II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan pada lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat penebaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam suatu sistem yang terkontrol sehingga pertumbuhan dan perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : : Percomorphy

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang banyak digemari

Tingkat Kelangsungan Hidup

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

BAB II TINJUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

Pendahuluan. Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang menurut Kordi (2010) adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan badut yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis ikan badut

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fowler (1934) diacu oleh Murtejo (2010), susunan taksonomi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

Gambar 2.1. Ikan nila (Oreochromis niloticus)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Nila Merah Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain nila merah. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai berikut : Filum Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Genus Spesies : Chordata : Osteichthyes : Acanthoptherigii : Percomorphi : Percoidea : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis niloticus. Gambar 2. Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) 6

Secara morfologi ikan nila merah memiliki bentuk tubuh pipih lebar, tubuhnya lebih kecil dari pada panjang tubuh, sisik besar dan kasar, serta kepala relatif kecil. Berdasarkan jenis siripnya, ikan nila merah memiliki sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), dan sirip anal (anal fin). Selain itu ada gurat sisi (Linea lateralis) pada ikan nila tidak terputus (Affandi et al., 1992). Bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar dan menonjol, bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam (Khairuman dan Amri, 2007). Perbedaan jenis kelamin pada ikan nila merah adalah sebagai berikut : ikan nila merah jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila merah betina. Alat kelamin ikan nila merah jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila merah jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sedangkan ikan nila merah betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urine yang terletak di depan anus (Khairuman dan Amri, 2007). 7

1. Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila Merah Ikan nila hidup di tempat-tempat yang airnya tidak begitu dalam dengan arus air yang tidak deras. Ikan nila lebih suka hidup didaerah tepi perairan (Djarijah, 1995). Menurut Khairuman dan Amri (2007), ikan nila merupakan ikan yang kurang suka menantang arus dan biasa hidup di tepi-tepi sungai atau kolam. Ikan nila dapat memijah sepanjang tahun dengan frekuensi pemijahan paling banyak pada musim penghujan. Ikan nila dapat memijah sebanyak 6-7 kali dalam setahun. Pertumbuhan ikan ini tergolong cepat karena pada umur 4-5 bulan sudah mencapai fase dewasa. Sedangkan untuk fase produktif dalam pemijahan berumur 1,5-2 tahun dengan bobot diatas 500 g/ekor. Ikan nila merupakan ikan pemakan segala (omnivora), karena hal tersebut ikan ini mudah dalam pemeliharaanya. Pada stadia benih ikan ini diberi pakan zooplankton seperti : Rotifer sp., Moina sp., atau Daphnia sp. Selain zooplankton, ikan ini dapat diberi pakan berupa alga atau lumut. Pada stadia dewasa ikan ini dapat diberi pakan tambahan berupa pelet (Khairuman & Amri, 2007). B. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Ikan memiliki kebutuhan yang spesifik terhadap nutrien baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Satu bahan pakan tidak ada yang mengandung seluruh nutrien yang dibutuhkan dalam proporsi yang tepat, sehingga formula pakan yang seimbang menggunakan berbagai bahan dan masing-masing bahan itu memberikan kontribusi terhadap satu atau lebih nutrien penting. Pakan yang baik dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Pada kebutuhan ikan tertentu untuk memacu pertumbuhan memerlukan pakan dengan kandungan nutrisi yang 8

seimbang, didalamnya terkandung bahan-bahan seperti : protein, karbohidrat, mineral, vitamin, dan lemak (Gusrina, 2008). 1. Protein Protein merupakan salah satu nutrien yang sangat diperlukan bagi kehidupan semua organisme termasuk ikan nila. Protein dibutuhkan sebagai sumber energi utama karena protein terus menerus diperlukan dalam makanan untuk pertumbuhan, pembentukan jaringan, serta penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak. Kebutuhan protein pada ikan budidaya berkisar antara 27% sampai 60% (Gusrina, 2008). Sedangkan menurut Nuraeni (2004), pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan nila mengandung protein 25-35%. 2. Lemak Lemak adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai unsur utama. Beberapa diantaranya ada yang mengandung nitrogen (N) atau fosfor (P). Sumber lemak bagi ikan dapat berasal dari berbagai bahan pakan yaitu minyak hewani atau minyak nabati, keduanya telah ditemukan dan bisa digunakan dalam makanan ikan. Kadar lemak yang mencukupi dalam pakan yaitu 5% untuk kebutuhan ikan nila dan untuk pertumbuhan yang maksimal memerlukan kadar lemak 12% (Chou dan Shiau, 1996 dalam Tyas 2009). Menurut Mudjiman (2000), lemak merupakan bahan cadangan energi yang utama bagi ikan. Cadangan energi ini akan digunakan pada saat ikan kekurangan makanan. Di dalam makanan, lemak memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai 9

sumber energi dan sebagai sumber asam lemak. Asam lemak didalam tubuh dibagi menjadi dua diantaranya asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh hewan yang memakannya dan asam lemak non esensial. 3. Karbohidrat Karbohidrat dalam pakan merupakan sumber energi bagi ikan. Ketidak tersediaan karbohidrat dan lemak dalam pakan dapat menyebabkan proses metabolisme dan penggunaan protein tidak efisien sehingga dapat mengganggu fungsi alat tubuh serta pertumbuhan ikan. Kadar karbohidrat dalam pakan belum ada batasan, akan tetapi apabila berlebihan akan mengalami gangguan pada beberapa jenis ikan. selain itu juga kekurangan karbohidrat atau lemak mengkibatkan kurangnya efisien penggunaan protein dalam pakan (Suryaningrum, 2012). Kadar karbohidrat dalam pakan ikan berkisar antara 10-50%. Kemampuan ikan dalam memanfaatkan karbohidrat bergantung pada enzim pemecah karbohidrat yang dihasilkan. Kebutuhan ikan akan zat tersebut bermacam-macam bergantung pada golongan. Ikan karnivora membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk omnivora dan herbivora membutuhkan karbohidrat hingga 50% dalam pakannya (Masyamsir, 2001). C. Nitrogen Nitrogen adalah komponen utama dalam semua asam amino, yang nantinya dimasukkan ke dalam protein, protein adalah zat yang sangat dibutuhkan organisme perairan dalam pertumbuhan. Nitrogen dalam perairan mencakup 10

nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea. Sedangkan nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH 3 ), amonium (NH + 4 ), nitrit (NO - 2 ), nitrat (NO - 3 ) dan molekul nitrogen dalam bentuk gas (N 2 ) (Effendi, 2003). Sumber utama nitrogen dalam sistem akuakultur adalah pupuk, pakan dan sel-sel dengan sisa tanaman/hewan mati. Nitrogen yang dihasilkan dari sisa pakan dalam perairan budidaya berupa pakan buatan. Pakan buatan menjadi satu-satunya sumber makanan bagi organisme yang dipelihara pada budidaya intensif (Tacon, 1987 dalam Ekasari 2009). Pakan buatan biasanya mengandung protein dengan kisaran 13-60%, bergantung pada kebutuhan dan stadia organisme yang dibudidayakan (Avnimelech dan Ritvo, 2003). Menurut Brune et al.(2003), dalam Ekasari (2009) proses metabolisme pakan yang dikonsumsi pada tubuh organisme budidaya akan menghasilkan biomasa serta sisa metabolisme berupa urine dan feses. Protein yang terkandung dalam pakan akan dicerna oleh ikan hanya berkisar 20-30% dari total nitrogen dalam pakan yang dimanfaatkan menjadi biomasa ikan. D. Bioflok Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan floc (flok) adalah gumpalan. Biofllok merupakan kumpulan dari berbagai macam mikroalga, bakteri, fungi dan organisme lain yang tersuspensi dengan detritus dalam air media budidaya (Suryaningrum, 2012). Bioflok tersusun atas berbagai organisme autotrof dan heterotrof serta partikel-partikel yang teraduk oleh aerasi dan 11

sirkulasi yang membentuk gumpalan yang saling berintegrasi cukup baik dalam air (Jorand et al., 1995 dalam Ekasari 2009). Prinsip dasar dalam teknologi bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik menjadi massa endapan berupa bioflocs dengan menggunakan bakteri pembentuk floks. Selain flok bakteri, berbagai jenis organisme lain juga ditemukan dalam bioflok seperti protozoa dan rotifer (Ekasari, 2009). Menurut Rangka dan Gunarto (2012), prinsip teknologi bioflok yaitu menumbuhkan mikroorganisme terutama bakteri heterotrof di air budidaya yang digunakan untuk menyerap komponen polutan serta ammonia yang ada di air budidaya. Supaya dapat terbentuk bioflok, rasio C:N yang terdapat dalam perairan budidaya pola intensif harus >10:1. Bakteri pembentuk flok dipilih dari bakteri nonpatogen, memiliki kemampuan mensintesis PHA (Poly Hidroksi Alkanoat), memproduksi enzim ekstraselular, memproduksi bakteriosin (zat yang dihasilkan bakteri probiotik) untuk menekan populasi bakteri patogen, mengeluarkan metabolit sekunder yang menekan pertumbuhan serta menetralkan toksin dari plankton merugikan (Suryaningrum, 2012). Pertumbuhan bioflok dalam budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu biologi, fisika dan kimia. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mendorong pembentukan bioflok dalam sistem budidaya diantaranya adalah pergantian air seminimal mungkin. Volume pergantian air hanya untuk mengganti penyusutan karena penguapan. Volume pergantian air maksimal 5% per hari (Aiyushirota, 2009). 12

Karakteristik bioflok adalah membutuhkan oksigen yang tinggi dan produksi biomasa bakteri. Oleh karena itu, diperlukan aerasi yang berfungsi untuk pengadukan serta memastikan bahwa bioflok tetap tersuspensi dalam air dan tidak mengendap. Oksigen yang diperlukan untuk pengoksidasikan bahan organik sekitar 4-5 ppm (Suryaningrum, 2012). Intensitas pengadukan dan kandungan oksigen yang terdapat dalam air budidaya juga mempengaruhi struktur dan komposisi. Intensitas pengadukan yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi ukuran bioflok sedangkan kandungan oksigen yang terlalu rendah dapat menyebabkan bioflok cenderung terapung. Kondisi lingkungan abiotik juga berpengaruh terhadap pembentukan bioflok seperti rasio C/N, ph, temperatur serta kecepatan pengadukkan (De Scryver et al., 2008). E. Pertumbuhan Menurut Effendie (2003), pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang dan bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan yang tersedia, ukuran ikan, kepadatan ikan, umur dan kualitas air. Laju pertumbuhan ikan nila yang dibudidayakan bergantung pada pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh manajemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit (Fajar, 1988). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kualitas dan 13

kuantitas makanan, serta ruang gerak (Gusrina, 2008). Menurut Mudjiman (2000), kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat jika pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup. Untuk memacu Pertumbuhan, jumlah nutrisi pada pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya. F. Kualitas Air Kegiatan budidaya harus memperhatikan kualitas air budidaya karena kondisi air yang tidak sesuai dengan kondisi optimal maka akan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan adalah pencemaran limbah organik, limbah zat kimia pabrik, serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran juga mempengaruhi pertumbuhan ikan. Akan tetapi berbeda dengan kekeruhan air yang disebabkan oleh plankton. Karena plankton baik untuk makanan ikan nila (Hidayati, 2009). Pada kegiatan budidaya pemeliharaan kualitas air dapat dilakukan dengan penyiponan, pergantian air, dan penggunaan filter air. Ikan nila dapat hidup pada kisaran suhu yang lebar yaitu antara 14-38ºC. Secara alami ikan nila dapat memijah pada suhu 22-37ºC, namun suhu optimal berkisar antara 25-30ºC. Kisaran ph antara 5-11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal adalah berkisar antara 7-8 (Arie, 2000). Konsentrasi oksigen terlarutyang optimum untuk pertumbuhan ikan adalah 5,0 mg/l, namun DO minimum yang harus dipertahankan dalam pemeliharaan ikan nila harus lebih tinggi dari 3 mg/l (Stickney, 1993). Budidaya ikan nila 14

mempunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas berkisar 0-35 permil ikan nila. Amonia merupakan bentuk nitrogen anorganik yang bersifat toksik terhadap organisme budidaya. Menurut Boyd (1991), konsentrasi NH 3 bukan ion pada air kolam sekitar 0,1-0,3 mg/l. Berpengaruh mematikan dan konsentrasi ammonia baru bersifat toksik berkisar 0,6-2,0 mg/l. 15