BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang meliputi berbagai aspek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

III. METODE PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

KONSEP Etika PRODUKSI DAN Lingkungan HIDUP ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. ini guna menunjang transportasi yang dibutuhkan masyarakat Jakarta. Selain

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Latar Belakang Masalah

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE

TINJAUAN PELAKSANAAN HUBUNGAN KERJA DI PT. NYONYA MENEER SEMARANG

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Dengan meningkatnya kebutuhan yang dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

BAB I PENDAHULUAN. disebut e-commerce (electronic commerce) atau transaksi elektronik. E- serta tidak menggunakan tanda tangan asli (non-sign).

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang meliputi berbagai aspek dalam kehidupan di dalam masyarakat. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan Nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia terus menerus melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan bangsa, diantaranya di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum. Dalam upaya mencapai kesejahteraan rakyat pembangunan perekonomian merupakan hal penting, karena aspek ekonomi menentukan tingkat kemapanan masyarakat yang pada akhirnya menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam menghadapi pembangunan perekonomian yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang maju diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi untuk memasuki era baru dalam globalisasi perdagangan dan pengangkutan. Untuk meningkatkan kegiatan perdagangan dan untuk meningkatkan nilai dari suatu barang maka diperlukan pengangkutan yang penyelenggaraanya diatur oleh pemerintah. Terdapat beberapa sarana angkutan yang diselenggarakan oleh pemerintah 1

2 diantaranya yaitu sarana angkutan jalan raya, baik kereta api, kendaraan bermotor, angkutan udara dan dengan kapal laut. 1 Dalam kegiatan sehari-hari kata pengangkutan sering diganti dengan kata transportasi. Pengangkutan lebih menekankan pada aspek yuridis sedangkan transportasi lebih menekankan pada aspek kegiatan perekonomian, akan tetapi keduanya memiliki makna yang sama, yaitu sebagai kegiatan pemindahan dengan menggunakan alat angkut. Secara etimologis, transportasi berasal dari bahasa latin, yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain; dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian, transportasi berarti mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Hal ini berarti bahwa transportasi merupakan jasa yang diberikan, guna menolong orang atau barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lain lainnya, sehingga transportasi dapat didefenisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Keberadaan kegiatan pengangkutan juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana (tradisional) sampai kepada taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh kegiatan pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat adalah kemajuan dan 1 Wiwoho Soedjono, 1982, Hukum Dagang, cet.i, Bina Aksara, Jakarta,h. 9.

3 perkembangan kegiatan maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan. Angkutan multimoda tidak begitu dikenal oleh di kalangan umum di Indonesia namun dengan perkembangan jaman yang membutuhkan mobilitas yang tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat angkutan multimoda mulai dikenal oleh beberapa kalangan yang keseharianya bergerak di bidang transportasi. Definisi angkutan multimoda di paparkan di dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Angkutan Multimoda yang menyebutkan bahwa angkutan multimoda adalah : Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda. Permasalahan yang sering dialami oleh para pihak dalam pengangkutan multimoda adalah masalah jaminan keamanan dan keselamatan barang yang merupakan objek dari pengangkutan multimoda. Masalah tersebut pada umumnya timbul dari yang mendistribusikan barang baik karena kecerobohan, kelalaian, maupun keadaan lain yang memungkinkan terjadinya kerugian kepada pihak yang menerima maupun yang mengirimkan barang. Badan usaha angkutan multimoda Nasional harus mampu menyediakan jasa angkutan multimoda dengan standar keselamatan dan keamanan sesuai dengan

4 ketentuan peraturan perundang- undangan serta kualitas pelayanan yang mampu menjamin terwujudnya efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penyelenggaraan angkutan sebagai komponen penting dalam sistem logistik. Untuk mewujudkan kualitas pelayanan tersebut perlu didukung dengan regulasi, kebijakan, standar, pedoman, dan kriteria yang memadai. Dalam penyelenggaraan angkutan multimoda perlu ada pengaturan yang diwujudkan dalam Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran dan pelaksanaan dari keempat Undang-Undang di bidang Transportasi. Ketentuan mengenai angkutan multimoda ini diatur dalam Pasal 165 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 50 sampai dengan Pasal 55 Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 187 sampai dengan Pasal 191 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Pasal 147 sampai dengan Pasal 148 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Angkutan Multimoda, pengaturan mengenai badan usaha angkutan multimoda beserta persyaratannya merupakan unsur yang paling penting dalam rangka memberikan arah dan pengembangan penyelenggaraan angkutan multimoda di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas merupakan landasan bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang keamanan dan keselamatan barang dalam pengangkutan multimoda. Atas dasar tesebut penulis mengajukan judul skripsi dengan judul : Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Keamanan Dan

5 Keselamatan Barang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2011 Tentang Angkutan Multimoda. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan permasalahan yang akan digunakan untuk penulisan skripsi ini, yaitu : 1. Bagaimanakah pengaturan tanggung jawab pengangkut mengenai keamanan barang penumpang dalam pengangkutan multimoda? 2. Bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab pengangkut dalam hal terjadinya kehilangan dan kerusakan barang penumpang dalam pengangkutan multimoda? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Untuk memperjelas objek yang akan dibahas dan untuk lebih mamahami masalah tersebut sehingga mengarah kepada pemecahan masalah dari rumusan masalah yang diajukan, maka ruang lingkup masalah akan dibatasi dan di titik beratkan kepada pengaturan dan tanggung jawab pengangkut dalam hal keamanan dan keselamatan barang berdasarkan Peratutan pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 Tentang angkutan Multimoda. 1.4. Orisionalitas Skripsi ini meruppakan karya tulis asli Penulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya secara ilimiah. Untuk memperlihatkan

6 orisionalitas dari skripsi ini dapat dibandingkan perbedaanya dengan skripsi terdahulu yang sejenis, yaitu : No. Peneliti Judul Penelitian Masalah yang diangkat 1. Hamal Tanggung jawab 1. Bagaimana pengaturan Octavianus pengangkut dalam tanggung jawab pengangkut pengangkutan barang memalui darat dalam pengangkutan darat? 2. Bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam hal terjadinya wanprestasi? 2. I Made Agus Tanggung Jawab 1. Bagaimanakah pengaturan Adi Mahardika pengangkut terhadap tanggung jawab pengangkut kehilangan dan dalam hal terjadinya kerusakan barang kerusakan dan kehilangan dalam pengangkutan barang? Multimoda 2. Bagaimanakah tanggung jawab pengankut dalam hal terjadinya kerusakan dan kehilangan barang?

7 Terhadap skripsi yang telah diuraikan diatas, indikator pembeda yang dapat penulis uraikan adalah subjek yang menjadi permasalahan yang akan dibahas. Skripsi pertama membahas tentang wanprestasi pihak pengangkut dalam hal pengangkutan terfokus pada pengangkutan darat saja sedangkan skripsi kedua membahas menganai tanggung jawab hal pengangkut terhadap kehilangan dan kerusakan barang. Permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian ini pertanggungjawaban pengangkut terhadap keamanan dan keselamatan barang berdasarkan Peraturan pemerintah nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengangkutan Multimoda yang ditinjau secara yuridis mengenai konsep-konsep dan dasar hukum serta analisis terhadap tanggungjawab pengangkut dalam pengangkutan multimoda yang mengandung unsur norma kabur. 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan landasan pelaksanaan sebuah karya ilimiah karena tujuan itu pada hakekatnya merupakan syarat untuk memperoleh pemikiran yang ilimiah dalam sebuah karya yang bersifat ilimiah. Di dalam penulisan ini terdapat dua tujuan yaitu : 1.5.1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan ini adalah :

8 1. Untuk mengetahui pengaturan atau tinjauan yuridis mengenai tanggung jawab pengangkut dalam hal keamanan dan keselamatan barang dalam pengangkutan multimoda; 2. Untuk mengetahui tanggung jawab pengangkut dalam hal keamanan dan keselamatan barang dalam pengangkutan multimoda. 1.5.2. Tujuan khusus Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memahami pengaturan atau tinjauan yuridis mengenai tanggung jawab pengangkut dalam hal keamanan dan keselamatan barang dalam pengangkutan multimoda; 2. Untuk memahami tanggung jawab pengangkut dalam hal keamanan dan keselamatan barang dalam pengangkutan multimoda. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau bahan penelitian lebih lanjut, serta menambah informasi mengenai tanggung jawab Pengangkut dalam pengangkutan multimoda. 1.6.2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tanggung jawab pengangkut dalam

9 melaksanakan tugasnya sebagai sebuah lembaga pengangkutan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2011 Tentang angkutan Multimoda 1.7. Landasan Teoritis Dalam penelitian ilmiah diperlukan teori yang berupa asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep 2. Dalam bentuknya yang paling Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antar dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya 3 Sistem angkutan multimoda dimaksudkan untuk efisiensi baik waktu dan biaya, cepat, dan tepat waktu dengan tetap memperhatikan keamanan barang yang diangkut sampai tujuan atau dikenal juga dengan istilah door to door service. Karena terdapat pengalihan barang dalam proses transaksi ini maka proses pengangkutan multimoda dilandasi dengan perjanjian sebagai alat untuk pertanggung jawaban hukum para pihak. Hubungan hukum antara para pihak dalam transaksi multimoda seperti halnya perjanjian dalam perdagangan dalam Pasal 1457 KUHPerdata, dimana pengirim berkewajiban membayar jasa pengiriman barang dan pengangkut hal. 30 2 Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 19. 3 Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

10 berkewajiban mendistribusikan barang yang diterima pengirim kepada penerima dengan aman. Hal tersebut menjadi dasar pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak. 4 Karena sistem pengangkutan multimoda dilandasi dengan perjanjian maka pembuatan perjanjian multimoda harus didasarkan pada Pasal 1320 KUHPerdata yaitu : 1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak Maksud dari kata sepakat adalah, kedua belah pihak yang membuat perjanjian setuju mengenai hal-hal yang pokok dalam kontrak. 2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum Asas cakap melakukan perbuatan hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya. Ketentuan sudah dewasa, ada beberapa pendapat, menurut KUHPerdata, dewasa adalah 21 tahun bagi laki-laki,dan 19 th bagi wanita. Menurut UU no 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dewasa adalah 19 th bahi laki-laki, 16 th bagi wanita. Acuan hukum yang dipakai adalah KUHPerdata karena berlaku secara umum. 3. Adanya Obyek Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau barang yang cukup jelas. 4 Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Pustaka Yustisia, yogjakarta, h. 65.

11 4. Adanya kausa Halal Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum. 5 Dalam prakteknya, sebelum membuat perjanjian multimoda kedua belah pihak antara pihak pengirim dan pihak distributor (pihak pengangkut) harus mencapaikesepakatan mengenai klausula-klausula yang akan dimasukkan kedalam perjanjian multimoda, sesuai dengan Pasal 1313 KUHPerdata yang menyatakan bahwa perjanjian harus mengikat antara orang dengan orang maupun dengan badan hokum. Kesepakatan dalam perjanjian multimoda perlu dicapai mengigat selain harus sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata objek yang menjadi benda adalah barang yang memiliki sifat yang berbeda-beda dan memiliki perhatian tertentu, seperti misalnya barang elektronik dan barang yang merupakan bahan makanan ataupun mahluk hidup yang tentunya memiliki beberapa hal yang bersifat sensitive dan memungkinkan untuk membutuhkan tenaga ahli dari pihak lain memungkinkan pemerintah turut serta secara langsung dalam pengawasan selama proses distribusinya. Definisi angkutan multimoda di paparkan di dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Angkutan Multimoda yang menyebutkan bahwa angkutan multimoda adalah : 5 Salim Abdullah dan Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak dan Memorandum Of Understanding (MOU), Sinar grafika, Jakarta, h. 9.

12 Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda. Mengenai dirugikanya pengirim maupun penerima atas tidak terlaksananya kewajiban atas pihak pengangkut terhadap pengirim yang dalam hal ini sebagai konsumen, penegakan hukumnya dapat menggunakan hukum perlindungan konsumen (Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen). Hukum perlindungan konsumen adalah upaya hukum bagi konsumen untuk memperoleh hak-hak konsumen sebagaimana yang tertera dalam Pasal 4 Undangundang perlindungan Konsumen. Hak-hak tersebut adalah sebagai berikut : a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

13 f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. 6 Dari uraian diatas pihak pengirim sebagai konsumen yang menggunakan jasa baik untuk kepentingan pribadi maupun orang lain mendapatkan perlindungan hukum termasuk kompensasi atau ganti rugi yang diberikan kepada konsumen atas kerugian yang di derita dalam proses distribusi barang. Selain memiliki tanggung jawab, perusahaan pengangkutan multimoda memiliki hak-hak yang diatur dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pengangkutan Multimoda diantaranya yaitu : a. Menerima pembayaran dari pengguna jasa sesuai dengan perjanjian yang tertuang dalam dokumen angkutan multimoda; b. Menerima informasi dari pengguna jasa mengenai kejelasan barang yang diangkut; c. Membuka dan/atau memeriksa barang kiriman dihadapan pengguna jasa untuk mencocokan kebenaran informasi barang yang diangkut; 6 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Cet.IV, Gramedia, Jakarta, h. 4.

14 d. Menolak mengangkut barang yang diketahui dapat mengancam keselamatan dan keamanan penyelenggaraan angkutan multimoda; e. Mengambil tindakan tertentu untuk menjaga keselamatan dan keamanan penyelenggaraan angkutan multimoda; dan f. Menolak klaim yang tidak dapat dibuktikan. Selain itu perusahaan pengangkutan multimoda juga memiliki hak untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan yang dapat mengancam keamanan dan keselamatan dalam penyelenggaraan pengangkutan. Atas tindakan tersebut pihak pengirim tidak memiliki hak untuk melakukan klaim kepada perusahaan. Hak ini susuai dengan yang tertera pada Pasal 18 Peraturan Pemerintah No. 8 Tentang Pengangkutan Multimoda merumuskan sebagai berikut : Pengguna jasa angkutan multimoda tidak berhak menuntut kompensasi atas tindakan badan usaha angkutan multimoda yang membuka dan/atau memeriksa, tidak mengirim, atau tindakan tertentu atas barang berbahaya dan barang yang dapat menimbulkan bahaya terhadap harta benda, jiwa, dan lingkungan, jika barang yang dikirim oleh pengguna jasa angkutan multimoda kepada badan usaha angkutan multimoda tersebut tidak dilaporkan. 1.8. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. 7 7 H. Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 17.

15 Metodologi yang diterapkan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang digunakan mempunyai perbedaan satu dengan yang lainnya sesuai identitas masing-masing. 1.8.1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilimiah ini adalah penelitian secara Normatif. Artinya pendekatan masalah yang di teliti dengan kajian pustaka atau bahan hukum yang tertulis. 1.8.2. Jenis pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini adalah pendekatan Perundang-undangan (Statue Aprroach) yang relevan terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian. 1.8.3. Sumber bahan hukum Dalam penelitian hukum normatif menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tersier.

16 a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang memiliki kekuatan hukum mengikat yang terdiri dari norma/kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundangundangan, yurisprudensi, dan norma lain yang hidup dalam masyarakat. 8 b. Bahan hukum sekunder : Bahan hukum skunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan atas bahan hukum primer. c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan lebih lanjut atas bahan hukum primer dan skunder. 1.8.4. Teknik pengumpulan bahan hukum Penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat Normatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Identifikasi dan klasifikasi bahan hukum yang telah dikupulkan disesuaikan dengan relevansi atas permasalahan yang dikaji dan terhadap aturan hukum yang sedang berlaku 9. h. 16. hal. 94. 8 Bambang Waluyo,2000, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cet.III, Sinar Grafika, Jakarta, 9 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

17 1.8.5. Teknik analisis bahan hukum Setelah data terkumpul secara lengkap, tahap berkutnya adalah tahap pengolahan data. Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara kualitatif. Data yang bersangkutan dihubungkan antara satu dan lainnya berdasarkan relevansinya, kemudian disusun secara deskriptif analisis yaitu dengan menggambarkan secara lengkap tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan masalah yang dikaji.