PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN BUDAYA SETEMPAT. Betty Goenmiandari NRP

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN...

STRATEGI PENINGKATAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI DAERAH RAWA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50)

POLA HUNIAN DI KAWASAN PERMUKIMAN DIATAS SUNGAI (DESA TANJUNG MEKAR, KABUPATEN SAMBAS)

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat

1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun

WATERFRONT CITY, BANJARMASIN Sebuah Upaya Inovatif Pengembalian Citra Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan

Tabel 9. Penggunaan Lahan di Tapak Tahun Jenis Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB III METODE PENELITIAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PERMASALAHAN KAWASAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah; Kurangnya fasilitas-fasilitas dasar;

DATA DAN ANALISIS Kondisi Fisik Kelurahan Kuin Utara Topografi Hidrologi Kondisi Fisik Bangunan Tata Guna Lahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB III METODE PERENCANAAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH. 1.2 Mengenal manfaat kali bersih. 1.3 Membiasakan menjaga kebersihan kali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Transkripsi:

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN BUDAYA SETEMPAT Betty Goenmiandari NRP. 3208201802

Latar Belakang Banjarmasin adalah kota tertua di Kalimantan. Kondisi geografis wilayahnya berada pada daerah rawa dengan ketinggian 0.16 m dibawah permukaan laut dan dialiri ratusan sungai besar - kecil Menurut sejarahnya, sungai merupakan pusat pertumbuhan, jalur pergerakan dan prasarana transportasi utama sampai sekarang. Kegiatan dan kehidupan berorientasi ke sungai sehingga sungai mempunyai peranan dan arti yang sangat penting bagi masyarakat Banjarmasin, sampai disebut Budaya Sungai Seiring dengan pertumbuhan kota dan meningkatnya jumlah penduduk, Permukiman baru berkembang tidak terkendali disepanjang sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya dan menurun kualitas lingkungannya.

Budaya sungai yang merupakan ciri khas masyarakat sepanjang sungai mengalami pergeseran diakibatkan oleh perubahan orientasi bermukim dari masyarakat sungai menjadi masyarakat daratan sehingga mengakibatkan rusaknya lingkungan permukiman di bantaran sungai. Beberapa Undang-undang yang melindungi kekhasan budaya suatu daerah adalah: Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pada pasal 6 ayat 2, yang yang menyatakan bahwa Penguasaan sumber daya air yang dikuasai oleh negara tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, Undang-undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya pasal 1 ayat 1,bahwa benda yang dilindungi berupa cagarbudaya adalah benda buatan manusia atau benda alam, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

Rumusan Permasalahan Permukiman bantaran sungai yang merupakan cikal bakal pertumbuhan kota Banjarmasin sudah mulai kehilangan kekhasannya yaitu kehidupan sungainya dan mengalami kerusakan lingkungan, karena berubahnya orientasi masyarakat dari sungai ke daratan, dan karena adanya pemukim baru yang membawa budaya daratnya, padahal sungai/air masih besar peranannya dalam kehidupan warga Permasalahan penelitian : Faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pengikat kehidupan sungai sehingga kekhasan kehidupan sungai bisa dipertahankan? Apa yang mempengaruhi berubahnya orientasi permukiman bantaran sungai dari sungai ke daratan?

Tujuan penelitian Mendapatkan konsep penataan permukiman bantaran sungai di kota Banjarmasin berdasarkan budaya setempat Sasaran Penelitian Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai dengan sungai/ air Mengidentifikasi penyebab pola perubahan pada kehidupan tepi sungai akibat berubahnya orientasi bermukim. Menyusun kriteria penataan permukiman pinggir sungai di kota Banjarmasin Merumuskan konsep penataan permukiman pinggir sungai

KAJIAN PUSTAKA Budaya menurut Amos Rapoport didefinisikan sebagai cara hidup yang khas, serangkaian simbol dan kerangka pikir, dan cara beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Budaya menurut para antropolog berarti kemanusiaan Menurut Rapoport perubahan permukiman dipengaruhi oleh kekuatan sosial budaya termasuk agama, pola hubungan kekeluargaan kelompok sosial, cara hidup dan beradaptasi dan hubungan antar individu. Sistem Permukiman oleh Doxiadis,1971 Permukiman adalah paduan antara unsur alam, manusia dengan masyarakatnya, dan unsur buatan berupa naungan dan networking Menurut Irwin Altman,1980. Rumah merupakan hasil dari iklim, SDA dan lingkungan sosial Menurut Amos Rapoport,1969. Rumah adalah suatu bentuk fenomena budaya dan pengaturannya sangat dipengaruhi oleh budaya lingkungannya. Kualitas lingkungan melibatkan variabel lokasi, fisik, psikologi dan sosial budaya Rumah memenuhi beberapa kebutuhan manusia, seperti yang dikatakan oleh Abraham Maslow (1954) bahwa ada lima hirarki dasar kebutuhan manusia

Pengertian dan fungsi sungai menurut Peraturan Pemerintah No.35 tahun 1991 tentang Sungai pada pasal 1, dijabarkan sebagai berikut : Sungai adalah tempat atau wadah serta jaringan pengaliran air Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai.

Sintesa Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka di atas menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permukiman pinggir sungai adalah faktor budaya yang ada di wilayah tersebut secara turun menurun, kebutuhan manusia akan rumah dalam kedudukannya dalam satuan atau dalam kelompok rumah yang membentuk pola-pola yang khas, serta hubungan permukiman itu dengan lingkungannya. Berdasar hal tersebut di atas, maka didapatkan faktor penting terkait dengan penataan permukiman bantaran sungai di Banjarmasin. Faktor-faktor tersebut adalah : Keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai ditandai dengan : Budaya Sungai, terdiri dari : Transportasi yang digunakan, Mata pencaharian, Pola kegiatan sehari-hari Konstruksi bangunan Pola perubahan kehidupan tepi sungai akibat berubahnya orientasi bermukim, dipengaruhi oleh : 1, Aspek Sosial 2. Aspek ekonomi 3. Tingkat Pendidikan 4. Aspek Budaya

Skema Kerangka Konsep faktor-faktor yang menyebabkan keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai dengan sungai/ air budaya sungai Cara hidup masyarakat pinggir sungai dan ketergantungannya terhadap sungai (1) cara mencari nafkah, (2) alat transportasi (3) Sanitasi dan air bersih (4) Orientasi bangunan Adaptasi terhadap lingkungan sungai ditandai dengan (1) Struktur dan konstruksi rumah, (2) Bahan bangunan yang digunakan, serta (3) pola permukimannya. kriteria penataan permukiman pinggir sungai Unsur-unsur permukiman Faktor fisik (1) lingkungan alam, berupa kondisi topografi, lebar sungai, siklus pasang surut sungai, flora dan fauna, (2) lingkungan buatan, berupa infrastruktur dan sarana dasar permukiman. Faktor non fisik berupa (1) pola interaksi sosial (2) kebutuhan individu/ penghuni. Konsep penataan permukiman pinggir sungai faktor dan pola perubahan pada kehidupan tepi sungai akibat berubahnya orientasi bermukim Hal-hal yang mempengaruhi perubahan pola permukiman : - kekuatan sosial budaya, termasuk agama, - pola hubungan kekeluargaan, - organisasi/ kelompok social, - cara hidup dan beradaptasi sehari-hari dan - hubungan sosial antar individu

Metoda Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Analisa yang digunakan adalah : - Analisa deskriptif kualitatif dan analisa trianggulasi. Tahapan Penelitian 1. Identifikasi - faktor-faktor yang menyebabkan keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai dengan sungai/ air - faktor dan pola perubahan pada kehidupan tepi sungai akibat berubahnya orientasi bermukim Inventaris data : studi literatur, pengumpulan data empiri di lapangan, observasi langsung Melakukan teknik prosentase terhadap data lapangan

Metoda Penelitian Melakukan analisa deskriptif kualitatif Menetapkan faktor-faktor yang menyebabkan keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai dengan sungai/ air dan pola perubahan pada kehidupan tepi sungai akibat berubahnya orientasi bermukim Menetapkan kriteria penataan permukiman pinggir sungai di kota Banjarmasin 2. Penetapan Konsep penataan permukiman pinggir sungai Meneliti 3 contoh pemukiman pinggir sungai yang sejenis dengan yang terdapat di Banjarmasin Melakukan analisa dengan 3 sumber, yaitu hasil empiri di lapangan, pendapat pakar yang tertuang dalam RTRW kota Banjarmasin, dan studi permukiman pinggir sungai di tempat lain Menetapkan konsep penataan permukiman pinggir sungai

Kerangka Pikir Apa faktor yang mempengaruhi berubahnya orientasi permukiman bantaran sungai? Contoh permukiman tepi sungai Pengumpulan data primer : wawancara, angket questioner, observasi langsung, foto-foto dan sketsa faktor-faktor yang menyebabkan keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai dengan sungai/ air Rumusan masalah Teori dan konsep : - Budaya Sungai - Teori permukiman - Konsep perubahanpermukiman - Teori morfologi permukiman analisa deskriptif kualitatif Variabel-variabel Pengumpulan data Sekunder : penelitian dokumen-dokumen terdahulu, berupa laporan proyek, arsip rencanarencana pengembangan, arsip peta kawasan, datadata monografi kawasan. analisa deskriptif kualitatif kriteria penataan permukiman pinggir sungai analisa triangulasi konsep penataan permukiman pinggir sungai i Faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pengikat kehidupan sungai? pola perubahan pada kehidupan tepi sungai akibat berubahnya orientasi bermukim pendapat pakar pada RTRW Bjm PENDAHULUAN LITERATUR PENGUMPULAN DATA TAHAP ANALISA HASIL

P. LAUT P. SEBUKU Lokasi Penelitian KAWASAN SEI JINGAH BANJARMASIN BANJARMASIN

KOTA BANJARMASIN Gambaran Umum Pertumbuhan kota pada zaman kerajaan dipengaruhi dan dipusatkan pada aliran sungai sedang sejak zaman penjajahan sampai sekarang pertumbuhan dipengaruhi dan dipusatkan pada jalur transportasi darat. Tetapi ternyata sampai sekarang budaya sungai belum luntur.

KONDISI SUNGAI DAN GEOGRAFIS Merupakan pendangkalan teluk besar yang bernama Barito Basin Kondisi geografisnya tanah rawa yang terpengaruh pasang surut air laut dan berada 16 cm dibawah permukaan laut. Dan terbentuk ratusan sungai-sungai besar dan kecil. Akibat perkembangan kota dan tidak terkontrolnya perkembangan permukiman, jumlah sungai dan anak sungai sekarang berkurang menjadi 71 buah saja Kondisi sosial, ekonomi, agama dan budaya rata-rata kepadatan penduduk 8.207,6 jiwa/ km2 mata pencaharian penduduk terbesar pada sektor perdagangan dan jasa dengan pendapatan per kapita penduduk Banjarmasin rata-rata 11,2 juta rupiah per tahun Penduduk Banjarmasin 90% lebih beragama Islam Tidak terdapat adat ritual tertentu yang berhubungan dengan sungai sejak masuknya islam Masyarakat Banjar mempunyai budaya yang khas, yaitu budaya sungai, yaitu interaksi dan ketergantungan masyarakat yang sangat kuat terhadap sungai

Gambaran Umum KAWASAN SUNGAI JINGAH - Merupakan perkampungan lama yang mulai ada sejak abad 17. - Dari keterangan tokoh masyarakat dan bentuk bangunan tradisional kuno yang masih ada, yaitu bentuk palimasan dan palimbangan, dapat diketahui bahwa perkampungan itu dulunya adalah perkampungan para bangsawan dan para pedagang/saudagar - permukiman asal berada di sepanjang sungai dengan orientasi bangunan ke sungai. Permukiman berkembang ke wilayah lain sejak dibangunnya jalan darat dan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain pertambahan penduduk, perubahan pola permukiman, penggerak ekonomi kawasan, jalur transportasi dan lain sebagainya

Pola dan orientasi pemukiman kolam kakus kolam kakus kolam kakus Rumah Rumah Rumah halaman halaman halaman dermaga dermaga dermaga

Analisa Faktor-faktor keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai dengan sungai/ air Orientasi bangunan Adaptasibangunan Pemilihan material tiang pondasi Pemilihan Material Dinding 19% Orientasi rumah 14% 19% 26% 6% 2% 0% 66% Kayu Ulin Kayu biasa Kayu galam Bambu Lainnya. 0% 6% 2% 0% Kayu Ulin 8% Kayu biasa Kulit kayu Batu bata Plesteran Triplex 84% 48% ke jalan aspal ke jalan titian ke sungai ke jalan dan ke sungai Akses ke sungai di rumah Pemilihan material atap 7% 4% 2% 22% 36% 65% Sirap Daun rumbia Lainnya. Seng gelombang Zinkallum berprofil 64% ada tidak ada Cara mendapatkan rumah 2% membeli Status tanah riwayat bangunan 41% 4% 2% 23% 28% w arisan kontrak Membangun sendiri Ikut orang tua 40% 60% legal ilegal Lainnya

Fasilitas permukiman 20% Aktivitas Cuci 0% Sungai Rumah MCK Sumber air cuci/mandi 19% 0% 80% Kepemilikan KM/WC Arah Buangan KM/WC 81% Sungai PDAM beli per jerigen 31% 41% Sumber air minum 6% 69% 59% 33% punya tidak punya ke sungai ke septictank 61% Pembuangan sampah Rumah tangga Sungai PDAM beli per jerigen 11% 0% 11% ke sungai ke tempat sampah umu 78% ada petugas yg mengambil dibakar

Kepemilikan dan penggunaan alat transportasi Ke pasar/tempat kerja ke Sekolah Kepemilikan alat transportasi 15% 11% 10% 5% 3% 7% 12% 68% 6% 82% 39% 42% perahu ojek angkot jln kaki/kend.sdr perahu angkot ojek jln kaki/kend.sdr perahu sepeda spd motor mobil Kondisi non fisik 19% 4% 4% Pendidikan 4% Interaksi dengan lingkungan dan tetangga arisan/pengajian 7% 11% berbelanja sayur 8% 61% 23% 52% mengawasi anak bermain menyiangi ikan Tidak sekolah Tamat SD SMP SMA PT Lainnya 7%. lainnya 9% 23% 6% 8% Pekerjaan Kepala Keluarga 2% 13% 39% PNS/ABRI/PO LRI Wirasw asta Tukang Buruh Pegaw ai sw asta Serabutan Pek. Berhub. dng sungai 75% Memperoleh kebutuhan sehari-hari 5% 20% penjual sayur di sungai penjual sayur keliling pasar

Analisis faktor dan pola perubahan pada kehidupan tepi sungai akibat berubahnya orientasi bermukim kolam kakus kolam kakus kolam kakus Rumah Rumah Rumah halaman halaman halaman titian 2 c a b bangunan titian Jalur sirkulasi Orientasi batang WC 1

faktor- faktor yang menyebabkan keterkaitan penghuni permukiman pinggir sungai dengan sungai aktivitas transportasi sungai aktivitas ekonomi di sungai aktivitas mandi, cuci, kakus dan persampahan aktivitas sosial budaya kebutuhan akan pemenuhan air bersih dan air minum\ faktor dan pola perubahan kehidupan tepi sungai dipengaruhi Bertambahnya jumlah rumah akibat dari pertambahan penduduk dan urbanisasi Bertambahnya jalur sirkulasi Keinginan memperoleh rumah yang layak dan kemudahan mendapatkan keperluan kehidupan sehari-hari tanpa mengeluarkan biaya karena keterbatasan finansial penghuni. Berkurangnya minat untuk mempergunakan sarana transportasi sungai karena adanya sarana transportasi lain dan kurangnya campur tangan pemerintah untuk membenahi transportasi sungai.

kriteria penataan untuk menampilkan kekhasan pemukiman tepi sungai Menghidupkan transportasi sungai, meliputi penyediaan sarana dan prasarananya Menghidupkan kegiatan ekonomi di sungai dengan cara meletakkan simpul-simpul pasar diantara beberapa permukiman pinggir sungai Menata permukiman dengan mempertimbangkan : Orientasi kawasan tertuju ke sungai Fasade bangunan ke arah sungai Aksesebilitas dua arah, dari sungai ke darat dan dari darat ke sungai Ada hubungan antara jalan darat beserta fasilitas publiknya dengan sungai Tampilan sungai terlihat dari daratan Memperbaiki Sanitasi lingkungan menggunakan teknik baru dengan masih mempertimbangkan kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dengan sungai Menghentikan pertumbuhan permukiman baru di tepi sungai Menjaga ekosistem sungai dengan cara mengendaikan : Sedimentasi sungai Kebersihan sungai

Analisa Triangulasi Studi kasus permukiman pinggir sungai di kota lain (Amsterdam, Bangkok. Kampung Wu Zhen China) Transportasi sungai dikembangkan untuk tujuan wisata dan pelestarian budaya Ekonomi disungai dikembangkan untuk mendukung pariwisata dan untuk pelestarian budaya Bangunan berorientasi ke sungai untuk memberi view yang baik dari arah sungai Ada kejelasan batas antara sungai dan daratan Terdapat ruang-ruang terbuka untuk interaksi warga Pola jalan dan permukiman disesuaikan dengan pola aliran sungai atau kanal Kriteria penataan permukiman pinggir sungai di kota Banjarmasin (Hasil analisa di lapangan Menghidupkan transportasi sungai, meliputi penyediaan sarana dan prasarananya Menghidupkan kegiatan ekonomi di sungai dengan cara meletakkan simpul-simpul pasar diantara beberapa permukiman pinggir sungai Menata permukiman dengan mempertimbangkan : Orientasi kawasan tertuju ke sungai Fasade bangunan ke arah sungai Aksesebilitas dua arah, dari sungai ke darat dan dari darat ke sungai Ada hubungan antara jalan darat beserta fasilitas publiknya dengan sungai Tampilan sungai terlihat dari daratan Menghentikan pertumbuhan permukiman baru di tepi sungai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarmasin tahun 2007 Pemantapan fungsi jaringan sungai sebagai jalur pergerakan dan transportasi pelayaran Kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan pelayaran regional dan mendukung pelabuhan Pemindahan perumahan di bantaran sungai secara bertahap pada daerah-daerah yang memungkinkan, dengan disesuaikan anggaran yang tersedia, dimana agenda pemindahan ini termasuk dalam perencanaan penataan ruang khusus koridor sungai. Pengembangan sistem waterfront city sebagai salah satu alternatif pengembangan ruang yang berorientasi pada pemanfaatan air sehingga pemanfaatan lahan di pinggir sungai lebih efektif dan efisien, Konsep Penataan Permukiman Pinggir Sungai Sistem transportasi sungai meliputi sarana dan prasarananya diperbaiki untuk tujuan angkutan publik dan angkutan wisata Kegiatan ekonomi di sungai dikembangkan dengann cara meletakkan pasar tradisional pada simpul pertemuan sungai. Penataan permukiman bantaran sungai dengan mempertahankan pola massa bangunan seperti yang ada tetapi dengan penghentian pembangunan baru ke arah sungai dan penghentian pertumbuhan permukiman baru pada sisi bantaran sungai Tampilan bangunan diperbaiki dengan arah orientasi bangunan ke sungai. Bagi bangunan yang terletak di bantaran sungai mempunyai dua arah orientasi yaitu ke sungai dan ke daratan. Ruang terbuka hijau diletakkan diantara massa bangunan dan di depan bangunan tradisional asli untuk memberi tampilan yang baik dari arah sungai serta menonjolkan unsur herritage kawasan. Ruang terbuka juga difungsikan sebagai tempat berinteraksi warga dan sebagai dermaga publik.

Kebersihan dan keindahan sungai dijaga dengan mengontrol pencemaran ke arah sungai Memperbaiki Sanitasi lingkungan menggunakan teknik baru dengan masih mempertimbangkan kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dengan sungai Menjaga ekosistem sungai dengan cara mengendaikan : Sedimentasi sungai Kebersihan sungai Normalisasi sungai-sungai dan kanal-kanal, yang merupakan pula bagian dari peningkatan keindahan kota dan penanganan terhadap banjir. Pengawasan dan pemeliharaan perumahan di bantaran sungai secara berkala Sanitasi lingkungan, terutama dampaknya terhadap kualitas sungai diperbaiki dengan cara mempertahankan pola sanitasi lama menggunakan batang atau rakit tetapi dengan sistem pengolahan yang telah dikembangkan yaitu sistem perpipaan dengan septictank komunal. Ekosistem sungai dijaga dengan cara mengendalikan sedimentasi sungai dan menjaga kebersihan sungai.

Konsep penataan permukiman bantaran sungai kota Banjarmasin Konsep dasar : Permukiman tepi sungai terjaga kekuatan budaya dan adat lokalnya beserta pelestarian lingkungan hidup. Konsep penataan : Sistem transportasi sungai meliputi sarana dan prasarananya diperbaiki untuk tujuan angkutan publik dan angkutan wisata Kegiatan ekonomi di sungai dikembangkan dengan meletakkan pasar tradisional pada simpul pertemuan sungai. Penataan permukiman bantaran sungai dengan mempertahankan pola massa bangunan seperti yang ada tetapi dengan penghentian pembangunan baru ke arah sungai dan penghentian pertumbuhan permukiman baru pada sisi bantaran sungai. Tampilan bangunan diperbaiki dengan arah orientasi bangunan ke sungai. Bagi bangunan yang terletak di bantaran sungai mempunyai dua arah orientasi yaitu ke sungai dan ke daratan. Ruang terbuka hijau diletakkan diantara massa bangunan dan di depan bangunan tradisional asli untuk memberi tampilan yang baik dari arah sungai serta menonjolkan unsur herritage kawasan. Ruang terbuka juga difungsikan sebagai tempat berinteraksi warga dan sebagai dermaga publik. Sanitasi lingkungan, terutama dampaknya terhadap kualitas sungai diperbaiki dengan cara mempertahankan pola sanitasi lama menggunakan batang atau rakit tetapi dengan sistem pengolahan yang telah dikembangkan yaitu sistem perpipaan dengan septictank komunal. Ekosistem sungai dijaga dengan cara mengendalikan sedimentasi sungai dan menjaga kebersihan sungai.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman pinggir sungai patut untuk ditata karena mempunyai kekhasan interaksi warganya dengan sungai Konsep yang dirumuskan selain penataan permukimannya juga networking permukiman itu sendiri yaitu transportasi dan sistem ekonomi serta konsep pelestarian lingkungan Konsep secara kesluruhan adalah pembenahan Transportasi sungai, pengembangan kegiatan ekonomi di sungai, penataan permukiman yang meliputi penataan massa dan tampilan bangunan,ruang terbuka hijau, sanitasi lingkungan dan pelestarian ekosistem bertumpu kepada sungai SARAN Sebagai daerah yang khas kehidupan sungainya dan karena type masyarakatnya homogen maka konsep penataan permukiman bantaran sungai kota Banjarmasin bisa diterapkan di setiap ruas sungai di kota Banjarmasin. Tetapi ada berbagai macam jenis sungai baik menurut lebar, kedalaman dan kualitas airnya sehingga untuk pelaksanaannya nanti perlu disesuaikan dan dipertimbangkan dengan kondisi sungai yang ada Sesuai dengan Undang-undang nomor 7 tahun 2004 yang memberi pengakuan terhadap hak ulayat masyarakat adat, maka pemerintah daerah perlu segera membuat Peraturan Daerah mengenai Permukiman pada Sempadan Sungai yang mengatur tentang pelestarian budaya, aturan mengenai pembangunan baru serta sangsinya, wilayah-wilayah yang dipertahankan dan yang perlu direlokasi serta aturan lain yang berkaitan dengan permukiman lama serta pelestarian kawasan tersebut.

TERIMA KASIH