11. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Persepsi. Dali Gulo (1982) dalam Kamus Psikologi memberikan batasan

dokumen-dokumen yang mirip
atau erosi yang menyebabkan tanah menjadi kritis baik fisik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN DAS TERPADU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kerusakan sumber daya alam, hutan, tanah, dan air. Sumber. daya alam tersebut merupakan salah satu modal dasar

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

PENTINGNYA PENDEKATAN NERACA AIR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT YANG PRODUKTIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

Ekologi Padang Alang-alang

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

Vegetasi Alami. vegetasi alami adalah vegetasi atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami tanpa adanya pembudidayaan.

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

INDONESIA DIJULUKI NEGARA RING OF FIRE KARENA DIKELILINGI GUNUNG BERAPI YANG AKTIF. MEMILIKI BANYAK DEPOSIT MINERAL UNTUK MEMPERTAHANKAN KESUBURAN

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

11. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Persepsi Dali Gulo (1982) dalam Kamus Psikologi memberikan batasan bahwa persepsi adalah proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya ; atau pengetahuan tentang lingkungannya yang diperoleh melalui interpretasi data indera. Morgan & King (1971) mengemukakan bahwa pengertian persepsi ialah penglihatan atau pandangan seseorang terhadap sesuatu. Persepsi terhadap suatu obyek atau kondisi tertentu akan mempengaruhi sikap dan tinglrah laku seseorang terhadap obyek atau kondisi tersebut. Vredenbergt (1974) dalam Paembonan (1984) mengemukakan bahwa persepsi berhubungan dengan keadaan jiwa seseorang, dimana persepsi adalah cara seseorang mengalami obyek dan gejala-gejala melalui proses yang selektif. Selanjutnya dikatakan melalui proses yang selektif terhadap rangsangan dari suatu obyek atau gejala tertentu, seseorang akan mempunyaj. suatu tanggapan dan pandangan terhadap obyek atau gejala yang dialaminya. Dari uraian para ahli tersebut dapat dirulauskan bahwa pengertian dari persepsi adalah penilaian, penglihatan atau pandangan se~ieorang melalui proses psikologis yang selektif terhadap suatu obyek atau segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimflikinya.

Oskam (1972) dan Saparinah (1976) mengemukakan bahwa ada empat karakteristik dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu : (1) Faktor ciri khas dari obyels rangsangan, faktor ini terdiri dari : a. Nilai, yaitu ciri-ciri dari stimulus (rangsangan) seperti nilai bagi subyek yang mempengaruhi cara stimulus tersebut dipersepsi. b. Arti emosional, yaitu sampai seberapa jauh stimulus tertentu merupakan sesuatu yang mempengaruhi persepsi individu yang bersangkutan. c. Familiaritas, yaitu pengenalan yang berkali-kali dari suatu stimulus yang mengakibatkan stimulus tersebut dipersepsi lebih akurat. d. Intensitas, yaitu ciri-ciri yang berhubungan dengan derajat kesadaran seseorang mengenaj. stimulus tersebut. (2) Faktor pribadi Faktor pribadi termasuk dalam ciri khas individu seperti tingkat kecerdaaan, minat, emosional dan lainlainnya. 3 Faktor pengaruh kelompok Dalam suatu kelompok manusia, respon orang lain akan memberi arah terhadap tingkah laku seseorang. (4) Faktor latar belakang kultural Orang dapat memberikan srzatu persepsi yang ber 'vhd cb~eb: yc: i.. I ' ljc\ <o',,\:;.. 1.)

terhadap obyek yang sama karena latar belakang kultu- ral yang saling berbeda. 2. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Telah banyak dikemukakan mtrogenai pengertian daerah aliran sungai oleh berbagai pengarang. Dalam kamus Webster (1976) dan Manan (1983) pengertian daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan. Pemisah topografi adalah punggung bukit. Selain itu dibawah tanah juga terdapat pemisah bawah berupa batuan. FA0 (1962) dalam Sheng (1968) mengemukakan bahwa daerah aliran sungai adalah suatu lrawasan yang mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem aliran sungai yang menga1ir dari hulu menuju muara atau tempat-tempat tertentu atau untuk suatu pengukuran arus. Tempat tertentu ini dapat berupa danau, kampung,'kota atau stasion pengukur arus. Oleh karena itu batas ekosistem suatu daerah aliran sungai dapat ditentukan menurut keperluan kita (Soemarwoto, 1978). Pengelolaan daerah aliran sungai berhubungan dengan tiga unsur pokok, yaitu lahan, air/sungai dan manajemen. Unsur lahan di sini meliputi semua kunponen dari unit geografi dan atmosfer tertentu tarmasuk air, tanah, batuan,

vegetasi dan kehfdupan binatang, manusia dan perkembangannya. Oleh karena itu komponen manajemen daerah aliran sungai meliputi semua daya upaya dan campur tangan manusia dalam mengatur dan mengelola lahan untuk tujuan produksi air dengan kualitas optimum, pengaturan hasil air dan stabilitas tanab yang maksimal dan produk-produk lainnya (Paembonan, 1983). Soeranggadjiwa (1978) mengemukakan bahwa tujuan akhir yang perlu dicapai dari pengelolaan daerah aliran sungai adalah agar daerah aliran sungai secara keseluruhan dapat berperan atau memberikan manfaat sebesar-besarnya secara lestari bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraannya, Secara terperinci peranan dan manfaat pengelolaan daerah aliran sungai tersebut adalah : (a) Menyediakan air, mengamankan sumber air dan mengatur tata air. (b) Menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan dan mempertahankan kesuburannya. (c) Memberikan lingkungan yang mendukung kehidupan, aman (dari bahaya banjir dan erosi) dan menyenangkan. Secara umum manajemen daerah aliran sungai, berarti manajemen sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable resources), seperti air, tanah dan vegetas3. dalam sebuah DAS dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan air (wateryield)

14 untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan masyarakat yaitu air minum, industri, irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya (manan, 19831. Soemarwoto (1978) menilai keberhasilan pengelolaan DAS secara praktis dapat ditinjau dari keadaan tata air yang dapat dilihat melalui : (a) Stabilitas debit air musim hujan dan musim kemarau harus seimbang. (b) Fluktuasi yang semakin menurun setiap tahun. (c) Kadar lumpur yang semakin berkurang. (d) Kadar unsur hara terpelihara., Manan (1983) mengemukakan bahwa masyarakat (penduduk) yang berdiam dalam daerah aliran sungai merupakan faktor terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan daerah aliran sungai yang baik dan sohat. Masyarakat sebagai bagian dari ekosistem DAS berusaha memanfaatkan semna sumberdaya alam gang terdapat di dalamnya. Hasilnya tidak selalu positip dalam arti kata kal&starian, kadang-kadang malahan negatip yaitu pengurasan sumberday alam tanpa menghiraukan resiko terhadap lingkungan. 3. Reboasasi dan Penghijauan Reboasasi adalah penanaman atau permudaan pohon-pohon serta jenis tanaman hutan lain di areal hutan negara dan di areal lain berdasarkan tataguna tanah diperuntukan

hutan, sedangkan penghijauan adalah kegiatan penanaman tanaman atau perumputan serta pembuatan bangunan pencegah erosi tanah di areal yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal yang berdasarkan tataguna tanah tidak dfpernntukan hutan (Deptan, 1977). Reboasasi dan penghijauan bertujuan untuk memulihkan lahan kritis yang tidak atau kurang berperan sesuai dengan fungsinya, baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan yang keadaannya membahayakan stabilitas dan kontinuitas tata air serta keselamatan alam lingkungan, terutama pada kawasan yang lingkungan pengaruhnya terdapat konsentrasi penduduk, bangunan prasarana dan investasi besar serta vital dalam perekonomian (Dsrjen Kehutanan,l976). Secara spesifik tujuan pokok proyek reboasasi dan penghijauan adalah : (a) Pengamanan dan pembinaan lingkungan hidup untuk menunjang program nasional yang menyangkut semua bidang peabangunan. (b) mempertahankan dan memelihara kesuburan tanah dan sumberdaya air. (c) Meningkatkan pendapatan petani dengan menanam jenisjenis tanaman yang berguna baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. (d) Meningkatkan produktivitas sumberdaya alam berupa hutan, tanah dan air. (el Memenuhi kebutuhan nasional dan ekspor (devisa) dari

segala keperluan yang berupa hasil hutan (Dinas Kehutanan Dati I Sul-Sel, 1981). Paembonan (1979) mengemukakan bahwa secara umum reboasasi dan penghijauan diarahkan kepada pencapaian hasil yang mempunyai manfaat ganda, yaitu tata air, perlindungan dan produksi dalam waktu yang sesingkat-eingkatnya serta dengan cara yang paling berdayaguna dan berhasilguna. Untuk daerah yang beriklim kering dan sedikit curah hujan seperti di Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, reboasasi dalam pengelolaan hutan lindung lebih diarahkan pada hasil air yang maksimum, tanpa mengesampingkan fungsinya sebagai pengawetan tanah, pencegah erosi dan banjir. Dalam ha1 ini sifat dan ciri vegetasi menjadi sangat penting, terutama dalam kaitannya untuk meminimumkan kehilangan air yang disebabkan oleh intersepsi tajuk pohon, evaporasi dari permukaan tanah dan air bebas serta transpirasi pohon (Manan, 1976). Selanjutnya dikatakan apabila reboasasi dilakukan pada daerah-daerah yang curah hujan tinggi, maka yang lebih diutamakan adalah peranannya dalam mencegah erosi dan banjir. Pada dasrah yang demikian diperlukan penutupan tanah secara cepat oleh lapisan tajuk pohon yang ditanam dengan jarak yang dekat dan pembentukan lantai hutan yang baik. Arsyad (1977) mengemukakan bahwa intensitas penutupan vegetasi sangat menentukan besarnya erosi. Berbagai jenis tanaman dan penggunaan tanah mempunyai efesiensi yang

berlainan dalam pengawetan tanah. Efesiensi lebih tinggi pada vegetasi permanen seperti hutan lebat dengan s e a dan serasah, padang rumput lebat, kebun tanaman tahunan dengan penutupan yang baik. Suatu masalah dalam rehabilitasi tanah-tanah kritis ialah pemilihan jenis-jenis pohon atau tanaman yang sesuai. Penanaman jenis yang tidak sesuai hanya &an merupakan pemborosan biaya, waktu dan tenaga. Pemilihan jenis tanaman yang sesuai akan berbeda dari satu negara dengan negara yang lain. Secara umum karakteristik jenis pohon yang dapat digunakan sebagai pencegah erosi adalah : (a) Dapat hidup bersaing dan cepat tumbuh pada tempat-tempat yang miskin hara atau daerah yang kritis. (b) Sanggup memproduksi serasah yang banyak. (c) Sistem perakaran harus luas dan kuat dengan akar serabut yang banyak. Di daerah yang sering terjadi longsor, sistern perakaran yang dalam diperlukan. (d) Mudah ditanam dan tidak banyak memerlukan pemeliharaan. (e) Sanggup membentuk tajuk yang rapat dan berdaun sepanjang tahun atau paling kurang sepanjang musim hujan. (f) Tahan terhadap hama penyakit dan hewan-hewan kecil. (g) Dapat meningkatkan kesuburan tanah. (h) Dapat memberikan keuntungan ekonomi, khususnya dalam waktu yang singkat seperti buah, biji-bijian, makanan ternak dan hasil-hasil lainnya (Kunkle, 1978). SeLanjutnya dikemukakan beberapa contoh jenis tanaman yang

digunakan untuk rehabilitasi tanah-tanah kritis di beberapa negara. Di Senegal digunakan untuk rehabilitasi tanah dan mengembalikan kesuburan tanah. Di Pilipina digunakan pada daerah berbukit-bukit untuk mencsgah erosi disamping untuk mengembalikan kesuburan tanah dan sebagai makanan ternak. DL Negeria penanaman yang mulanya hanya untuk pencegah erosi, sekarang bijinya juga dapat digunakan sebagai bahan makanan dan tujuan komersil. Penggunaan jenis tanaman lokal untuk reboasasi dan penghijauan perlu untuk dipertimbangkan seperti yang dikemukakan Paembonan (1979) bahwa penanaman kembali lahan kritis baik yang bersda di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan herus didasarkan pada pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan faktor-faktor tempat tumbuh, di mana perlu diprioritaskan tanaman jenis lokal yang cepat tumbuh. Sedangkan tanaman jenie asing (Exotic trees) sebelum digunakan secara luas perlu diadakan penelitian terlebih dahulu atas segala kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditimbulkannya.