ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

dokumen-dokumen yang mirip
KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawat memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan pada

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleksnya tugas dan fungsi dari perawat di rumah sakit, maka rumah

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini saya Mamik Setyaningrum mahasiswi program

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang. menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PEDAHULUAN. yang sangat penting bagi keefektifan berjalannya kegiatan didalam organisasi. tujuan organisasi maupun tujuan pribadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM

BAB I PENDAHULUAN. terdiri berbagai tenaga profesional untuk memberikan pelayanan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi sangat penting untuk proses keperawatan. Perawat

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau produk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan walau belum memenuhi standar. 2. Persepsi perawat terhadap motivasi lebih dari separuh memiliki motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberlakuan zona ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015 nanti. ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tidak lepas dari peran pemimpin dengan kepemimpinan yang partisipatif dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN H1POTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual kajian disusun berdasarkan kajian teoritis dan kajian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. profesi keperawatan. Profesi perawat dinilai sebagai profesi yang memiliki resiko

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Imbalan jasa merupakan balasan jasa yang diberikan oleh instansi kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan pada. Saudara/saudari di RSU Kardinah Kota Tegal, oleh :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan keperawatan merupakan salah satu indikator dalam menentukan kualitas pelayanan dari suatu Rumah Sakit. Perawat merupakan profesi yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, dimana salah satu aspek terpenting dari kinerjanya adalah pendokumentasian asuhan keperawatan. Kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik organisasi (kepemimpinan), karakteristik individu (motivasi), dan karakteristik pekerjaan (beban kerja) (Nursalam, 2015). Menurut Robert L. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi. Hasil penelitian Manurung (2013) di rumah sakit Bhayangkara Medan menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan perawat pada kategori kurang (92%) dan baik (8%), serta variabel motivasi kategori kurang(74%), dan baik (26%). Dua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja perawat. Berdasarkan data Wahadi (2008) di RS Dr. Soetomo Surabaya asuhan keperawatan yang didokumentasikan secara lengkap rata-rata 56,93% dari yang seharusnya 100%, dimana masalah tersebut dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala ruang. Sedangkan penelitian Aprilia (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi beban kerja perawat maka pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang lengkap dan tidak akurat, sebaliknya semakin rendah beban kerja perawat maka pendokumentasian asuhan keperawatannya lengkap dan akurat. 1

2 Berdasarkan hasil survey dengan wawancara terhadap 12 orang perawat yang dilakukan pada bulan September 2015 di Rumah Sakit X Surabaya dengan menanyakan bagaimana gaya kepemimpinan kepala ruang yang diterapkan, 50% dari perawat mengatakan :... saya hanya bekerja sesuai tugas yang diberikan saja, jarang sekali ada kesempatan untuk menyampaikan pendapat, mengenai motivasi perawat mengatakan :... apa yang saya kerjakan sering tidak dievaluasi jadi meskipun saya melakukan hal baik ya tidak diketahui, sedangkan tentang beban kerja yang harus ditanggung, mayoritas perawat mengatakan... hampir setiap hari pasien yang pulang dan pasien baru banyak, kalau dinas pagi banyak kegiatan yang harus dilakukan, seringkali untuk pendokumentasian baru dapat dilakukan pada akhir jam kerja. Hasil evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan pada bulan Juni - Nopember 2015 seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Data evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan sejumlah 15 status pada bulan Juni - Nopember 2015 di ruang D2 dan D4 rumah sakit X Surabaya No Uraian Juni Juli Agustus September Oktober Nopember 1 Pengkajian 72,5% 75% 90% 93,7% 67,5% 72,5% 2 Diagnosa Keperawatan 86,7% 84,3% 87,8% 89,9% 71,7% 73,3 % 3 Perencanaan 86% 92% 86% 97,5% 75% 73% 4 Implementasi 86,7% 86,7% 73,3% 100% 70% 70% 5 Evaluasi 93,3% 100% 93,3% 96,7% 70% 73% 6 Catatan Askep 95% 100% 100% 87% 80% 80% Data dari Rekam Medis 2015

3 Data diatas menunjukkan bahwa masih belum optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan, dimana hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan tentang pengkajian pada bulan Juni 72,5% dan Juli 75%. Standar dari Depkes 80% - 100%. Pada bulan Oktober dan Nopember hasil evaluasi pendokumentasian menunjukkan penurunan di beberapa tahap proses keperawatan. Kinerja perawat dalam pendokumentasian fluktuatif yang kemungkinan disebabkan karena perawat beranggapan bahwa dokumentasi sebenarnya penting, tetapi yang terpenting adalah pelayanannya kepada pasien. Pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan beban kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan belum dapat dijelaskan. Wahadi (2008) dalam penelitiannya menyatakan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan kepala ruangan sebagai pemimpin pada level tertinggi di ruangan, secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja bawahan. Motivasi merupakan suatu kekuatan, arah dan ketekunan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Nursalam, 2015), untuk itu perlu dipupuk motivasi yang tinggi agar dapat melakukan tindakan secara efektif dan efisien. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja perawat adalah beban kerja. Perawat yang diberi beban kerja berlebih dapat berdampak pada penurunan tingkat kesehatan, motivasi kerja, kualitas pelayanan keperawatan, dan kegagalan melakukan tindakan pertolongan kepada pasien. Metode kepemimpinan yang berkualitas, menitik beratkan pada gaya kepemimpinan yang berpengaruh pada kinerja bawahannya dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Hersey dan Blanchard (1977) dalam Agustiningsih (2012)

4 mengembangkan pendekatan situasional untuk kepemimpinan. Gaya kepemimpinan mana, yang sesuai dalam setiap situasi berdasarkan tingkat kedewasaan bawahan, besar organisasi, jumlah power yang dimiliki pemimpin, dan kompleksitas tugas. Jadi situasi yang berbeda memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Ketika bawahan mencapai kematangan, gaya kepemimpinan lebih berorientasi pada hubungan. Seorang pemimpin yang mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai akan menghasilkan kinerja bawahan tinggi. Ketidaksesuaian gaya kepemimpinan berdampak terhadap kinerja perawat. Kinerja yang rendah menunjukkan kualitas pelayanan yang jelek sehingga menimbulkan ketidakpuasan dari klien. Hal ini tidak sesuai dengan misi rumah sakit yang sesalu berusaha memuaskan customer dan selalu meningkatkan kinerja. Selain kepemimpinan, motivasi adalah hal yang menyebabkan dan mendukung perilaku seseorang (Stoner, 1996). Perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2015). Motivasi yang tinggi memberikan dampak bagi seorang perawat dapat melakukan tindakan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah. Huda (2012) dalam penelitiannya membuktikan bahwa ada pengaruh langsung yang signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja. Herzberg dalam (Nursalam, 2015) menyimpulkan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan dalam bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah. Faktor penyebab kepuasan ( faktor yang memotivasi) yang sifatnya instrinsik meliputi prestasi, pengakuan, isi pekerjaan, tanggung jawab dan kemajuan,

5 sedangkan faktor penyebab ketidakpuasan, yang sifatnya ekstrinsik adalah kebijakan perusahaan dan administrasi, supervisi, kondisi kerja, hubungan kerja, dan keamanan. Sesuai teori Kopelmen (1986) motivasi juga dipengaruhi oleh beban kerja. Beban kerja perawat terdiri dari kegiatan produktif ( tindakan keperawatan langsung dan tindakan keperawatan tak langsung) dan kegiatan non produktif. Beban kerja berlebih perawat, disebabkan selain tugas keperawatan perawat juga melaksanakan tugas-tugas non keperawatan. Beban kerja seorang perawat sangat dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Ilyas (2004) menyatakan bahwa tingginya beban kerja menurunkan kinerja petugas rumah sakit. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi dari kapasitasnya, seperti banyaknya waktu lembur, akan berdampak buruk bagi produktivitas perawat tersebut (Syaer, 2010). Beban kerja perawat dihitung berdasarkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan layanan per pasien per hari baik secara langsung maupun tidak langsung (Ilyas, 2004). Penghitungan beban kerja dengan metode Time and Motion Study yaitu dengan cara mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang kita amati (Nursalam, 2015). Kegiatan tersebut meliputi kegiatan produktif dan kegiatan non produktif. Metode ini digunakan karena dapat mengobservasi dan meneliti secara langsung kualitas pelatihan dan pendidikan perawat yang bekerja, selain itu hasil analisis beban kerja metode time and motion study dapat diperoleh waktu jam kerja yang sebenarnya, misalnya seberapa banyak proporsi waktu yang dibutuhkan perawat untuk melakukan kegiatan produktif dan non produktif. Berdasarkan pengamatan

6 yang dilakukan oleh Ilyas (2004), beban kerja perawat dinyatakan tinggi apabila proporsi waktu untuk kegiatan produktif mencapai 80% dari keseluruhan waktu kerja. Berdasarkan teori Kopelmen (1986) kinerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu selain faktor lingkungan, kinerja perawat dipengaruhi oleh karakteritik orgasisasi diantaranya adalah kepemimpinan dimana kepemimpinan tersebut dapat berpengaruh terhadap karakteristik individu, salah satunya adalah motivasi. Motivasi akan mendorong seseorang untuk berperilaku, karakteristik yang ketiga adalah karakteristik pekerjaan dimana salah satu diantaranya yaitu beban kerja. Beban kerja perawat juga berpengaruh terhadap motivasi, yang selanjutnya bersama-sama mempengaruhi kinerja perawat. Oleh sebab itu kepemimpinan yang efektif, motivasi kerja yang tinggi, dan beban kerja yang sesuai sangat penting untuk meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sehingga dengan menggunakan konsep teori Kopelmen dapat terwujud apa yang menjadi visi dan misi rumah sakit. Demi menunjang keberhasilannya, usaha yang dilakukan Rumah Sakit X yaitu dengan memberikan pelatihan tentang manajemen bagi kepala ruangan dan pelatihanpelatihan lain bagi perawat pelaksana baik itu inhouse training maupun exhouse training, serta pendidikan keperawatan berjenjang. Berdasarkan hasil pemaparan latar belakang diatas, peneliti akan meneliti pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan beban kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam rumah sakit X Surabaya.

7 1.2 Identifikasi Masalah Kepemimpinan Gaya kepemimpinan Motivasi 1. Instrinsik 2. Ekstrinsik Beban Kerja 1. Kegiatan Produktif a. Langsung b. Tidak Langsung 2. Kegiatan Non- Produktif 1. Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja 50% 2. Motivasi turun 3. Beban kerja tinggi Evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan bulan Nopember 2015 1. Pengkajian 72,5% 2. Diagnosa keperawatan 73,3% 3. Intervensi 73% 4. Implementasi 70% 5. Evaluasi 73% 6. Dokumentasi keperawatan 80% Gambar 1.1 Identifikasi masalah pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan beban kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan 1.3 Rumusan Masalah Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: 1. Adakah pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit X Surabaya? 2. Adakah pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit X Surabaya?

8 3. Adakah pengaruh beban kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit X Surabaya? 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Menjelaskan pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan beban kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam rumah sakit X Surabaya. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam rumah sakit X Surabaya. 2. Menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap penyakit dalam rumah sakit X Surabaya. 3. Menganalisis pengaruh beban kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap penyakit dalam rumah sakit X Surabaya. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan manajemen keperawatan dan dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti selanjutnya.

9 1.5.2 Manfaat praktis 1. Bagi tenaga perawat Meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai tahap-tahap proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi secara efektif dan efisien. 2. Bagi rumah sakit X Surabaya a. Sebagai bahan masukan bagi manager SDM dalam upaya meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan pembinaan dan pengembangan profesionalisme. b. Sebagai informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja perawat sehingga dapat menjadi masukan bagi pengambilan keputusan terhadap kebijakan manajemen sebagai tindak lanjut untuk mengoptimalisasikan kinerja perawat. 3. Bagi pasien Pasien yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pelayanan secara optimal. 1.6 Resiko penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data melalui kuesioner dan observasi, tidak ada tindakan invasif ataupun eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena adanya pengaruh kepemimpinan, motivasi dan beban kerja terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

10 Apabila ada resiko yang terjadi yaitu responden harus meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.