BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. xii 2 Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah, Februari 2017, h. 4.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Judul skripsi ini adalah ANALISIS KEBIJAKAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. banyak pihak yang meyakini bahwa usaha kecil menengah (UKM) mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. integral dan komprehensif, sehingga prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam mengacu

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis bagi pendorong

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pesat yang dialami oleh perbankan syari ah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

umat Islam terhadap praktek keuangan yang tidak sesuai dengan syari ah perbankan konvensional yang diidentikkan dengan riba. 1 Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179) dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

DAFTAR PUSTAKA. Mosher.A.T, Menggerakkan Dan Membangun Pertanian, Jakarta : C.V. Yasaguna 1966.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Fenomena ini disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Di samping bank syariah, terdapat jenis lembaga keuangan mikro lain yang memiliki misi yang sejenis dan beroperasi berdasarkan syari ah. Dalam konteks Islam lembaga keuangan mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara empiris telah menunjukkan fungsi dan peran penting dalam memerangi kemiskinan, menghilangkan ketimpangan sosial ekonomi serta menciptakan ruang perekonomian yang adil. 1 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorangan atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). 2 Pembiayaan merupakan tugas salah satu pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. 3 Pembiayaan adalah suatu proses, mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan. 4 1 Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syari ah,(yogyakarta: Graha Ilmu,2009), hlm.28. 2 Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2010, hlm. 456. 3 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,2001), hlm. 160. 4 Muhammad, Manajemen Bank Syari ah, (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2002), hlm. 265. 1

2 Pada prinsipnya penyaluran dana, produk penyaluran dana yang dilakukan oleh lembaga keuangan syari ah (BMT atau KJKS) dapat digolongkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu (1) pembiayaan dengan prisnsip jual beli, (2) pembiayaan dengan prinsip sewa, (3) pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, (4) pembiayaan dengan akad pelengkap. 5 Penyaluran dana dengan prinsip jual beli dilakukan dengan akad murabahah, salam, istishna, penyaluran dana dengan prinsip jual beli yang paling dominan adalah murabahah. Dominan pembiayaan murabahah menunjukkan bahwa pembiayaan tersebut mempunyai banyak keuntungan bagi BMT. Pertama, kepastian pembeli dimana BMT tidak akan membelikan suatu barang kecuali sudah ada pembelinya. Kedua, kepastian keuntungan atas suatu barang yang dibelinya. Ketiga, pembiayaan murabahah lebih mudah diaplikasikan pada saat sekarang ini. Selain itu, pembiayaan murabahah sesuai dengan kebutuhan nasabah. Namun demikian, BMT dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada mitra pembiayaaan murabahah tetap harus dilakukan secara hati-hati. Persetujuan pembiayaan kepada setiap nasabah harus dilakukan melalui proses penilaian yang objektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan berbagai objek pembiayaan. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada semua pihak yang terkait bahwa nasabah dapat memenuhi segala kewajibannya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati. 6 Pengawasan merupakan salah satu aktifitas atau fungsi manajemen yang terkait dengan fungsi lainnya, seperti perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, penetapan dan pelaksanaan keputusan. Pengawasan merupakan fungsi derevasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa aktifitas manajemen berjalan sesuai dengan tujuan yang hlm. 217. 5 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 30. 6 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syaria ah, Jakarta: Alvabeta Anggota IKAPI, 2006,

3 direncanakan dengan performa sebaik mungkin. Begitu pula untuk menyingkap kesalahan dan penyelewengan, kemudian memberikan tindakan korektif. 7 Pengawasan pembiayaan diperlukan sebagai upaya peringatan dini (early warning) yang mampu mengantisipasi tanda-tanda penyimpangan dari syarata-syarat yang telah disepakti antara debitur dengan bank yang mengakibatkan menurunya kualitas pembiayaan serta untuk menentukan tingkat kualitas/kolektibilitas pembiayaan yang bersangkutan. 8 Oleh karena itu bank harus menerapkan fungsi pengawasan yang bersifat menyeluruh (multi layers control), dengan tiga prinsip utama, yaitu: prinsip pencegahan dini (early warning system), prinsip pengawasan melekat (built in control) dan prinsip pemeriksaan internal (internal audit). 9 Dari pemaparan di atas, pembiayaan bermasalah rentan terjadi ketika pembiayaan telah direalisasikan, hal ini bisa terjadi disebabkan kurangnya pengawasan. Salah satu upaya untuk mengatasi pembiayaan bermasalah adalah melakukan pengawasan terhadap nasabah pembiayaan. Pengawasan pembiayaan sangat penting dilakukan oleh lembaga keuangan syari ah yaitu khususnya bagi KJKS untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu pembiayaan yang telah diberikan perlu diawasi terus menerus sampai waktunya dibayar lunas oleh debitur. Dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMBIAYAAN MURABAHAH SEBAGAI UPAYA MEMINIMALKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BINAMA. 7 Ahmad Ibrahim Abu Sin, Manajemen Syari ah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2006, hlm. 179. 8 Rahmat Firdaus & Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, Bandung: Alfabeta, 2008, hlm. 52. 9 ZainulArifin, op. cit, hlm. 221.

4 B. Rumusan Masalah Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus. Ini dimaksudkan agar karya tulis, tidak melebar dari yang dikehendaki. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu: Bagaimana pelaksanaan pengawasan pembiayaan murabahah sebagai upaya meminimalkan pembiayaan bermasalahyang dilakukan oleh KJKS BINAMA? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh KJKS BINAMA sebagai upaya meminimalkan pembiayaan bermasalah. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis 1) Untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang praktek dalam pemberian pembiayaan sebagai bahan perbandingan. 2) Untuk bahan pertimbangan antara teori yang telah didapat selama di dalam perkuliahan dengan praktek yang ada dilapangan. b. Bagi KJKS BINAMA Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memperkuat eksistensi KJKS BINAMA di masyarakat lain, memberikan informasi tambahan serta pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan usaha secara syari ah. c. Bagi D3 Perbankan Syari ah

5 Sebagai dokumen baru bagi peneliti selanjutnya yang akan membuat penelitian tentang pelaksanaan pengawasan pembiayaan murabahah sebagai upaya meminimalisirkan pembiayaan murabahah. D. Metode Penelitian 1. Sumber data a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti, dengan melakukan dan pencatatan secara sistematis terhadap masalah yang dihadapi. Dengan data ini penulis mendapatkan gambaran umum tentang KJKS BINAMA dan data mengenai pelaksanaan pengawasan pembiayaan murabahah sebagai upaya meminimalkan pembiayaan bermasalah. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang mendukung pembahasan dan diperoleh dari orang lain baik berupa laporan-laporan, buku-buku, maupun surat kabar.data ini bisa di dapat dari refrensi dan brosur yang relevan dengan peneltian ini. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Pengumpulan data dengan wawancara adalah cara atau teknik untuk mendapatkan informasi atau data dari interviewee atau responden dengan wawancara secara langsung face to face, antara interviewer dengan interviewee. 10 Wawancara untuk memperoleh data akan penulis lakukan terhadap pegawai atau karyawan KJKS BINAMA untuk mendapatkan informasi guna melengkapi penulisan Tugas Akhir ini. 10 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012, hlm. 152.

6 b. Obsevasi Obsevasi atau sering disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan pada saat dilaksanakannya pengawasan pembiayaan murabahah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung proses pengawasan pembiayaan murabahah di KJKS BINAMA. c. Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa datadata tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan yaitu untuk mengetahui profil KJKS BINAMA dan untuk mengetahui data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan tentang pelaksanaan pengawasan pembiayaan 3. Analisis data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu metode yang bertumpu pada data. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian di analisa. E. Sistematika Penulisan Agar penulisan tugas akhir ini mudah dipahami, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan Tugas Akhir.

7 BAB II : GAMBARAN UMUM KJKS BINAMA Bab ini berisi gambaran umum JKJS BINAMA yang meliputi sejarah berdirinya, visi misi KJKS BINAMA, struktur organisasi KJKS BINAMA dan produk-produk KJKS BINAMA. BAB III : PEMBAHASAN Berisi konsep dasar murabahah, landasan hukum murabahah, skema pembiayaan murabahah di KJKS BINAMA serta pelaksanaan pengawasan pembiayaan murabahah sebagai upaya meminimalkan pembiayaan bermasalah di KJKS BINAMA BAB IV : PENUTUP Bab keempat peneliti bertitik tolak pada uraian bab pertama, kedua, dan analisa pada bab ketiga maka sampai pada kesimpulan, saransaran dan penutup. Dengan demikian keseluruhan isi tugas akhir tergambar secara jelas.