BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik seluruh Indonesia (Statistik Ketenagalistrikan 2014, 2015)

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia

: PT P T PL P N N (P

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP EFISIENSI TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH JARAK LENSA KONVEKS TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL TENAGA SURYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

BAB I PENDAHULUAN. nasional relatif masih tinggi. Kontribusi energi fosil terhadap kebutuhan energi

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN I.1

Generation Of Electricity

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010)

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL

2015 ANALISIS KELAYAKAN PEMBUATAN PLTMH DI DESA PAKENJENG SEBAGAI DESA MANDIRI ENERGI

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Aplikasi Teknik Isotop dan Geokimia untuk Karakterisasi Reservoir Panasbumi Medium Enthalpy dalam rangka Percepatan Pembangunan Daerah

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

Energi Geothermal Digalakkan Kesejahteraan Masyarakat Terealisasikan Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

Fira Nafiri ( )

MENTERI ENERGI DAN SUr^BER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 23 Tahun 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 29.268,16 MW, dengan 22.513,61 MW (76,9%) berada di Jawa. Total kapasitas terpasang meningkat 8,82% dibandingkan dengan akhir Desember 2010. Jumlah energi listrik terjual di Indonesia pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 7,3% dibandingkan dengan tahun 2010 (Buku Statistik PLN 2011, 2012), lihat Gambar 1.1. S u m b e r d D a t a : Sumber: Buku Statistik PLN 2011. 2012. Gambar 1.1. Persentase Kenaikan Energi Listrik Terjual Energi listrik untuk kegiatan manusia dapat dihasilkan dari pembangkit listrik. Ada beberapa tipe pembangkit listrik yang ada di Indonesia seperti: Pembangit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel 1

2 (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLT Surya) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Energi panas bumi adalah energi yang diambil dari perut bumi. Energi panas ini diambil dengan cara mengalirkan cairan ke dalam reservoir dan membawa panas ke permukaan bumi yang kemudian dipakai untuk membangkitkan listrik. Sumber energi panas bumi biasanya terdapat di dalam bumi yang berhubungan dengan daerah vulkanik dan mempunyai aliran panas yang cukup tinggi. Energi panas bumi mulai dikembangkan di Indonesia sekitar tahun 1926 di daerah Kamojang Jawa Barat. Sumur dengan nama KMJ-3 di bor pada tahun itu dan menghasilkan uap panas. Tetapi mulai tahun 1928, pengembangan panas bumi di Indonesia terhenti, baru pada sekitar tahun 1964 pengembangan panas bumi di Indonesia dimulai lagi secara aktif bersama-sama oleh Direktorat Vulkanologi (Bandung), Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK PLN dan ITB) dengan memanfaatkan bantuan luar negeri. (Ramadhan, Yuris. 2011). Pada tahun 1982 pembangkit listrik pertama dibangun dengan kapasitas 30 Mega-Watt (MW) di Kamojang, Jawa Barat. Hingga akhir 2011, terdapat 10 buah pembangkit listrik tenaga panas bumi yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (PLN dan PT. IP) dengan total kapasitas sebesar 435 MW. Terdapat 9 buah pembangkit listrik tenaga panas bumi yang dimiliki oleh swasta dengan total kapasitas sebesar 709 MW, lihat Gambar 1.2. (Buku Statistik PLN 2011. 2012 dan Laporan Statistik Indonesia Power 2011. 2012). Minat dalam memproduksi tenaga listrik panas bumi di Indonesia terus meningkat karena Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 40% dari potensi panas bumi yang ada di dunia yaitu sebesar 27,357 MW (Wahyuningsih,

3 Rina, 2005). Namun, hingga saat ini baru sekitar 1,144 MW energi panas bumi yang digunakan atau hanya sekitar empat persen dari keseluruhan potensi yang ada. Lihat Gambar 1.2. PLTP DI INDONESIA (MW) PLTP DI INDONESIA (MW) Pemerintah, 435 Swasta, 709 Potensi di Indonesia, 27,357 Star Energy, 225 Geodipa, 45 Pemerintah, 435 Chevron, 379 Sumber: Buku Statistik PLN, 2011. 2012; dan Laporan Statistik Indonesia Power 2011. 2012. Gambar 1.2. PLTP di Indonesia Kamojang 4, 60 Alasan pemanfaatan energi panas bumi yang lain adalah: a. Merupakan energi yang dapat diperbaharui (tidak mudah habis). b. Sumber energi yang bersih (ramah lingkungan) dibandingkan dengan sumber energi fosil karena system pembangkit listrik ini adalah system pembangkit tertutup yang tidak memiliki limbah buangan. c. Masih banyak lapangan panas bumi yang belum dikembangkan. d. Lahan untuk eksplorasi dan eksploitasi tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu banyak menebang pohon e. Cocok untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena tidak bisa diekspor f. Meminimalkan pemakaian bahan bakar fosil Tingginya minat pemanfaatan energi panas bumi tersebut juga didorong oleh konsumsi listrik Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Rata-rata peningkatan kebutuhan

4 listrik dari tahun 2003 hingga tahun 2011 adalah sebesar 6,9% per tahun hingga tahun 2020. (Buku Statistik PLN 2011, 2012). % Kenaikan 22 20 18 16 14 12 10 1079 1124 1124 1148 1144 999 20 19 765 780 780 18 18 17 15 13 13 13 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1200 1000 800 600 400 200 0 produksi Listrik, MW Jumlah Pembangkit Kapasitas terpasang Sumber: Buku Statistik PLN 2011 dan PT. IP Statistik Report 2011. Gambar 1.3. Jumlah PLTP dan Kapasitas Terpasang Selain itu, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2010 sebagai landasan dan payung hukum Program Percepatan 10.000 MW Tahap II. Program Percepatan 10.000 MW merupakan program percepatan untuk meningkatkan pasokan listrik seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat serta menunjang diversifikasi energi untuk pembangkit. Peraturan Presiden (Perpres) No. 4 Tahun 2010 yang berisi penugasan kepada PT PLN untuk melakukan percepatan pembangunan tenaga listrik dengan menggunakan energi terbarukan, batu bara dan gas tersebut menjadi dasar bagi PT PLN untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan dengan mengutamakan penggunaan produk dalam negeri. Tidak ketinggalan pembangkit listrik tenaga panas bumi yang ada di Gunung Salak (milik Chevron Geothermal Salak, CGS) dan sudah beroperasi sejak tahun

5 1994 dengan total produksi saat ini sebesar 377 MW, juga berkeinginan untuk meningkatkan jumlah produksinya. Sebagai PLTP terbesar di Indonesia saat ini, minat CGS tersebut dibatasi dengan keterbatasan reservoir untuk mensuplai uap panas selain itu ijin pembukaan lahan baru yang tidak mudah didapat karena berada di Taman Nasional Gunung Halimun (TNGHS). Kesempatan untuk meningkatkan produksi PLTP di Gunung Salak bisa dilakukan dengan memanfaatkan cairan buangan (waste water) yang keluar dari panas bumi hasil pemisahan di separator (biasa disebut brine) yang masih panas sebelum diinjeksikan kembali ke dalam bumi. 1.2. Identifikasi Masalah Dalam tesis ini, pemilihan tipe dan kajian tingkat kelayakan untuk membangun sebuah pembangkit listrik dilakukan dengan memanfaatkan buangan air panas (waste brine) di lapangan panas bumi Gunung Salak (PLTP Gunung Salak). Ada tiga identifikasi masalah dalam melakukan pemilihan tipe dan melakukan kajian tingkat kelayakan, yaitu: a. Pengembangan energi panas bumi yang masih rendah dan kebutuhan listrik di Indonesia yang terus meningkat. b. Belum ditentukan tipe PLTP yang tepat/sesuai untuk lapangan panas bumi di Gunung Salak yang memanfaatkan sisa air panas. c. Belum dapat dipastikan kelayakan pengembangan PLTP yang memanfaatkan sisa air panas tersebut.

6 1.3. Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan uraian di atas, permasalahan pembangkit listrik panas bumi yang diangkat dalam tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Tipe pembangkit listrik apakah yang sesuai dengan spesifikasi sisa air panas di lapangan Gunung Salak? b. Apakah teknologi panas bumi tersebut layak dikembangkan di lapangan panas bumi Gunung Salak dilihat dari aspek kelayakan proyek (dari segi keuangan)? Adapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah diasumsikan bahwa: a. Tipe pembangkit listrik yang akan dibahas adalah tipe Organic Rankine Cycle (biner) dan tipe Flash dengan tekanan rendah (atau biasa disebut dengan pembangkit tekanan rendah). b. Parameter-parameter teknik dan kondisi lingkungan yang dipakai dalam perhitungan tesis ini diambil dari data-data lapangan panas bumi gunung Salak. Adapun kondisi lingkungan seperti temperatur lingkungan, curah hujan, kelembaban relatif, suhu mencair (due point), dan kecepatan angin yang dapat mempengaruhi output dari pembangkit listrik akan dibahas pada bab 5. 1.4. Maksud dan Tujuan Indonesia merupakan salah satu negara yang telah memanfaatkan sumber energi panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik. Indonesia menempati urutan keempat di dunia untuk negara yang telah memiliki kapasitas pembangkit listrik panas bumi terpasang terbesar setelah Amerika Serikat, Philipina, dan Mexico.

7 Namun, jika kita melihat potensi cadangan panasbumi Indonesia yang mencapai 27.357 MWe, upaya pemanfaatan sumber energi yang berkelanjutan tersebut barulah mencapai kisaran empat persen. Angka tersebut merupakan angka yang kecil untuk sebuah potensi yang begitu besar. Oleh karena itu maksud dari penulisan tesis ini adalah untuk mempelajari kemungkinan peningkatan produksi energi listrik dengan memanfaatkan sisa air panas sebelum diinjeksikan kembali ke dalam sumur injeksi pada lapangan panas bumi di Gunung Salak. Adapun tujuan dari penulisan tesis ini adalah: a. Menentukan tipe pembangkit listrik yang sesuai dengan spesifikasi cairan buangan (waste water) lapangan panas bumi di Gunung Salak. b. Mengetahui penggunaan teknologi pembangkit listrik siklus biner dan pembangkit tekanan rendah dilihat dari analisa kelayakan proyek (dari segi keuangan sesuai dengan hasil perhitungan penentuan pembangkit). 1.5. Manfaat Penelitian Pembangunan pembangkit listrik panas bumi memerlukan biaya yang cukup tinggi. Sebagai contoh, pembangunan PLTP Kamojang V memerlukan biaya sebesar USD 150 juta untuk membangun fasilitas pembangkit listrik panas bumi sebesar 30 Mega Watt. (Wahyuni, Dwi Nurseffi. 2012.). Sehingga analisa kelayakan proyek (dari segi keuangan) yang akurat sangat dibutuhkan oleh para pengembang energi panas bumi untuk mengambil keputusan pelaksanaan pembangunan pembangkit listrik siklus biner tersebut.

8 Namun penentuan aspek kelayakan proyek yang dipakai akan berbeda untuk setiap lokasi/lapangan panas bumi dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan misalnya karakteristik dari sumber panas bumi seperti: Temperatur dari air panas (reservoir) Kandungan kimia dari air panas