METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Anggaran

III. METODE PENELITIAN. menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

METODE PENELITIAN. terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Lampung

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, rincian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik Provinsi Lampung ( time series ) pada jangka waktu 6 tahun. terakhir yakni pada tahun 2006 hingga tahun 2007.

III. METODE PENELITIAN. time series yang bersifat kuantitatif, yaitu data berbentuk angka-angka

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian bersifat kuantitatif yaitu berupa data tahunan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB IV. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. antara data time series selama 6 tahun yaitu dari tahun dan cross

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

III. METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA LAMPUNG

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Otda) adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas atau instansi

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

Analisis Rasio Kinerja Keuangan Daerah Kota Batu

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk medapatkan data dengan

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang.

KETIMPANGAN WILAYAH ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG Resti Meliana Sari 1), Janthy Trilusianthy Hidayat 2), M. Yogie. S 3).

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Kondisi Geografi dan Topografi Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan dan data antar

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. penunjang dari terwujudnya pembangunan nasional. Sejak tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 yang

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian, kesimpulan yang didapat adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu.

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB IV METODA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, KONTRIBUSI DANA BAGI HASIL PAJAK (DBHP),DANA BAGI HASIL BUKAN PAJAK(DBHBP), DAN PENDAPATAN DAERAHKABUPATEN

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

Transkripsi:

46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data sekunder yang ditunjang dengan studi kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Anggaran (Silpa), Dana Perimbangan dan Belanja Daerah di Provinsi Lampung pada tahun 2001 2012. B. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pencatatan data yang bersumber dari publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) serta dengan mengumpulkan informasi dan studi pustaka dari buku-buku, literatur dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. C. Definisi Variabel Pengertian dan batas variabel yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

47 Menurut Badan Pusat Statistik, PAD adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. PAD merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang di berikan PAD terhadap APBD. 2. Sisa Lebih Anggaran (Silpa) Merupakan selisih lebih antara penerimaan daerah atas belanja yang dikeluarkan dalam satu tahun anggaran ditambah selisih lebih transaksi pembiayaan penerimaan dan pengeluaran. 3. Dana Perimbangan Untuk menambah pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan pelaksanaan fungsi yang menjadi kewenangannya dilakukan dengan pola bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak (SDA) antara pusat dan daerah. Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, pola bagi hasil penerimaan ini dilakukan dengan persentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil (by origin). Bagi hasil penerimaan negara tersebut meliputi bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolahan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan bagi hasil sumber daya alam (SDA) yang terdiri dari sektor kehutanan, pertambangan umum, minyak bumi dan gas alam, dan perikanan. Bagi hasil penerimaan tersebut kepada daerah dengan presentase tertentu yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 84 Tahun 2001.

48 4. Belanja Daerah Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. D. Alat Analisis Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, dimana untuk mengetahui kinerja keuangan Provinsi Lampung, yang dilakukan dengan menggunakan indikator penilaian Tingkat Kemandirian Daerah, Tingkat Ketergantungan Daerah, Tingkat Desentralisasi Fiskal, dan Tingkat Efisiensi. E. Metode Perhitungan 1) Analisis Kinerja Keuangan Daerah Analisis kinerja keuangan daerah diukur melalui perhitungan rasio-rasio keuangan yang merupakan alat ukur kinerja keuangan. Rumus yang digunakan dalam

49 mengukur kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota/provinsi menurut Halim(2001:127) adalah sebagai berikut : 1. Rasio kemandirian Keuangan daerah Tingkat kemandirian keuangan daerah adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, yang diukur dengan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat dan pinjaman. Berikut formula untuk mengukur tingkat Kemandirian Keuangan Daerah : Rasio Kemandirian = (Pendapatan Asli Daerah (PAD) / (Dana Perimbangan) Kriteria untuk menetapkan kemandirian keuangan daerah dapat dikategorikan seperti tabel berikut : Tabel 4. Kriteria Penilaian Kemandirian Keuangan Daerah Prosentase PAD terhadap Dana Perimbangan Kemandirian Keuangan Daerah 0,00% - 10,00% Sangat Kurang 10,01% - 20,00% Kurang 20,01% - 30,00% Sedang 30,01% - 40,00% Cukup 40,01% - 50,00% Baik >50,00% Sangat Baik Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM, 1991

50 2. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Tingkat ketergantungan keuangan daerah adalah ukuran tingkat kemampuan daerah dalam membiayai aktifitas pembangunan daerah melalui optimalisasi PAD, yang diukur dengan rasio antara PAD dengan total penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tanpa subsidi (Dana Perimbangan). Dengan formulasi sebagai berikut : Rasio Ketergantungan = (Pendapatan Asli Daerah (PAD) / Total Penerimaan APBD tanpa Subsidi) Kriteria untuk menetapkan ketergantungan keuangan daerah dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Kriteria Penilaian Ketergantungan Keuangan Daerah Prosentase PAD Terhadap Total Penerimaan Non Subsidi Ketergantungan Keuangan Daerah 0,00% - 10,00% Sangat Rendah 10,01% - 20,00% Rendah 20,01% - 30,00% Sedang 30,01% - 40,00% Cukup 40,01% - 50,00% Tinggi >50,00% Sangat Tinggi Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM, 1991

51 3. Rasio Desentralisasi Fiskal Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran untuk menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan. Tingkat desentralisasi fiskal dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio PAD terhadap Total Penerimaan Daerah. Berikut formula untuk mengukur Desentralisasi Fiskal : Rasio Desentralisasi Fiskal = Pendapatan Asli Daerah (PAD) / Total Penerimaan Daerah (TPD) Adapun kriteria untuk menetapkan ketergantungan keuangan daerah dapat dikategorikan seperti tabel 6 berikut : Tabel 6. Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal Persentase Total Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah Tingkat Desentralisasi Fiskal 0,00-10,00 Sangat Kurang 10,01-20,00 Kurang 20,01-30,00 Sedang 30,01-40,00 Cukup 40,01-50,00 Baik > 50,00 Sangat Baik Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM, 1991

52 4. Rasio Efisiensi Pengukuran Tingkat Efisiensi ini untuk mengetahui seberapa besar efisiensi dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan mengukur input yang digunakan dan membandingan dengan output yang dihasilkan yang memerlukan data-data realisasi belanja dan realisasi pendapatan. Berikut formula untuk mengukurtingkat efisiensi : Rasio Efisiensi = ((Pengeluaran Belanja / (Pendapatan) x (100%)) Adapun kriteria untuk menetapkan efisiensi pengelolaan keuangan daerah dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut : Tabel 7. Kriteria Penilaian Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah Presentase Kinerja Keuangan Kriteria 100% ke atas Tidak Efisien 90% - 100% Kurang Efisien 80% - 90% Cukup Efisien 60% - 80% Efisien Di bawah 60% Sangat Efisien Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM, 1991 2) Analisis Peta Kemampuan Keuangan Daerah berdasarkan Metode Kuadran Untuk menggambarkan Peta Kemampuan Keuangan Provinsi Lampung di gunakan parameter perhitungan dan analisis kinerja PAD melalui ukuran pertumbuhan (growth) dari masing-masing PAD dan melalui analisis peranan

53 PAD (share) terhadap APBD. a) Analisis pertumbuhan (growth) PAD merupakan angka pertumbuhan PAD setiap tahunnya menggunakan rumus yang ada dibawah ini. Keterangan : PAD i = Pendapatan Asli Daerah periode i PAD i-1 = Pendapatan Asli Daerah periode i-1 b) Analisis peranan (share), yaitu rasio PAD terhadap belanja rutin dan belanja pembangunan daerah (total belanja) yang berada pada APBD. Dimana rasio ini berguna untuk melihat kapasitas kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan. Adapun rumus untuk menghitung share adalah : Selanjutnya dengan parameter share and growth tersebut dapat digambarkan dalam bentuk suatu peta kemampuan keuangan daerah dengan menggunakan metode kuadran.

54 Tabel 8.Peta Kemampuan Keuangan Berdasarkan Metode Kuadran Rata rata GROWTH (%) Rata-rata KUADRAN III Share : Tinggi Growth : Rendah KUADRAN I Share : Tinggi Growth : Tinggi SHARE (%) KUADRAN IV Share : Rendah Growth : Rendah KUADRAN II Share : Rendah Growth : Tinggi Sumber : Bappenas, 2003 Tabel 9. Klasifikasi Status Kemampuan Keuangan Daerah Berdasarkan Metode Kuadran KUADARAN I II III KONDISI Kondisi paling ideal. PAD mengambil peran besar dalam total belanja, dan daerah mempunyai kemampuan mengembangkan potensi lokal. Kondisi ini ditunjukkan dengan besarnya nilai share dan growth yang tinggi. Kondisi ini belum ideal, tetapi daerah mempunyai kemampuan mengembangkan potensi lokal sehinga PAD berpeluang memiliki peran besar dalam Total Belanja. Sumbangan PAD terhadap Total Belanja masih rendah namun pertumbuhan (growth) PAD tinggi. Kondisi ini juga belum ideal. Peran PAD yang besar dalam Total Belanja mempunyai peluang yang kecil karena pertumbuhan PAD nya kecil. Sumbangan PAD terhadap Total Belanja tinggi, namun Pertumbuhan PAD rendah. IV Sumber : Bappenas, 2003 Kondisi ini paling buruk. Peran PAD belum mengambil peran yang besar dalam Total Belanja, dan daerah belum mempunyai kemampuan mengembangkan potensi lokal. Sumbangan PAD terhadap Total Belanja dan pertumbuhan PAD rendah

55 F. Gambaran Umum Provinsi Lampung 1. Geografi Secara geografis, Provinsi Lampung terletak antara 6 0 45ꞌ - 3 0 45ꞌ Lintang Selatan dan 103 0 40ꞌ - 105 0 50ꞌ Bujur Timur dengan luas wilayah 35.376,84 km 2 dengan ibukota Bandar Lampung, yang dimana merupakan gabungan dari dua kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung. Provinsi Lampung terletak di ujung selatan Pulau Sumatera, letaknya yang sangat strategis ini menjadi sentral penghubung antara Jawa dan Sumatera, dimana: 1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Indonesia Provinsi Lampung terdiri atas daerah pesisir, pulau kecil dan laut, luas seluruh daratannya mencapai 3.528.835 ha, sementara garis pantainya sepanjang 1.105 km. Kawasan bagian barat merupakan daerah pegunungan yang menjadi bagian dari rangkaian Bukit Barisan. Tercatat terdapat tiga buah gunung disana dengan tinggi lebih dari 2.000 m dari permukaan laut, yaitu Gunung Pesagi, Gunung Tanggamus dan Gunung Tangkil Tebak. Provinsi ini juga memiliki 70 pulau, dimana terdiri dari 18 pulau berpenghuni dan 52 pulau lainnya tidak bertuan.

56 2. Topografi Secara topografis Provinsi Lampung terdiri atas: 1. Daerah berbukit sampai bergunung dengan kemiringan > 500 m dpl 2. Daerah berombak sampai bergelombang dengan kemiringan 8% - 15% dan ketinggian 300 500 dpl 3. Daerah dataran alluvial dengan kemiringan 0% - 3% dan ketinggian 25 75 m dpl 4. Daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian 0,1 1 m dpl 5. Daerah river basin 3. Administrasi Pemerintahan Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 adalah sebuah Keresidenan Lampung, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung dengan ibukoa Tanjungkarang- Telukbetung. Selanjutnya Kotamadya Tanjungkarang-telukbetung tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1983 telah diganti namanya menjadi Kotamadya BandarLampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983.

57 Tabel 10. Luas Ibukota, Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. No Kabupaten Ibukota Luas (km 2 ) Kecamatan 1 Kab. Lampung Selatan Kalianda 3.319,04 19 2 Kab. Lampung Tengah Gunung Sugih 3.802,68 28 3 Kab. Lampung Utara Kotabumi 2.725,83 23 4 Kab. Lampung Barat Liwa 2.142,78 15 5 Kab. Lampung Timur Sukadana 5.325,03 24 6 Kab. Tanggamus Kota Agung 3.020,64 20 7 Kab. Tulang Bawang Menggala 3.196,32 15 8 Kab. Way Kanan Blambangan Umpu 3.921,63 14 9 Kota BandarLampung BandarLampung 192,96 13 10 Pesawaran Gedung Tataan 2.243,51 7 11 Pringsewu Pringsewu 625 8 12 Mesuji Mesuji 2.184 7 13 Tulang Bawang Barat Panarangan Jaya 1.201 8 14 Kota Metro Metro 61,79 5 TOTAL KECAMATAN DI PROVINSI LAMPUNG 201 Sumber : Badan Pusat Statistik, Lampung Dalam Angka (2012)