada jalur tersebut sebagai petunjuk jalan bagi semut lain. Proses tersebut yang akan menciptakan jalur evakuasi yang tepat dan efektif dari titik sarang menuju titik aman. Simulasi akan berhenti ketika mencapai iterasi maksimal yang telah ditentukan, dimana pada iterasi tersebut sudah mencapai keadaan konvergen. Keseluruhan alur algoritma QACA telah digambarkan pada Gambar 2. 4. Pengujian dan Analisis 4.1 Skenario Pengujian Sistem yang telah dirancang akan diuji dengan skenario uji yang telah ditentukan. Pengujian sistem pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jalur yang terbentuk dari simulasi semut yang menerapkan algoritma QACA. Dalam pengujian ini akan digunakan 3 denah ruangan yang berbeda. Pengujian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh jumlah iterasi maksimal terhadap laju konvergensi populasi semut dalam sistem. Pada pengujian sistem ini, terdapat beberapa pengaturan yang dilakukan sebagai parameter dalam sistem yang telah dibangun. Berikut pengaturan yang dilakukan : 1. Jumlah maksimal populasi semut adalah 100 semut. 2. Nilai awal α dan β sebesar 1/. 3. Dinding ditandai dengan warna abuabu, sarang semut ditandai dengan warna kuning, dan titik aman mempunyai warna random. 4. Warna hijau pada aplikasi menandakan feromon. Dalam penelitian ini, pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan 3 denah ruangan yang berbeda, dimana setiap denah memiliki jumlah ruangan dan pintu keluar yang berbeda. Pengujian sistem dibagi menjadi 3 skenario, yaitu setiap denah diuji dengan 3 jumlah iterasi maksimal (t maks ) yang berbeda. 4.2 Analisis Hasil Pengujian Pada pengujian yang pertama, sistem diuji dengan menggunakan denah A. Denah A memiliki 7 ruangan, dimana setiap ruangannya terdapat 1 sarang semut. Pada denah tersebut terdapat 3 pintu keluar serta 3 daerah aman yang berada diluar gedung namun tidak jauh dari pintu keluar. Berikut gambaran dari denah A :

yang hampir sempurna ketika nilai t maks sebesar 3000. Laju konvergensi yang paling bagus yaitu ketika simulasi berjalan pada iterasi ke-1500 hingga 2750. Pada pengujian yang kedua, sistem diuji dengan menggunakan denah B. Denah B memiliki 9 ruangan, dimana setiap ruangannya terdapat 1 sarang semut. Pada denah tersebut terdapat 3 pintu keluar serta 3 daerah aman yang berada diluar gedung namun tidak jauh dari pintu keluar. Berikut gambaran dari denah B : Gambar 3 : Denah A Pada denah A dilakukan pengujian sebanyak 3 kali dengan masing-masing iterasi maksimal sebanyak 1000, 2000, dan 3000. Pada setiap iterasi tertentu akan terbentuk sejumlah jalur yang berasal dari sebuah sarang semut menuju satu titik aman yang akan dijelaskan pada gambar 4. Gambar 0 : Grafik Pengujian Denah A Hasil pengujian menggunakan denah A dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik diatas, jumlah jalur yang terbentuk dengan jumlah iterasi maksimal 1000 kali hanya bisa membentuk 4 jalur saja. Jika jumlah iterasi maksimal ditambah menjadi 2000 kali, simulasi dapat menghasilkan 6 jalur. Ketika iterasi maksimal menjadi 3000 kali, jalur yang terbentuk menjadi 7 jalur meskipun pada akhir iterasi jumlah jalur berkurang menjadi 5 jalur. Berdasarkan grafik pada Gambar 4 4, denah A memiliki kondisi konvergensi Gambar 5 : Denah B Pada denah B dilakukan pengujian sebanyak 3 kali dengan masing-masing iterasi maksimal sebanyak 1000, 2000, dan 3000. Pada setiap iterasi tertentu akan terbentuk sejumlah jalur yang berasal dari sebuah sarang semut menuju satu titik aman yang akan dijelaskan pada gambar 6. Gambar 6 : Grafik Pengujian Denah B

Hasil pengujian menggunakan denah B dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik diatas, jumlah jalur yang terbentuk dengan jumlah iterasi maksimal 1000 kali hanya bisa membentuk 8 jalur saja. Jika jumlah iterasi maksimal ditambah menjadi 2000 kali, simulasi dapat menghasilkan 9 jalur. Ketika iterasi maksimal menjadi 3000 kali, jalur yang terbentuk sejumlah 9 jalur meskipun pada akhir iterasi jumlah jalur berkurang menjadi 8 jalur. Berdasarkan grafik diatas, dengan menggunakan nilai t maks sebesar 2000, simulasi pembentukan jalur telah mencapai keaadan konvergen. Laju konvergensi untuk denah B ini tergolong cepat. Pada pengujian yang kedua, sistem diuji dengan menggunakan denah C. Denah C memiliki 12 ruangan, dimana setiap ruangannya terdapat 1 sarang semut. Pada denah tersebut terdapat 3 pintu keluar serta 3 daerah aman yang berada diluar gedung namun tidak jauh dari pintu keluar. Berikut gambaran dari denah C : Gambar 7 : Denah C Pada denah C dilakukan pengujian sebanyak 3 kali dengan masing-masing iterasi maksimal sebanyak 1000, 2000, dan 3000. Pada setiap iterasi tertentu akan terbentuk sejumlah jalur yang berasal dari sebuah sarang semut menuju satu titik aman yang akan dijelaskan pada gambar 8. Gambar 8 : Grafik Pengujian Denah C Hasil pengujian menggunakan denah C dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik diatas, jumlah jalur yang terbentuk dengan jumlah iterasi maksimal 1000 kali hanya bisa membentuk 7 jalur saja. Jika jumlah iterasi maksimal ditambah menjadi 2000 kali, simulasi dapat menghasilkan 8 jalur. Ketika iterasi maksimal menjadi 3000 kali, jalur yang terbentuk menjadi 9 jalur saja. Pada denah ini, meskipun nilai t maks sebesar 3000 tidak terjadi pengurangan jalur. Laju konvergensi pada denah ini tergolong cepat meskipun kondisi konvergensi belum terpenuhi. Dan masih terdapat 3 titik sarang semut yang belum menemukan titik aman. Untuk mencapai kondisi konvergen mungkin nilai t maks perlu ditambah lagi. Jumlah jalur dapat berkurang karena terjadinya penguapan feromon yang menyebabkan semut kehilangan arah menuju titik aman. Feromon pada jalurjalur tertentu dapat menguap karena feromonnya tidak diperbaharui. Hal itu disebabkan oleh semut yang tidak kembali ke sarang dimana dia muncul, sehingga jalur yang telah terbentuk hanya diperbaharui oleh semut yang membawa nilai feromon yang kecil yang melewati jalur tersebut menuju titik aman. Setiap semut yang berhasil menemukan titik aman akan kembali ke sarang terdekat dari titik aman melalui jalur yang mempunyai nilai feromon paling besar. Nilai feromon yang dibawa semut setelah menemukan titik aman digunakan untuk memperbaharui fermonon pada jalur

yang dilaluinya. Kondisi konvergen akan terpenuhi ketika setiap jalur selalu diperbaharui nilai feromonnya sehingga setiap semut yang keluar dari sarangnya akan melewaelah terbentuk dari sarang menuju ke titik aman. Besarnya nilai t maks mempengaruhi jalur yang terbentuk karena nilai t maks digunakan untuk menentukan langkah semut dari satu titik ke titik selanjutntya. Hal tersebut ditunjukkan pada rumus 2.2, dimana perhitungan sudut rotasi dipengaruhi oleh besarnya nilai t maks. Adanya sudut rotasi menyebabkan membuat feromon tidak menyebar ke sembarang arah, serta membuat laju konvergensi semakin cepat. 5. Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka: [1] Feng Zhang, Min Liu*, Zhuo Zhou, Wei-ming Shen, 2013, Quantum Ant Colony Algorithm-Based Emergency Evacuation Path Choice Algorithm, Tongji University Shanghai 201804, China. [2] Habilation, Lehprobe Zur, dan Hammer, Barbara, 2003, Ant Colony Optimization, Osnabruck University [3] Han K-H., Kim J-H, 2002, Quantum- Inspired Evolutionary Algorithm for a Class of Combinatorial Optimization, IEEE Trans on Evolutionary Computation Berdasarkan pengujian dan analisis pengujian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem simulasi pemilihan jalur evakuasi menggunakan algoritma quantum ant-colony (QACA) menghasilkan laju konvergensi yang lebih cepat dibandingkan dengan algoritma ant-colony biasa. 2. Besarnya nilai t maks mempengaruhi sudut rotasi yang digunakan untuk operasi mutasi semut. 3. Laju konvergensi yang cepat disebabkan penyebaran feromon yang terarah. Adapun saran untuk perbaikan dari sistem prediksi ini selanjutnya antara lain : 1. Perbanyak variasi besaran nilai t maks agar setiap denah ruangan mempunyai kondisi konvergen. 2. Algoritma quantum ant-colony (QACA) dapat dimodifikasi atau dikombinasikan dengan algoritma lain untuk disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Sebaiknya simulasi dihentikan ketika keaadan telah mencapai kondisi koncergen tanpa menunggu iterasi selesai.